Ditanya seperti itu seketika Anna tergugup. Dia beberapa kali mengerjapkan kelopak mata dengan cepat. Seketika lidahnya terasa kelu, Anna seakan tidak bisa memikirkan jawaban yang pas atas pertanyaan pria itu.
"Kenapa? Kau tidak bisa menjawabnya? Atau kau membual perkara bisa mengenali suamimu?" Eric mencibir, gadis ini begitu berani dan sekarang malah tidak memiliki nyali.
"Ti-tidak! Hanya saja ...," Anna berpikir sejenak kemudian, "Lagipula ... untuk apa aku menjawab pertanyaanmu itu? Sudahlah! Lebih baik aku pergi saja daripada terus meladenimu yang tidak jelas!"
Setelah mengatakan itu, Anna langsung pergi meninggalkan Eric yang tersenyum puas. Gadis ini, suatu saat dia akan membuatnya menyesal karena telah berani bersikap tidak sopan padanya.
Keesokan paginya, Anna sudah bersiap dengan perlengkapannya. Dia merasa tidak mendapatkan apapun padahal sudah seharian penuh bekerja di depan laptopnya. Jadi, dia berniat untuk datang ke perusahaan. Setidaknya dia harus mencoba sehingga tidak terus penasaran.
Anna keluar dari kamar dan langsung turun ke lantai satu. Di sana lagi-lagi dia tidak bertemu dengan Eric. Hanya ada Hellen yang menyambut paginya.
"Selamat pagi, Nyonya." Hellen melihat Anna sudah rapi lalu berkata, "Tuan Eric sudah pergi pagi-pagi sekali. Tapi dia menitipkan sesuatu untuk Anda."
Hellen berjalan mendekati Anna dan langsung memberikan sebuah kartu berwarna hitam.
Anna melihat kartu itu, dia tentu tahu jenis kartu itu meski tidak pernah melihatnya secara langsung. Kartu seperti ini, sangat mudah untuk diketahui di internet. Hanya beberapa orang yang mampu memiliki kartu jenis ini.
"Untuk apa kau memberikannya padaku?" Anna tidak senang, dia malah takut ketika melihatnya.
Dia datang ke rumah ini sebagai gadis pelunas hutang. Seharusnya dia diperlakukan setidaknya sebagai asisten rumah tangga. Tetapi sejak dia tinggal, bahkan dia bebas untuk keluar masuk rumah sesukanya. Sekarang pagi ini secara tiba-tiba Hellen malah memberikan titipan Eric yang tidak biasa ini padanya.
Anna sudah terbiasa sejak kecil dikesampingkan. Dia terbiasa bergaul dengan para asisten rumah tangga. Tetapi untungnya sang ayah menyekolahkannya di sekolah internasional, setidaknya dia memiliki pendidikan yang sama dengan Clarissa meski di rumah diperlakukan secara berbeda oleh ibunya.
Masa lalunya secara tidak sadar telah membuat Anna takut jika ada orang yang berbaik hati padanya. Dia khawatir akan disakiti jika terlalu percaya pada seseorang.
"Tidak, Hellen. Aku tidak bisa menerimanya." Anna menolak kartu itu dan berbalik hendak pergi dari sana, tetapi Hellen tidak membiarkannya.
"Nyonya, tolong Anda terima kartu ini. Jika Anda tidak menerimanya, saya khawatir Tuan Eric akan tidak senang terhadap saya."
Langkah Anna terhenti, dia melihat Hellen juga tidak tega. Sebagai seorang pekerja di rumah ini, Hellen tentu hanya menjalankan perintah tuannya.
Anna melihat kartu hitam itu beberapa saat kemudian berkata, "Tapi aku benar-benar tidak bisa menerimanya."
"Kalau begitu, tolong Anda saja yang kembalikan lagi pada Tuan Eric," pinta Hellen, menyodorkan kartu itu.
Anna menghela napas, dia dengan ragu menerimanya. "Kapan tuanmu itu pulang?"
"Biasanya jika Tuan makan malam di rumah, dia akan mengabarkan. Tapi jika tidak, kemungkinan akan kembali larut malam."
