Setelah Lucas mengantarkan Harry ke sekolahnya, dia pun langsung berangkat ke kantor nya.Hari ini Lucas akan melakukan pemeriksaan langsung ke proyek pembangunan Mall, yang sudah berlangsung selama sebulan.Sesampainya di lokasi, Lucas merasa puas dengan apa yang di lihatnya.Pembangunan tampak sesuai apa yang di rencanakan dari semula, dan tampaknya Lantai dasar dan lantai dua sudah terbentuk.Setelah melihat proyek Mall tersebut, dan memeriksa bahan-bahan yang di gunakan, apakah yang berkualitas atau tidak.Lucas kemudian lanjut melakukan Peninjauan Mall khusus pakaian bermerk, yang sudah di buka Group Sylvester setengah tahun ini.Lucas akan melihat perkembangan, dan tatanan cara Mall itu untuk memikat para konsumen.Mall sepuluh tingkat, khusus hanya menjual pakaian-pakaian bermerk yang berkualitas.Baik pakaian pria, wanita dan anak-anak berusia empat tahun ke atas.Bersama Edward dan tiga Bodyguardnya, yang selalu menjaga jarak dalam dua meter di belakang, memasuki lobby gedung
Lucas jadi tidak berselera, melihat makanan yang di sajikan di atas meja.Memikirkan masalah keluarga istrinya Julia, semuanya karena kesalahan yang di buat Kakek Julia.Ruang VIP tersebut beberapa saat hening kembali, suasana terasa suram karena masalah yang melibatkan mereka berdua.Andrew merasa bersalah kepada Lucas sebagai cucu menantunya, karena sudah menelantarkan keluarga istrinya, Julia.Andrew tahu, kalau Lucas adalah salah satu Investor yang sangat di cari bagi para pembisnis.Pengaruh Lucas sangat kuat dalam dunia bisnis, segala sesuatu kalau sudah ada dalam penanganan Lucas, akan berkembang dengan baik.Tangan besi Lucas, tidak perlu di ragukan lagi, sehingga para lawan bisnisnya, harus berpikir dua kali untuk melawan Group Sylvester.Andrew tidak menyangka, cucunya bisa menikah dengan seorang pengusaha nomor satu di kota mereka.Membuat Andrew seorang pebisnis yang bisa di bilang, hanya orang ke enam di kota mereka, sangat beruntung bisa berbincang-bincang dengan Lucas.
Lucas tiba di Mansion Sylvester saat hari sudah jam tujuh malam, hari ini banyak jadwal yang di selesaikan Lucas.Harry langsung menyambutnya, begitu dia menginjakkan kakinya di pintu utama Mansion.Putranya itu berlari sambil berteriak memanggilnya dengan gembira, lalu menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Lucas."Papa, aku rindu padamu!" kata Harry memeluk Lucas dengan eratnya.Senyuman Lucas mengembang, begitu mendengar kata-kata putranya itu."Papa juga rindu padamu, nak!" kata Lucas memeluk tubuh kecil putranya itu.Lucas melihat Julia datang juga menyambutnya, senyuman Lucas terlihat semakin lebar begitu senangnya.Tangannya satu terulur meraih Julia yang mendekat, lalu menarik tangan Julia merapat padanya.Mereka bertiga saling berpelukan, sambil tersenyum bahagia.Apakah istriku, rindu juga padaku?" tanya Lucas memeluk Julia dengan satu tangannya, sementara tangan satu lagi menggendong Harry yang memeluk lehernya dengan erat."Iya, rindu sampai tidak bisa istirahat dengan bai
