Tidak alasan lagi bagi seorang Deni untuk menolak ajakan dari ayahnya bertemu dengan Dini. Ini sudah saatnya Deni mengajak ayahnya bertemu dengan Dini. Ada kerinduan yang harus di sampaikan oleh ayahnya pada Dini. Sekali pun, Dini belum tentu membalas kerinduan yang datang pada ayahnya tersebut.Dengan hati yang penuh kegembiraan, ayah Deni berharap akan mendapatkan respon positif dari Dini. Rasanya ini akan menjadi pertemuan yang cukup krusial yang akan di lakukan oleh dirinya. Mengingat apa yang sudah terjadi pada dirinya dan Dini selama ini. Menjadi satu hal yang sulit untuk bisa di lupakan. Ayah Dini adalah seorang yang cukup vital dalam hidup Dini saat ini."Ayah sudah tidak sabar bertemu dengan adik kamu. Melihat dia dengan hijab sekarang. Rasanya ini akan menjadi kejutan besar dalam hidup Ayah," ucap ayah Deni."Semoga saja Ayah. Dini juga akan senang dengan apa yang terjadi pada saat ini. Mudah-mudahan dia akan senang dengan kedatangan Ayah di hari ini," ucap Deni dengan wajah
Gus Fiment terlihat begitu bersedih dengan apa yang terjadi di saat ini. Dia melihat bagaimana Khadijah yang masih belum di temukan. Begitu juga dengan apa yang di lakukan oleh Ferdi. Itu sudah jauh di bawah kendali dari dirinya. Gus Fiment ingin melakukan sesuatu yang mungkin bisa merubah segalanya. Tetapi ia sadar, ini terlalu cepat dalam mengubahnya. Hal yang tidak mudah bagi seorang Gus Fiment yang begitu rapuh di saat ini.Gus Fiment melihat ke arah brangkas besar berwarna hitam. Di mana di dalam brangkas itu tersimpan banyak surat penting yang di miliki oleh pondok pesantren. Salah satu surat yang ada di dalam brangkas, tentu adalah surat tanah di belakang pondok pesantren. Surat yang begitu di inginkan oleh Ferdi saat ini. Tidak heran, ia begitu bernapsu untuk mendapatkan surat itu.Gus Fiment menghampiri brangkas besar itu. Sebelum ia meletakkan tangannya di atas brangkas. Dia ingin mengenang banyak kenangan manis yang di milikinya dengan brangkas besar tersebut. Begitu juga d
Malam kembali datang dengan suara binatang buas yang terdengar begitu nyaring. Angin pun mulai menusuk ke dalam tubuh Khadijah. Di mana cuaca di malam ini begitu dingin dengan desir angin yang cukup kuat. Waktu tidur bagi kedua penculik itu sudah hampir tiba. Keduanya sudah begitu lelah menjaga Khadijah di gubuk tua tersebut. Mereka pun ingin segera mengistirahatkan tubuh mereka dengan segera tidur yang lelap. Salah satu dari penjahat itu, langsung tertidur saat begitu menentangkan tubuhnya di atas tikar. Dia pun segera tertidur dengan begitu pulas. Mengingat waktu tidur yang sudah datang menjemput. Melihat rekannya yang sudah tertidur, penjahat satunya lagi pun ikut tertidur. Tetapi dia yang masih melihat Khadijah membuka matanya sembari melakukan istighfar. Segera meminta Khadijah untuk tidur di saat ini. Penjahat itu tidak ingin Khadijah terus membuka matanya. Menginginkan Khadijah segera tidur seperti yang di lakukan oleh dirinya dan rekannya. "Kamu tidak tidur?" Tanya penculi