Anna menganggukkan kepala, "Baiklah, beritahu aku jika dia sudah pulang."
"Baik, Nyonya." Hellen melihat Anna yang sudah bersiap pergi lalu berkata, "Saya akan meminta seseorang untuk mengantar Anda."
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri."
Kemarin dia terburu-buru pergi jadi terpaksa meminjam salah satu mobil dan juga pegawai suaminya. Selain itu, dia juga tidak tahu jalan keluar dari rumah ini menuju jalan besar. Tapi sekarang dia sudah tahu jadi tidak perlu diantar keluar.
"Tapi, Tuan Eric—"
"Tunggu, bisakah kau jangan terlalu melibatkan dia dalam setiap hal yang ingin kulakukan?" Anna memohon.
Entah kenapa Anna merasa saat ini Hellen sedang mengawasi setiap gerakannya. Dia juga tidak tahu untuk apa tapi tentu saja hal itu itu membuatnya tidak nyaman. Anna jadi tidak bisa bergerak bebas sesuai dengan keinginannya.
Anna menatap Hellen selidik, tetapi wanita ini sama sekali tidak bisa dia baca. Ketika kedua mata mereka saling bertemu, otomatis sudut bibirnya terangkat.
"Aku hanya ingin pergi ke perusahaan ayahku. Aku sudah tahu jalan, jadi tidak perlu diantar. Kalau begitu," Anna langsung berbalik dan pergi dari sana. Dia tidak memberikan kesempatan bagi Hellen untuk menahannya.
Setelah keluar dari rumah, dia langsung bergegas pergi ke jalan besar. Menaiki kendaraan umum lalu langsung pergi menuju perusahaan ayahnya.
Dari rumah Eric, setidaknya dia harus dua kali berganti angkutan umum. Untungnya dia sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini. Dulu ketika masih sekolah dan kuliah, ibunya selalu tidak membiarkan dia untuk diantar jemput menggunakan sopir. Agatha berkata bahwa itu sebagai pelajaran untuknya supaya bisa mandiri. Hal itu terbukti dengan sifat Anna yang terbiasa sendiri. Dia bisa melakukan hal apapun tanpa bergantung dengan siapapun.
Berbeda dengan Clarissa yang selalu menggunakan sopir. Kakaknya sangat di anak emaskan oleh ibu mereka.
Setelah sampai Gwenevieve grup, Anna langsung naik ke lantai 20 tempat dimana ruang direktur utama berada. Anna berjalan mendekat, dia langsung menuju meja sekertaris.
Setelah sang ayah tiada, jabatan direktu utama langsung diambil alih oleh Agatha. Dia sama sekali tidak diperbolehkan untuk turun andil dalam kemajuan perusahaan. Anna hanya mendapatkan pekerjaan sebagai seorang staff saja.
Sampai akhirnya, dua minggu sebelum pernikahannya, secara tiba-tiba Agata langsung memberhentikan dia. Berkata bahwa sebentar lagi dia akan menjadi seorang istri jadi tidak boleh lagi untuk bekerja.
Anna tidak bisa berbuat apa-apa, jadi hanya bisa menerima dan menjalankan perannya. Sampai kemarin, akhirnya dia memutuskan. Anna juga berhak atas harta peninggalan sang ayah.
"Maaf, Nona. Anda tidak boleh masuk ke dalam," sekertaris tahu siapa Anna, karena itu begitu melihat Anna yang sudah berjalan mendekat, langsung menghadang dan tidak memperbolehkannya untuk masuk ke dalam.
Anna menatap sekertaris dengan tajam, wajahnya datar, "Kau tidak tahu siapa aku?"
Sekertaris langsung terkejut dengan reaksi Anna. Gadis ini sangat penurut bahkan kepadanya. Dulu jabatannya lebih tinggi, jadi dengan mudah menyuruhnya. Sekarang secara tiba-tiba datang dan tidak takut padanya.
"Tentu saja tahu. Karena itu aku melarangmu untuk masuk. Lebih baik kamu pergi dari kantor ini sekarang!" Sekertaris mengusirnya.
Anna tahu sejak dulu sekertaris tidak menyukainya. Memandangnya dengan rendah seperti yang selama ini dilakukan oleh Agatha dan Clarissa.