Setelah menanggalkan semua pakaiannya, Julia pun memasukkan kakinya ke dalam bathtub."Kemarilah sayang!" tangan Lucas terulur meraih tangan Julia.Julia memberikan tangannya di pegang Lucas, dan Lucas membawa Julia perlahan ke atas pangkuannya.Lucas begitu ingin sekali bermesraan dengan istrinya itu, menghabiskan waktu mandinya bersama Julia.Lucas menempatkan Julia, duduk berhadapan dengannya, di atas pangkuannya.Lucas tersenyum senang memandang Julia dengan puas, tangannya mulai beraksi mengelus tubuh istrinya itu."Sayang, kenapa ini tetap indah, apakah sewaktu putra kita masih bayi, ini mengeluarkan airnya?" tanya Lucas dengan polosnya, tidak tahu entah kenapa dia ingin tahu.Bentuk benda lembut itu terasa kencang, dan padat, seperti tidak pernah mengeluarkan ASI. "Tentu saja mengeluarkan air, tapi saat usia Harry enam bulan, aku alihkan dia untuk minum susu bubuk!" jawab Julia."Oh!" ternyata Harry pernah merasakan minum Asi, perasaan Lucas sangat membuncah.Julia ternyata sa
Benar saja, saat mereka masuk ke ruang makan, semua orang sudah menunggu mereka untuk makan malam.Melihat orang tuanya datang, Harry membenarkan duduknya, dia sudah bersiap akan menikmati makan malamnya.Pelayan pun mulai menyajikan makan malam keluarga Sylvester, setelah Lucas dan Julia duduk di kursi mereka.Semenjak Lisbeth menyadari akan kesalahannya telah membenci Julia, Ibu Lucas itu jadi semakin menyayangi cucunya Harry.Perhatian Lisbeth jadi lebih banyak kepada Harry, dan bahkan tidak bisa jauh-jauh dari cucunya tersebut.Selama mereka makan malam, Lisbeth selalu memberi Harry lauk dan sayur ke piring Harry.Dan dengan patuh, Harry memakan habis lauk dan sayur yang di beri Lisbeth.Keluarga Sylvester terlihat begitu bahagia, meja makan terasa begitu hangat dan penuh canda tawa.Sementara itu di sisi lain.Sepasang suami-istri terlihat begitu gelisah, dan terlihat sangat marah.Prang!Suami dari wanita itu melemparkan gelas dengan kencang ke lantai, dia terlihat begitu emosi.
Andrew memandang putra angkatnya itu dengan lekat, merasa heran dengan tingkahnya."Kenapa?" tanya Andrew mengerutkan keningnya."Cucu Papa, apakah tinggal di kota ini?" tanya pria itu, dengan hati-hati."Ya, tentu saja!" jawab Andrew."Apakah dia tinggal bersama dengan putra Papa yang sudah lama tidak kembali?""Tidak, Ferdinand ternyata sudah lama meninggal!" kata Andrew dengan sedih."A..apa? sudah meninggal? ternyata selama ini, Ferdinand sudah meninggal?" tanya pria itu pura-pura terkejut.Pria itu menelan ludahnya dengan gugup."Iya!" jawab Andrew dengan nada sedih."Jadi, cucu Papa sekarang tinggal dengan siapa?""Dengan suaminya!""A..apa? cucu Papa sudah menikah?" tanya pria tidak percaya, pantas saja, orang suruhannya itu tidak menemukan alamat cucu asli Andrew.Ternyata yang di cari sudah berkeluarga, seharusnya tidak menjadi bebannya lagi kan! pikir pria itu.
Besoknya di Mansion Sylvester.Seperti biasa Harry selalu ingat untuk bangun pagi, dia ingat akan jadwal masuk sekolahnya.Perlahan tubuh mungil itu, berusaha menyingkapkan selimut yang menutupi tubuhnya.Dan, kemudian turun dari tempat tidur, lalu memakai sandal rumahnya.Dengan mata yang masih setengah mengantuk, keluar dari dalam kamar.Harry menuju kamar orang tuanya, memukul dengan ke dua kepalan tangannya, ke pintu kamar yang terkunci."Papa, buka pintu!" sahutnya sembari menggedor pintu kamar Lucas.Ceklek!Pintu kamar terbuka, tampak Lucas dengan penampilan yang begitu kusut, berdiri menjulang tinggi di ambag pintu."Kenapa nak?" tanya Lucas memandang Harry. "Hari ini aku mau pergi sekolah Pa, aku mau bersiap-siap mandi dan berpakaian!" sahut Harry menengadahkan kepalanya memandang Lucas."Maaf Tuan Muda, saya terlambat datang untuk mengurus anda!" sahut pengasuh Harry, tiba-tiba datang dengan setengah berlari menghampiri Harry."Pengasuhmu sudah datang nak, pergilah mandi!"