Suara klakson yang khas dari mobil Deni. Segera di hampiri oleh bi Sanih yang berada di dapur. Dia terlihat begitu antusias dengan apa yang di dengar olehnya. Sudah lama ia tidak mendengar suara klakson dari mobil Deni tersebut. Suara klakson yang terkadang membuat bi Sanih riang gembira. Melihat Deni ada di depan rumahnya. Bi Sanih segera menghampiri Deni dengan raut wajah yang begitu gembira. Dia benar-benar tidak menyangka, Deni akan datang kembali ke desa tersebut. Selain kedatangan dari Deni yang membuat bi Sanih terkejut. Kedatangan dari ayah Deni yang bernama Suprapto. Juga cukup membuat bi Sanih begitu gembira. Ini jauh di luar apa yang di pikirkan oleh bi Sanih. Sama sekali ia tidak memikirkan hal ini akan terjadi pada dirinya. "Ya Allah Mas Deni. Pak Suprapto. Bibi senang banget kalian datang ke sini," ucap bi Sanih sembari menggenggam tangan Deni. Deni menunjukkan bagaimana dirinya yang begitu sopan. Dia mencium tangan bi Sanih dengan begitu lembutnya. Menunjukkan sikap
Gus Fiment sudah membawa semua bukti yang akan di bawa olehnya ke kantor polisi. Terlihat dengan jelas, bagaimana Gus Fiment sudah siap melaporkan penculikan yang di lakukan oleh Ferdi pada pihak berwajib. Mengingat apa yang di lakukan oleh Ferdi adalah tindakan kriminal. Sehingga ada kewajiban bagi Gus Fiment untuk melaporkan semua yang sudah di lakukan oleh Ferdi. Baru akan menyalakan motor miliknya. Gus Fiment sudah harus menerima cobaan yang begitu berat. Ban motor yang semalam baik-baik saja. Tetapi di pagi ini, secara mengejutkan bocor. Tentu saja Gus Fiment kesal dengan realita yang harus di hadapi olehnya. Gus Fiment pun merasa apa yang terjadi pada dirinya adalah hal yang kurang baik. Tetapi Gus Fiment tetap akan mendatangi kantor polisi. Guna melaporkan apa yang telah terjadi pada Khadijah. Gus Fiment segera bergegas ke arah kamar Fachri. Tentu Gus Fiment ingin meminjam motor Fachri. Sehingga ia akan pergi ke kantor polisi mengunakan motor Fachri. Tidak keberatan bagi Fac
Sudah hampir 5 pesan di kirim oleh Deni pada Dini. Dia mengabarkan jika dirinya dan ayahnya sudah berada di rumah bi Sanih. Tetapi Dini tidak jua membalas pesan dari Deni. Dini hanya membaca pesan tersebut. Tanpa sedikit pun ingin membalas pesan yang di berikan oleh Deni. Pesan keenam yang sudah di kirim oleh Deni pada Dini. Berharap akan mendapatkan jawaban yang di inginkan. Tetapi pesan keenam itu pun masih menjadi misteri. Dini sengaja tidak mengaktifkan nomor handphone miliknya. Mungkin cara itu sengaja di lakukan oleh Dini demi menghindari pesan lainnya yang akan di kirim oleh Deni. Pak Suprapto yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Dini. Meminta pada Deni untuk menelpon Dini. Tetapi Deni segera mencari alasan, jika Dini sudah membalas pesan dari dirinya. Dia mengatakan jika Dini saat ini masih mengajar. Sehingga ia tidak bisa segera menghampiri ayahnya dan Deni. Sedikit kecewa, tetapi pak Suprapto tetap mewajarkan apa yang di lakukan oleh Dini. Mengingat Dini harus teta
Kiayi Musthofa langsung bangun dari tidurnya. Dia terlihat begitu terkejut dengan mimpi buruk yang di alami. Di mana ia bermimpi hal buruk terjadi pada Khadijah.Fatimah yang sedang menjaga kiayi Musthofa. Terlihat terkejut saat mendengar suara teriakan dari kiayi Musthofa. Dia terhentak, sebelum menghampiri kiyai Musthofa."Ada apa Mbah?" Tanya Fatimah panik."Mbah tadi mimpi Khadijah. Dia ketakutan, di kejar oleh dua laki-laki berbadan besar. Mbah khawatir akan hal buruk terjadi pada Bibi mu," ucap kiayi Musthofa dengan wajah pasrah."Astaghfirullah, semoga itu bukan hal buruk yang akan menimpa Bibi. Aku jadi khawatir Mbah," ucap Fatimah dengan wajah semakin panik."Mbah benar-benar khawatir dengan kondisi Bibi kamu. Khawatir keselamatan dari Khadijah. Ini akan semakin terlihat buruk, tetapi Mbah selalu berdoa akan keselamatan dari Bibi kamu," ucap kiayi Musthofa.Melihat kiayi Musthofa yang semakin panik. Fatimah segera menenangkan kakeknya tersebut. Dia memeluk tubuh lunglai kiayi