Dulu Anna selalu berpikir hanya ada ibunya saja dan Clarissa. Dia akan bisa terus hidup jika menuruti apapun perkataan mereka. Sekarang Anna sudah tidak mau lagi hidup seperti itu. Dia akan hidup sesuai dengan apa yang dia mau.
"Jika kau masih ingin bekerja di Gwenevieve grup, lebih baik enyah dari hadapanku sekarang!"
BERSAMBUNG~~
Sekretaris diusir seperti itu, dia menjadi terkejut. Anna yang merupakan gadis penurut seakan telah menghilang setelah menjadi istri seorang konglomerat.Kedua tangannya terkepal dengan arah di samping kanan dan kirinya, sekertaris sama sekali tidak gentar hanya dengan perubahan semalam. Wajah dan kedua matanya sudah merah akibat amarah. Sekretaris masih tidak melihat perubahan yang berarti di diri Anna. "Kau pikir, aku takut padamu?" Sekertaris sangat berani membentak balik. Baginya hanya Agatha dan Clarissa saja yang menjadi atasannya. Anna melihat bawa sekeras apapun dia mencoba, maka hasilnya akan percuma. Tetapi dia tidak akan menyerah hanya karena tidak diperbolehkan masuk ke ruang direktur utama. Anna melangkah mundur, sedikit menjauhi sekretaris, tetapi sebenarnya dia tidak benar-benar mundur, hanya sedang menunggu waktu yang tepat. "Kalau begitu," Anna mengeluarkan sebuah map berwarna coklat dan memberikannya pada sekertaris. "Berikan map itu pada ibuku."Sekertaris ragu-
Anna sangat sedih dengan kehadiran wanita itu yang tiba-tiba datang ke tempatnya biasa bertemu dengan Carlos. Tetapi perasaan yang paling besar adalah keterkejutan karena mendengar panggilan wanita itu pada pria di depannya. Anna melihat Carlos yang tersenyum cerah dan langsung berdiri menyambutnya. Bukan hanya itu, kedua tangannya terentang seakan siap untuk memeluk wanita itu dari kejauhan. Mereka akhirnya saling berpelukan dan di depan mata Anna, keduanya saling menempelkan bibir, berciuman singkat. Reflek Anna langsung memalingkan wajah ke arah jendela, dan seketika hatinya terasa nyeri, seperti ada luka sayat di sana. Setelah mereka saling bertegur sapa, keduanya melihat Anna dan langsung tersenyum malu. Carlos menarik kursi di sebelahnya untuk sang wanita. "Hai, Anna! Bagaimana kabarmu? Kudengar dari Carlos, sudah seminggu ini kau tiba-tiba menghilang, apakah kau baik-baik saja?" Wanita itu menyapanya. Anna memaksakan senyumnya, dalam hati dia berharap kedua orang itu tid
"Ternyata pria itu," Eric mengembalikan tab kepada Liam. Pikirannya sangat dalam, bayangan wajah Anna yang sangat berani padanya, tiba-tiba muncul. Dia tidak menyangka bahwa gadis seperti Anna, memiliki seorang pria lain dalam hatinya. "Kelinci kecil ini, begitu berani tapi ternyata memiliki sebuah rahasia kecil.""Ya, Tuan?" Suara Eric sangat kecil, hingga Liam tidak mendengarnya dengan jelas.Eric menggelengkan kepala, kemudian berkata, "Hari ini, dia kemana saja?"Liam tahu tanpa harus diberitahu siapa yang dimaksud oleh tuannya. Dia langsung menjelaskan, "Nyonya muda hanya pergi perusahaannya lalu bertemu dengan pria dan wanita tadi di sebuah cafe. Kemudian seperti yang kita lihat tadi, nyonya muda pergi ke Royal Crown bersama mereka untuk makan siang."Mendapati tuannya hanya diam saja, Liam melihat wajah Eric dan seperti biasa, dia tidak bisa membaca pikiran. Dia sangat penasaran, hal apa yang sedang dipikirkan oleh tuannya, jadi bertanya, "Apa Anda ingin pergi menyusul mereka?