Setiap seseorang sudah melakukan kesalahan, akan keluar kata maaf dari mereka, berharap mendapat belas kasihan.Tetapi, saat mereka melakukan tindakan mereka yang kejam, sedikitpun mereka tidak memiliki hati nurani untuk membantai korbannya.Kalau melihat pemandangan pria tua itu, yang bersujud meminta ampun untuk di maafkan, terlihat sangat memperihatinkan.Apakah dia harus di maafkan atas tindakannya yang telah lama berlalu? kejahatan yang di sengajanya, dan pihak berwajib tidak ada sedikitpun, menyelidiki pembunuh pria malang tersebut?Bagi Lucas, pria tua itu, sama sekali tidak memprihatinkan di pandangannya.Mata ganti mata, nyawa ganti nyawa, dia harus membalaskan penderitaan yang di alami Julia.Istrinya kehilangan ke dua orang tuanya, karena ke egoisan seseorang, siapapun dalang di balik insiden itu, harus mendapatkan ganjarannya.dataro "Katakan siapa dia!" sahut Lucas dengan datar kepada pria tua itu.Di..dia masih ada ikatan kekeluargaan dengan korban!" jawab pria tua itu,
Setelah acara resepsi selesai jam delapan malam, Adelia berganti pakaian dengan pakaian pesta mewah, yang di pilih oleh Ibunya. Sudah waktunya mereka akan pergi, menikmati hadiah bulan madu, yang di berikan Lucas kepada mereka. Di halaman lobby gedung aula Hotel, telah menunggu mobil pengantin, seperti apa yang di katakan Lucas tadi. Mobil mewah yang dihiasi dengan bunga mawar. "Bersenang-senang lah nak, ingat kalau pulang nanti, kamu sudah memberikan cucu kepadaku, ya?" ujar Adelia seraya memeluk Adelia dengan erat. "Aih, Mama ini! sudah punya cucu juga dari kak Lucas, tuh... bahkan sudah mau nambah satu lagi!" sahut Adelia cemberut. "Itu beda nak, maksud Mama anakmu, milikmu sendiri!" kata Lisbeth mengingat kan Adelia. Adelia diam saja, tidak menjawab perkataan Ibunya itu, dia malu untuk menjawabnya, yang menurutnya Mamanya itu terlalu terang-terangan membahas soal cucu. "Sudah ah, kami pergi dulu!" ujar Adelia. Sopir mobil mewah itu, dengan segera membuka daun pint
Adelia memeluk Daniel dengan erat, ia begitu senang sekali Daniel melamarnya, cara Daniel melamar seperti di novel romantis.Daniel dengan penuh keyakinan berlutut melamarnya, membuat Adelia jadi gemas pada Daniel.Sementara Daniel jadi tertawa dengan tindakan Adelia tersebut, menghamburkan tubuhnya dengan spontan, membuat mereka berdua sekarang berbaring di lantai, dengan posisi Daniel di bawah Adelia.Adelia berbaring di atas tubuh Daniel, memeluk Daniel dengan eratnya.Senyuman Adelia terus mengembang dengan bahagianya, berbaring di atas tubuh Daniel."Aku mau, jangan di tanya lagi, Ayo kita besok menikah!" ucap Adelia dengan bahagianya."Kita harus membuat persiapan dulu, baru kita melangsungkan pernikahan, aku ingin membuat pernikahan yang terbaik untukmu, sayang!" ujar Daniel tersenyum lebar."Apa? katakan sekali lagi!" sahut Adelia, mengangkat kepalanya memandang mata Daniel di bawahnya."Yang mana? aku ingin melangsungkan pernikahan yang terbaik untukmu!" ucap Daniel mengulang
Dua minggu berlalu.Hubungan Daniel dan Adelia, berjalan dengan baik, mereka terlihat sangat romantis.Tidak ada lagi pembullyan, Daniel menjadi Direktur yang sangat di segani, dan kinerjanya memuaskan Lucas.Hubungan Julia dengan Kakeknya, akhirnya menjadi lebih baik, dan Julia memaafkan Kakeknya.Pagi ini, Julia bangun pagi seperti biasanya, ia akan membantu pengasuh Harry untuk mempersiapkan Harry berangkat sekolah.Tapi, tiba-tiba Julia merasakan kepalanya sedikit pusing, dan perutnya terasa tidak nyaman.Julia menyingkirkan selimut dengan cepat, lalu turun dengan cepat dari tempat tidur, dan berlari ke kamar mandi."Sayang, kenapa?" tanya Lucas terkejut, melihat Julia yang tergesa-gesa ke kamar mandi.Julia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia menutup pintu kamar mandi dengan kencang.Melihat gelagat Julia yang terasa aneh, Lucas pun buru-buru turun dari tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi."Hoekk! hoekk!"Tampak Julia membungkuk di toilet, memuntahkan sesuatu dari mulutnya."