Entah siapa yang melakukan tindakan yang kurang baik pada Gus Fiment. Tetapi semua kendaraan yang ada di pondok pesantren. Secara tiba-tiba rusak begitu saja. Ini cukup membingungkan bagi seorang Gus Fiment. Tidak heran, apa yang terjadi saat ini cukup membuat Gus Fiment keheranan. Ia pun bertanya akan kondisi yang terjadi pada Gus Fiment saat ini. Mengingat seperti ada seseorang yang sedang melakukan sabotase pada Gus Fiment.Tidak peduli dengan kondisi kendaraan yang tiba-tiba tidak bisa di gunakan. Gus Fiment pergi ke kantor polisi dengan menumpang angkutan umum. Dia mencoba memberhentikan setiap angkutan umum yang melintas. Tetapi tidak satu pun angkutan umum itu berhenti tepat di depan Gus Fiment. Sehingga Gus Fiment terlihat begitu kebingungan dengan sikap para sopir angkutan umum."Tidak penuh. Tetapi kenapa mereka tidak mau berhenti. Seperti ada yang aneh saja," ucap Gus Fiment dengan raut wajah bingung.Angkutan berikutnya mungkin bisa menjadi opsi lain yang akan di dapat ole
Dini terlihat begitu cantik saat mengenakan kebaya berwarna putih. Begitu juga dengan Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan jas berwarna hitam serta kemeja putih. Tidak lupa, sarung dengan kualitas bahan yang prima di kenakan oleh Gus Fiment. Itu semakin membuat Gus Fiment terlihat begitu tampan. Hal yang tidak pernah di duga oleh banyak orang.Beberapa Santriwati mulai tertarik dengan penampilan dari Gus Fiment yang terlihat mempesona. Mereka tidak jemu melihat bagaimana seorang Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan gaya maskulin yang terlihat begitu berwibawa. Penampilan ciamik yang di perlihatkan oleh Gus Fiment. Semakin membuat banyak santriwati tertarik akan ketampanan dari Gus Fiment.Seorang penghulu sudah di siapkan untuk mewakili pak Suprapto sebagai wali dari Dini. Penghulu itu terlihat sudah begitu siap untuk mengawal pernikahan dari Gus Fiment dan Dini.Khadijah serta anggota keluarga lainnya juga, sudah tidak sabar untuk segera menyaksikan ijab qobul yang
Datang dengan kiayi Musthofa dan Khadijah. Gus Fiment tampil gagah dengan sebuah baju Koko serta celana panjang hitam. Tidak lupa, peci hitam semakin menambah ketampanan dari Gus Fiment di malam ini. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya pada Dini. Gus Fiment datang ke rumah Dini dengan modal nekat saja. Ini kesempatan yang cukup bagus. Mengingat masih ada kembaran dari Dini, yakni Deni. Begitu juga dengan pak Suprapto yang belum pulang ke rumahnya di Jakarta.Tiba di depan rumah Dini, Gus Fiment dengan suara merdunya mulai mengucapkan salam. Ada sedikit rasa gugup yang di rasakan oleh Gus Fiment. Tetapi dia tetap percaya diri untuk bisa mendapatkan cinta Dini. Meminang Dini sebagai istrinya.Dini langsung di buat terkesima dengan penampilan dari Gus Fiment. Dini melihat penampilan dari Gus Fiment begitu mempesona. Apalagi Dini menyukai peci hitam yang di kenakan oleh Gus Fiment. Peci itu begitu ciamik berpadu dengan baju koko yang di kenakan oleh Gus Fiment. Semakin memperlihatkan bagai