Kening Eric berkerut bingung, tidak tahu apa yang terjadi pada sang istri, tetapi sudah jam segini, gadis itu malah belum kembali. Mengingat bahwa tadi siang dia telah melihatnya di restoran, pikirannya langsung memikirkan Anna yang sedang bersenang-senang dengan pria pujaannya. Hal itu tanpa dia sadari telah membuatnya tidak nyaman. Suasana hati Eric juga saat ini sedang tidak bagus, menelpon Anna tetapi malah langsung mendapatkan teriakan dari gadis itu, jadi langsung membalasnya dengan amarah yang menggebu, "Aku mengganggumu? Kau pikir aku mengganggumu? Kaulah yang menggangguku!"Napas Eric sangat cepat, wanita inilah yang telah mengganggu pikirannya. Membuat dia yang sengaja pulang cepat demi bisa makan malam di rumah dengan tenang, malah menjadi tidak nyaman sebab dia yang tak kunjung pulang. Sekarang malah berkata bahwa dia telah mengganggunya? Gadis ini ingin menguji kesabarannya rupanya. Eric dengan emosi, kembali bertanya, "Kau dimana? Kenapa kau belum pulang?" Dari sebr
Kening Eric berkerut tidak senang, "Untuk apa dia ke sana?"Tanpa menunggu jawaban Liam, Eric segera bergegas masuk ke dalam mobil. Liam juga tidak banyak bertanya, dia langsung masuk ke dalam mobil dan menjadi penunjuk jalan untuk tuannya. Ketika dalam perjalanan, ponsel Eric berbunyi, pertanda ada sebuah pesan singkat masuk. Tanpa membuka, Eric langsung tahu bahwa itu merupakan pesan dari Liam yang memberitahukan dimana keberadaan Anna sekarang. Setengah jam sebelumnya, Anna menunggu dengan sabar angkutan umum yang mungkin akan lewat. Dia sudah tidak bisa berharap bahwa bus akan datang karena ini sudah melewati jadwalnya beroperasi. Anna menghela napas, dia berpikir tidak akan bisa pulang malam ini. Lagipula, dia memang tidak ingin pulang sekarang. Hatinya sedang tidak baik, jadi setelah pergulatan panjang dalam benaknya, Anna segera pergi menuju sebuah penginapan yang telah dia cari di internet sebelumnya.Namun, ketika sampai, ternyata penginapan yang dimaksud oleh internet itu
Anna terdiam mendengarnya, pertanyaan yang diajukan oleh pria ini, tentulah sebuah pertanyaan retorik. Dia tidak perlu menjawab karena semua jawabannya terlihat dengan jelas. Anna sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini, dia menikah dengan Eric hanya karena dorongan dari sang ibu. Selain itu, hatinya kini sudah terisi oleh pria lain meski cintanya sudah bertepuk sebelah tangan, dia tidak tahu apakah bisa membuka hati untuk suaminya itu. Anna menghela napas, melihat Eric yang masih menatapnya dalam diam, lalu berkata, "Katakan pada tuanmu, saat ini aku hanya ingin sendiri. Besok pasti aku akan kembali. Aku tidak akan kabur dari pernikahan ini."Eric tidak langsung menjawabnya, pria itu hanya bergeming di tempatnya berdiri, menatap Anna tanpa ekspresi. Tidak tahu apa yang dipikirkan olehnya, Anna juga tidak terlalu peduli. "Jika kau sudah selesai, silakan pergi dari kamarku. Sudah malam dan aku ingin beristirahat," Anna berucap sembari berjalan menuju pintu kamarnya. Mempersila
Hari sudah siang dan para pengunjung pantai sudah mulai berdatangan, Anna juga harus segera kembali dan berganti pakaian. Terlepas dari apa yang terjadi sekarang, Anna harus mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya pada sang ayah. Anna masuk ke dalam rumah dan melihat Hellen sudah berdiri menyambutnya. Dia hanya mengangguk singkat sebagai balasan sapaan wanita itu kemudian langsung masuk ke kamarnya. Tidak butuh waktu yang lama untuknya bersiap, Anna langsung turun dari kamarnya dan berjalan menuju pintu rumah. Namun, tiba-tiba namanya dipanggil, Anna menoleh dan melihat Hellen menghampirinya. "Maaf, nyonya. Makan siang sudah siap, apakah Anda—""Tidak. Hari ini aku tidak makan di rumah," Anna kembali berbalik tetapi Hellen juga kembali memanggil.Anna menghela napas, dia dengan malas bertanya, "Ada apa? Aku mungkin tidak akan makan malam di rumah. Jadi tidak perlu menyiapkan makan malam."Hellen tersenyum, dia masih melakukan tugasnya dengan baik, lalu berkata, "Tidak, saya hanya