Makan malam akhirnya berjalan dengan sempurna, Daniel yang tadinya merasa canggung, bisa menyesuaikan dirinya dengan keluarga Adelia.Harry yang banyak pertanyaan, bisa di jawab Daniel dengan baik, dan semua orang, yang ada di ruang makan itu, selalu setuju dengan pertanyaan yang diajukan ponakan Adelia itu.Daniel merasa keponakan Adelia, sosok yang sangat berpengaruh di keluarga kekasihnya itu.la senyum-senyum lucu, melihat ponakan Adelia yang pintar dalam berbicara, sungguh anak yang menggemaskan."Paman, hati-hati naik motor ya, jangan terlalu kencang menyetirnya!" sahut Harry, saat mereka sudah selesai makan, dan saatnya Daniel akan permisi untuk pulang."Iya, terimakasih Harry!" ucap Daniel tersenyum hangat, mendengar perhatian putra Bosnya itu padanya."Papa, aku akan keluar sebentar, aku mau mengobrol sebentar dengan Daniel!" ujar Adelia, saat Daniel selesai pamit untuk pulang, pada ke dua calon mertuanya."Jangan terlalu larut pulangnya!" sahut Piter."Iya, Pa!" jawab Adelia
Malam harinya sebelum jam tujuh malam, Adelia sudah mulai berdandan dengan cantik.la sudah berpesan kepada Bibi koki, untuk memasak, masakan istimewa malam ini, karena ada tamu yang akan datang, untuk makan malam bersama keluarga Sylvester.Sementara Lucas sudah tahu, siapa yang akan datang malam ini, setelah adiknya itu mengatakan kepada orang tua mereka, kalau Adelia ingin memperkenalkan seseorang kepada orang tua mereka."Tante, kamu cantik sekali malam ini!" sahut Harry dengan nyaringnya, melihat Adelia berdandan tidak seperti biasanya.Wajah Adelia merona, mendengar suara ponakannya mengatakan kalau ia begitu cantik."Benarkah?" tanya Adelia, malu-malu kucing, seraya membenarkan letak helaian rambutnya."Iya! apakah paman hari ini mau datang melihat Tante?" tanya Harry dengan polosnya.Wajah Adelia semakin merona mendengar lagi, apa yang di katakan ponakannya itu.la heran dengan ponakannya itu, yang selalu bicara benar, dan tidak pernah salah.Harry menatap Adelia yang tampak m
Perlahan jempol Daniel menelusuri bibir Adelia, yang masih memejamkan matanya.Bibir Adelia yang sedikit terbuka itu, terlihat begitu ranum, dan sangat menggoda.Ternyata Adelia juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, membuat Daniel begitu bahagia.Matanya terasa panas, ia pun menangis bahagia.Adelia seorang putri konglomerat, menyukai dirinya seorang pria miskin, yang tidak memiliki apa pun, untuk di pamerkan pada Adelia.Daniel menempelkan keningnya pada kening Adelia, ia pun menangis tanpa suara.Daniel tidak sadar air matanya, jatuh ke pipi Adelia, sehingga membuat Adelia membuka matanya.Karena kening Daniel menempel pada kening Adelia, tatapan mata Adelia dengan jelas melihat Daniel yang sedang menangis diam-diam, sembari memejamkan mata."Kenapa?" tanya Adelia keheranan.Bukankah tadi dia mengecup bibirku dengan lembut? kenapa sekarang dia jadi menangis? pikir Adelia bingung.Perlahan mata Daniel terbuka, dan menatap mata Adelia, dengan matanya yang sembab."Nona, kenapa