Ikhlas, tetapi sakit hati tetap di rasakan oleh seorang Fachri. Di sadar, tidak mungkin dirinya akan memaksa Dini untuk bisa cinta pada dirinya. Tidak mungkin juga bagi seorang Fachri untuk bisa mendapatkan cinta dari Dini. Tentu ada pertimbangan yang harus di lakukan oleh Dini akan Fachri. Itu hal yang tidak mudah. Tetapi Fachri selalu berusaha untuk tetap tegar dengan segala hal yang di rasakan. Menikmati semuanya dengan ikhlas. Sekali pun untuk tetap di posisi ikhlas bukan hal yang mudah. Mengingat banyak hal yang sudah di lakukan dengan Dini. Menghapus sebagian kenangan dengan Dini adalah bagian paling sulit yang tidak bisa dengan mudah di lakukan oleh Fachri.Fachri sudah tiba di Mesir dengan versi dia yang baru. Fachri berharap sudah tidak ada lagi rasa sakit yang di rasakan oleh Fachri seperti apa yang di rasakan oleh dirinya saat berada di Indonesia. Bertemu dengan Dini adalah hal yang paling menyakitkan bagi seorang Fachri. Tidak heran dia begitu merasa terbebani saat kembali
Khadijah terlihat begitu santai dengan sebuah buku di tangan kanannya. Begitu juga dengan kiayi Musthofa, yang terlihat menikmati suasana sore ini dengan sebuah buku tebal. Hobi keduanya yang sama-sama membaca, membuat suasana sore mereka di habiskan untuk membaca buku dari penulis terkenal di dunia. Melihat suasana sore yang hangat. Ini akan menjadi kesempatan yang cukup baik bagi Gus Fiment untuk bisa berdiskusi dengan mereka berdua. Tidak hanya diskusi kecil saja. Melainkan sebuah saran di harapkan oleh Gus Fiment dari keduanya. Permintaan dari Fachri tentu bukan permintaan yang biasa. Di mana Fachri menitipkan seorang Dini pada Gus Fiment. Fachri berharap Gus Fiment bisa menjaga seorang Dini seperti apa yang di minta oleh Fachri. Itu tugas yang tidak mudah. Tetapi Gus Fiment akan tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik dari permintaan seorang Fachri.Gus Fiment terlihat malu-malu saat tiba-tiba duduk di samping Khadijah. Pandangan matanya tidak mampu menatap ke arah Gus kia
Pak Suprapto sudah merapikan seluruh pakaiannya ke dalam koper. Ini adalah hari terakhir dia berada di desa. Di mana pak Suprapto siap kembali ke kota untuk menjalani kehidupan sebagai orang kota. Sudah rasanya bagi pak Suprapto untuk berada di desa. Menikmati setiap panorama yang ada di desa. Ini pengalaman yang paling menyenangkan di rasakan oleh pak Suprapto. Sehingga ia merasa ini adalah hal yang cukup menyenangkan untuk di rasa.Dini terlihat bersedih, saat melihat Deni sudah mulai memanaskan mobilnya. Deni siap kembali pulang ke kota, membawa pak Suprapto juga dalam perjalanan ke rumahnya tersebut. Hal yang cukup membuat Dini merasa sedikit kehilangan dengan kepulangan keduanya."Apa kamu tidak mau tinggal seminggu lagi di sini. Aku masih pengen sama Ayah," ucap Dini dengan begitu sedih."Pekerjaan Ayah siapa yang akan urus di sana. Posisi Ayah penting di perusahaan, makanya Ayah harus selalu ada di perusahaan. Tidak boleh hilang dari peredaran," ucap Deni dengan tegasnya."Tapi
Fachri berpelukan pada setiap anggota keluarganya, begitu pesawat yang akan membawa dirinya terbang. Dia meneteskan air mata pada setiap orang yang di peluknya. Memohon doa keselamatan yang akan di jalani oleh Fachri. Tentu ini akan menjadi perjalanan yang cukup panjang di tempuh oleh Fachri. Hal yang tidak biasa akan di lakukan oleh Fachri. Perjalanan yang tidak semestinya mungkin akan di lakukan oleh Fachri secara berjam-jam. Perjalanan jauh itu akan memakan waktu yang cukup panjang. Pelukan Fachri cukup lama di kiayi Musthofa. Beban berat di berikan oleh kiayi Musthofa pada seorang Fachri. Di mana Kiayi Musthofa berharap Fachri akan menjaga nama baik dari keluarga besarnya selama di Mesir nanti. Begitu juga dengan hal lain yang harus bisa di lakukan oleh Fachri. Dia harus bisa melakukan segala hal dengan sebaik mungkin. Sehingga tidak akan ada hal baru yang akan datang pada seorang Fachri. Itu cukup berkesan bagi Fachri, sehingga air matanya tidak berhenti menetes. Fachri terliha