Anna menunggu Carlos menjelaskan maksudnya, seketika tubuhnya menegang, pikirannya tiba-tiba berkata bahwa pria ini sudah tahu tentang perasaannya. "Carlos, ada apa?" Anna bertanya ragu-ragu, jantungnya berdebar dengan kencang, keringat dingin mulai muncul dari dahinya. Carlos menatap Anna dengan sedih kemudian bertanya, "Anna, apakah benar bahwa saat ini kau telah menikah dengan seorang pria dari keluarga yang telah memberikan ibumu uang untuk membantu perusahaan keluargamu?" Anna terbelalak, dia tidak pernah menduga bahwa hal ini yang akan dibicarakan oleh Carlos padanya. Dia tidak pernah berniat untuk memberitahu pria itu tentang masalahnya. Dia bahkan tidak pernah bercerita tentang pernikahannya pada siapapun. Anna menundukkan kepala, jemarinya saling bertaut, sikapnya yang seperti itu, tidak lepas dari pandangan Carlos. Pria itu sudah hafal dengan setiap gerakannya. Di matanya Anna merupakan gadis lugu yang tidak bisa berbohong. Jika gadis ini berusaha untuk berbohong, maka
Waktu berlalu sejak hari di mana mereka pergi ke taman yang ada di dekat rumah. Berhari-hari setelahnya, Ethan juga terlihat murung karena tidak bisa bermain dengan teman barunya. Anna berpikir bahwa ini hanya masalah anak kecil, waktu yang akan membuatnya lupa. Sekarang kedua anaknya sudah beranjak dewasa. Ethan sudah berusia 30 tahun sementara Lyra tahun ini baru menginjak usia 28 tahun. Anna menikmati kebersamaannya bersama dengan sang suami. Perusahaan pun sudah perlahan-lahan diserahkan pada Ethan. Kini dia dan Eric hanya tinggal menikmati masa tua bersama. Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.00 sore. Sebentar lagi suami dan juga anak-anaknya akan kembali setelah selesai bekerja. Anna merapikan meja makan dan tepat pada saat itu dugaannya benar. Tak lama datang Eric dengan Lyra yang menggendong tangannya. Namun, tidak ada Ethan yang mengekori mereka. Hal itu membuat Anna bertanya-tanya, "Sayang, dimana kakakmu?" Lyra memeluk sang ibu kemudian berkata, "Kata
Akhirnya Anna harus merelakan pakaian dalam kesayangannya menjadi korban "keganasan" Eric yang sudah tidak bisa menahan gairahnya. Anna hanya bisa pasrah dan menikmati saja setiap perlakuan yang diberikan oleh suaminya. Anna merasa kehidupannya sudah sangat sempurna, suami yang sangat mencintainya dan juga anak-anak yang cantik dan tampan. Sudah lengkap kebahagiaan yang dirasakan olehnya setelah bertahun-tahun hidup dalam kesedihan. Tahun demi tahun dilalui keluarga kecil itu dengan penuh semangat kebahagiaan. Kerikil tetap saja akan hadir tetapi jika Eric terus menggenggam kedua tangannya, maka semua akan menjadi baik-baik saja. Kini Anna dan Eric bersiap-siap untuk mengajak Lyra dan Ethan bermain ke taman. Mereka berdua dengan penuh semangat dan kebahagiaan mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan untuk hari yang menyenangkan bersama keluarga kecil mereka.Lyra yang ceria dan Ethan yang penuh energi dengan riangnya melompat-lompat karena hendak diajak pergi ke taman. Mer