Mata Daniel berkedip menatap wajah Adelia, yang terlihat ramah dengan senyuman manisnya.Ting!Lift terbuka, dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya, Adelia menarik Daniel keluar dari dalam lift.Benar saja, sebuah mobil sedari tadi telah menunggu Daniel.Seorang pria berpakaian formal membuka pintu mobil, untuk Daniel dan Adelia.Dengan patuh Daniel masuk ke dalam mobil, dan duduk berdampingan dengan Adelia."Nona!" panggil Daniel."Iya, ada apa?" jawab Adelia."Maksudnya apa ini? saya tidak mengerti, kenapa saya di pindahkan, apakah karena saya melakukan kesalahan?" tanya Daniel mengungkapkan, perasaannya yang sedari tadi tidak tenang.Sepertinya Daniel tidak ingin membahas, tentang wanita yang di tendang Adelia tadi.Adelia memandang Daniel, ia pikir Daniel akan mengatakan sesuatu, tentang wanita yang mereka tinggalkan begitu saja di depan lift.Ternyata Daniel lebih fokus pada kepindahannya, dari pada membicarakan tentang mantan pacarnya itu."Oh, soal itu, aku meminta kak
Setelah melihat Julia dan Harry di antar sopir baru, yang di rekrut Lucas, barulah Lucas dan Adelia berangkat ke kantor.Hari ini pemindahan Daniel ke bagian pemasaran, salah satu mall Sylvester di kota mereka.Sesampainya di kantor, Adelia seperti biasa melakukan rutinitasnya terlebih dahulu, memeriksa berkas yang ada di mejanya.Setelah itu membawanya masuk ke dalam ruang kantor Lucas.Lalu membuat kopi seperti biasa, untuk Lucas.Barulah ia kemudian memberitahukan ke bagian HRD, tentang pemindahan Daniel.Daniel terdiam di tempatnya, saat staf HRD memberitahukan kepadanya, untuk bersiap pindah kantor."A..apa maksud anda, Nona?" tanya Daniel kepada staf HRD tersebut."Hari ini, kantor anda pindah ke mall Anggrek putih!" sahut wanita itu."Sa..salah saya apa? kenapa saya harus di pindahkan ke mall Anggrek?" tanya Daniel terperanjat.Otaknya kemudian berputar, memikirkan kesalahan apa kira-kira yang telah ia perbuat.Daniel sontak terlonjak dari tempat duduknya, ia ingat tadi malam m
Esok harinya.Seperti biasa selagi Lucas mandi, Julia membersihkan kamar mereka, membuka jendela balkon, supaya udara pagi masuk ke kamar.Lalu mengganti sprei dengan yang baru, karena telah mencium aroma yang mulai berbau lembab.Setelah itu mempersiapkan pakaian kerja Lucas, dan menunggu suaminya itu selesai mandi."Sayang, pagi ini aku juga akan pergi ke restoran lagi!" sahut Julia kepada Lucas, saat pria itu keluar dari kamar mandi."Kenapa jadi rutin pergi ke restoran? bukankah sudah ada Nona Tina, yang memantau segalanya?" tanya Lucas sembari mengelap rambutnya, yang basah dengan handuk."Restoran semakin ramai, perlu resep baru lagi, untuk di tambahkan ke buku menu!" ujar Julia.Tangannya meraih hairdryer, dan memberi isyarat dengan tangannya, agar Lucas duduk di depan meja rias.Masih mengenakan handuk, melilit pinggulnya, Lucas menuruti gerakan tangan istrinya itu.la dengan patuh duduk di depan meja rias, dan mulai merasakan tangan kecil istrinya itu, mengeringkan rambutnya