Masih bingung dengan sikap dingin yang di tunjukkan oleh Fachri. Dini tentu tidak ingin tetap dalam rasa penasaran yang begitu besar. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya membuat Fachri terlihat begitu dingin pada dirinya. Ini sama sekali tidak sama seperti biasanya. Itu yang membuat Dini ingin tahu akan hal tersebut. Dini harus bisa menemukan jawaban dari segala persoalan yang sedang ada dalam diri Fachri.Dini mendatangi Fatimah. Orang yang mungkin bisa dia temui untuk mendapatkan segala informasi seputar pondok pesantren. Dini pun mengajak Fatimah untuk bertemu di taman. Di mana Dini sudah tidak sabar untuk tahu penyebab dari perubahan sikap dari seorang Fachri yang begitu drastis. Ini menjadi tanda tanya besar yang datang dari dalam diri seorang Dini. Sehingga ia harus tahu jawaban yang pasti dari seorang Fachri. Sikap Fachri yang tiba-tiba berubah drastis begitu saja. Tentu ada penyebab yang membuat dia menjadi dingin pada seorang Dini.Fatimah datang lebih dulu di taman. Sebelum
Sebelum keberangkatan ke Mesir. Fachri meminta bertemu terlebih dahulu dengan Gus Fatur. Tentu pertemuan dengan Gus Fatur akan menjadi sebuah pertemuan yang cukup di nanti oleh Fachri. Mengingat pertemuan dirinya tersebut akan menjadi pertemuan sekaligus meminta izin pada Gus Fatur. Bagaimana pun juga, Fachri berharap doa dari seorang Gus Fatur dalam perjalanan menuju Mesir. Mendapatkan banyak doa semakin baik di dapat oleh Fachri.Tidak hanya Fachri saja yang datang ke penjara untuk bertemu dengan Gus Fatur. Gus Fiment dan beberapa anggota keluarga lainnya, juga tertarik datang ke penjara untuk menjenguk Gus Fatur. Mereka ingin memberikan sedikit motivasi pada Gus Fatur yang saat ini dalam posisi tertekan.Khadijah yang sedikit kecewa dengan apa yang sudah di lakukan oleh Gus Fatur. Merasa apa yang telah di lakukan oleh Gus Fatur sedikit berlebihan. Mungkin ini akan sedikit lebih baik ketika Khadijah mulai merasa bisa memaafkan Gus Fatur. Sekali pun itu adalah hal yang sangat sulit d
Sempat ragu untuk melanjutkan pendidikan yang tertunda. Fachri akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk pergi kembali ke Mesir dalam melanjutkan pendidikan S2 yang sempat tertunda. Terlihat bagaimana raut wajah sedih masih menyelimuti seorang Fachri. Bagaimana pun juga, dia masih merasa begitu bersedih dengan kenyataan pahit yang harus di terima oleh dirinya akan perasaan dari Dini. Fachri menghampiri Gus Fiment, dia segera mengatakan pada Gus Fiment untuk tiket ke Mesir yang sudah di janjikan. Tiket yang bisa di pakai oleh Fachri kapan saja. Gus Fiment terhentak dengan permintaan dari Fachri tersebut. Dia penasaran dengan alasan dari Fachri yang akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk kembali ke Mesir. Mengingat Fachri yang selama ini menolak untuk kembali melanjutkan pendidikan yang sudah di jalaninya tersebut. "Ada angin apa, kenapa kamu menerima tawaran untuk kembali ke Mesir. Kamu tidak bercanda, bukan?" Tanya Gus Fiment dengan raut wajah kurang ya