Eric merasa sangat malu karena sudah tertangkap basah melakukan sesuatu yang tidak senonoh oleh istrinya. Padahal dia berusaha untuk menjaga kerahasiaan dirinya sendiri tetapi tidak disangka malah Anna tiba-tiba datang kembali setelah dia menyuruhnya untuk pergi beristirahat. Saat ini Eric sedang duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk dan jemari yang saling bertaut. Dia seperti seorang penjahat yang sudah kedapatan tertangkap warga saat sedang melakukan aksinya. "Anna, aku ...." Eric tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk diberikan pada istrinya. Anna menggelengkan kepala, menatap Eric dengan tidak percaya. Dalam hati sedikit merasa bersalah karena dialah yang menjadi penyebab Eric melakukannya. Seandainya saja dia tidak ketakutan, mungkin hal seperti tadi tidak akan pernah terjadi. Anna menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia berjalan mendekati suaminya kemudian duduk di sebelahnya. "Sayang, maaf, aku tidak bermaksud—""Maafkan aku." Eric meng
Eric memicingkan kedua matanya, kali ini dia balik menatap Anna dengan kesal. Berani sekali istrinya ini berbohong dengan mengatakan bahwa dia belum selesai. Membuat Eric merasa uring-uringan selama seharian ini. Sementara Anna, dia tahu marabahaya akan segera datang. Dia segera bersiap, mendorong tubuh Eric, hendak bangun dan pergi meninggalkannya. Namun, gerakan Anna tidak kalah cepat dengan gerakan Eric. Prianitu segera menangkap pergelangan tangannya, membuat Anna tidak bisa pergi menjauhinya. "Kamu mau kemana?" Eric berkata dengan tatapan mengintimidasi. Anna yang melihat itu, seketika dia sadar bahwa riwayatnya akan segera tamat. Eric pasti tidak akan membiarkannya. "Eric, aku ...." Anna tidak bisa lagi berkata-kata. Dalam hati dia merasa harus mengubah strateginya. Jika ditolak, tentu Eric akan kecewa. Sementara jika diladenipun, Anna takut sebab dia masih merasa ngilu melakukannya. Anna berdeham, dia melingkarkan kedua tangannya di leher Eric kemudian memberikan kecupan-
"Mana ada! Bahkan aku tidak pernah terpikir untuk melakukan hal seperti itu di belakang!" Eric membela diri.Anna memicingkan kedua matanya, menatap Eric dengan perasaan curiga. Perlahan dia berjalan mendekati suaminya kemudian melirik ke arah layar laptop yang terbuka. Di sana hanya ada lembar kerja lengkap dengan catatan di sana. Anna membuka seluruh isi di dalamnya dan tidak menemukan hal-hal mencurigakan. Anna menolehkan kepala dan tatapannya langsung bertemu dengan Eric. Kedua tangan pria itu bersedekap di depan dada, melihat sang istri yang menatap yang tidak percaya. "Bagaimana? Apakah kamu sudah menemukan hal-hal yang kamu cari?" Eric bertanya dengan penuh keberanian. Sementara Anna, dia hanya diam sembari terus memperhatikan ekspresi wajah suaminya. Tetapi dia hanya mencintai kebenaran di sana. Eric sama sekali tidak berbohong tentang dia yang memiliki pekerjaan. "Kalau gitu, sekarang tidur bersama denganku! Kamu sudah berjanji tidak akan menyentuh pekerjaan selama dua b
Sepanjang hari itu, Eric merasa sangat kesal dengan keadaan. Padahal dia yakin bahwa hari ini istrinya sudah siap. Dia sudah menghitung tanggal dan sekarang adalah hari yang tepat. "Bukankah sudah satu bulan berlalu, tapi kenapa belum juga bisa? Apakah aku salah menghitung?" Eric bermonolog. "Kenapa, Eric?" Edmund bertanya, saat ini dia sedang mengajak Ethan bermain di halaman belakang tetapi tiba-tiba mendengar putranya berbicara. Hanya saja dia tidak terlalu mendengarkan, sehingga tidak tahu kalimat yang diucapkan oleh Eric. Eric menolehkan kepala dan dalam hati merasa malu sebab dia tidak menyadari bahwa telah menyuarakan isi kepalanya. "Tidak ada," Eric menggelengkan kepala. Edmund tidak bertanya lagi, dia memilih untuk kembali fokus pada Ethan hingga tiba-tiba Eric memanggilnya. "Kenapa?" Edmund bertanya. Eric terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dia berkata, "Pa, apakah wanita memang membutuhkan waktu yang lama setelah melahirkan?" Mendengar pertanyaan putranya, seketi
"Eric? Kamu kenapa, Nak?" Vania sangat terkejut melihat tampilan putranya yang sudah mirip seperti zombie. Kantung mata hitam sangat terlihat dengan jelas ditambah dengan rambut yang acak-acakan serta kaos putih oblong yang sudah tidak beraturan. Eric seperti pria yang tidak terurus. Vania mengintip dari balik celah tubuh putranya dan saat itulah dia semakin terkejut. Anna dalam posisi duduk dan bersandar di kepala ranjang dengan menggendong Lyra dan juga kedua mata yang terkanduk. "Apa yang terjadi dengan kalian? Kenapa penampilan kalian seberantakan ini?" Hari masih pagi tapi anak dan menantunya sudah tidak bersemangat untuk menjalani hari. "Tadi malam Lyra tidak mau tidur, setiap kami ingin meninggalkannya tidur, dia malah terus menangis sampai membangunkan Ethan. Akhirnya kami ajak mereka berdua untuk tidur bersama di bawah tapi malah berakhir tidak tidur semalaman." Eric berjalan dengan gontai ke arah ranjang kemudian berbaring di samping Ethan yang baru saja terlelap bebera
Anna memejamkan kedua mata setelah hari yang melelahkan untuknya. Dia sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan dari arah ruang keluarga ke kamar. Bahkan untuk bernapas saja, rasanya sangat sulit untuk dilakukan. Tepat pada saat itu Eric turun dari lantai dua dan duduk di sebelahnya. Terdengar helaan nafas panjang sebagai tanda bahwa suaminya itu juga merasakan hal yang sama dengannya. Anna dan Eric merasa kelelahan yang mendalam setelah merawat Ethan dan Lyra yang masih bayi. Mereka duduk di sofa dengan ekspresi lelah. Ketika Ethan lahir, meskipun merasa lelah tetapi mereka berdua bisa mengatasinya dengan sangat baik. Keduanya akan secara bergantian menjaga Ethan malam dan juga pagi. Eric akan menjaga Ethan pada malam hari sementara Anna terlelap. Kemudian dari pagi hingga bertemu dengan matahari terbenam, ganti Anna yang menjaga. Selama dua bulan mereka melakukannya hingga akhirnya jam tidur Ethan berangsur normal seperti manusia pada umumnya. Pada malam hari, Ethan sudah tidak l
Anna dan Eric membawa dua anak mereka ke tempat yayasan dimana Cedric tinggal. Sudah bertahun-tahun sejak Gwenevieve diakuisisi oleh Eric, Cedric memilih untuk tinggal di yayasan ini bersama para orang tua lain. Ethan dengan penuh kegembiraan mendekati Lyra yang terbaring tenang dalam gendongan kakeknya, Cedric. Bocah berusia hampir tiga tahun itu sangat menyayangi adiknya, jadi ketika dalam posisi berdekatan seperti ini maka dia akan memajukan wajah dan memberikan kecupan di pipi Lyra. Cedric, dengan senyuman hangat dan penuh kelembutan, menyambut Ethan dan Lyra dengan penuh kasih sayang. Dia merasa begitu bersyukur bisa melihat cucunya yang baru lahir dan cucunya yang sudah tumbuh dengan sehat dan bahagia."Ethan sayang sama adik Lyra?" Cedric bertanya dengan penuh sayang. Ethan langsung mengganggukan kepalanya dengan sangat antusias, "Ethan sayang adik!" Cedric tak kuasa menahan tawanya, melihat tingkah lucu sang cucu, membuat dia sangat gemas. Kehadiran dua cucu membuat hidupn