Agatha langsung melihat Anna dengan tatapan penuh kebencian. Dia tidak lagi bisa menahan dirinya, kedua tangannya terkepal erat, langkahnya yang lebar berjalan mendekati AnnaAnna tidak sempat menghindar, tubuhnya langsung terjatuh dan menyentuh lantai. Pipinya terasa panas dan dia bisa merasakan anyir darah dari sudut bibirnya. Sang ibu telah memberikan tamparan keras di wajahnya. "Beraninya kamu bertindak sejauh ini!" Agatha hendak menyerang Anna kembali namun berhasil dihalau oleh Robert. Pria itu langsung mendorongnya kemudian membantu Anna yang bangun, setelahnya dia kembali melihat Agatha yang sangat marah, "Jika kamu berani melukainya lagi, aku tidak akan segan menuntutmu dengan tuduhan kekerasan."Mendengarnya, Agatha langsung tidak berani. Sekarang perusahaannya telah berada dalam masalah yang besar. Dia tidak boleh menambahkannya lagi, masalah pasti akan semakin memburuk jika dia berani melukai Anna. "Kamu baik-baik saja Anna?" Robert bertanya dengan khawatir. Anna meras
Anna sudah tidak bisa menahannya lagi, air matanya langsung keluar tanpa permisi. Kini wajahnya sudah merah karena tangis. Dia tidak lagi dapat berpikir hal yang lain. "Lalu ... siapa orang tuaku?" Anna terbata menanyakannya. Melihat Robert tidak mampu untuk menjawab pertanyaannya, Anna tahu bahwa itu berarti dia merupakan anak yang tidak diketahui asal-usulnya. Menyadari fakta itu, seketika hatinya yang sedih semakin tidak karuan. "Tapi Anna, kehadiran mu ... paman yakin bahwa ayahmu sangat mencintaimu. Karena itu dia membawamu ke tengah-tengah keluarga Gwenevieve meski sudah memiliki Clarissa. Selain itu, kamu sendiri tahu bagaimana perlakuannya padamu. Dia sangat menyayangimu, Anna." Sementara Carlos, dia tak kalah terkejut dengan Anna. Dia tidak pernah mendengar cerita tentang hal ini dari ayahnya. Ternyata, keluarga Anna menyimpan sebuah rahasia yang mencengangkan. Pantas saja Agatha melemparkan Anna pada pemuda cacat untuk melunasi hutangnya. Pantas saja selama ini wanit
Eric tersenyum di balik meja kerjanya, kelinci kecil ini, jika ingin membalas, maka balas dengan benar. Hanya dengan sebuah artikel, sudah pasti ibunya bisa membereskannya dengan mudah. "Tuan, apakah Anda ingin menambahkannya lagi dengan hal yang kemarin?" Eric tanpa mengangkat wajahnya, dia mengambil secangkir kopi dan langsung menyeruputnya pelan. Lalu menggelengkan kepala, "Nanti saja." Liam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemarin tuannya mendapatkan sebuah berita baru, jika ingin menghancurkan Gwenevieve grup, maka hanya dengan satu berita itu sudah cukup. Tidak menyangka dia hanya akan menyerang mereka dengan hal kecil. Liam sangat tidak mengerti jalan pikiran tuannya ini. "Lalu, bagaimana dengan identitas Nyonya muda? Apakah juga akan dikeluarkan sekarang?" Kali ini Liam berhasil mendapatkan perhatian Eric. Pria itu mengangkat kepala dan bertemu pandang dengannya. "Tidak! Jangan biarkan ada satupun artikel mengenai Anna muncul. Dia adalah istriku," ucap Eric de
Kedua mata Eric menyipit, seharusnya dia langsung saja membuat wanita itu sampai tidak bisa bangkit. "Bagaimana prosesnya?" Liam terperanjat, sekarang dia tidak tahu mana yang pria itu maksud. "Maaf, Tuan. Tapi maksud Anda apa?"Eric berdecak, dia melihat Liam dengan kesal, berapa tahun asistennya ini bekerja bersamanya tapi sampai sekarang tetap saja masih tidak bisa mengerti. “Selidiki tentang perusahaan keluarga Anna, apa yang terjadi di dalam sana dan darimana kita bisa memulai menghancurkannya!” Eric memerintahkan. ”Meng … menghancurkan?” Lima tergagap mendengar perintah tidak kira2 dari bosnya.”Iya, karena dia telah berani melukai istriku, maka jangan harap aku bisa tinggal diam. Pertama, ketika mereka menukar pengantinnya aku masih bisa memaafkan, tapi kali ini mereka bahkan dengan berani menyentuh wanitaku.”Walaupun sebenarnya, pertukaran pengantin itu memang sudah diperkirakan oleh Eric. Tapi bagaimana perlakuan mereka pada Anna, tentu dia tidak bisa tinggal diam. Anna
Eric terbelalak, dia tidak menyangka bahwa berita ini yang akan dia dengar. Orang yang dikira semua orang telah mati, ternyata masih hidup sampai sekarang. "Lalu, apa yang terjadi padanya?" Eric bertanya dengan tenang seperti berita ini tidak terlalu mempengaruhinya. Liam tidak langsung menjawab tuannya, dengan perlahan dia menyerahkan tab yang dia pegang pada tuannya. Meski terkadang dia tidak bisa mengerti maksud tuannya, namun Liam merupakan bawahan setia yang sangat pintar. Dengan muda pria itu menempatkan seseorang di posisi terpenting pada Gwenevieve grup. Dia juga bisa menempatkan seseorang di posisi yang paling dipercayai ol h Agatha. Jadi, sangat mudah dia mengetahui sebuah rahasia yang sangat menggemparkan. Dimana Agatha yang selama ini berperan sebagai seorang wanita setia dan ibu yang baik, ternyata menyimpan sebuah rahasia besar. Eric menerima tab tersebut, melihat sebuah foto yang menunjukkan seorang pria dengan pakaian rumah sakit sedang duduk di dalam kamar ra
Eric mendengus, dia melihat Jason tanpa ekspresi, hanya dengan ancaman seperti itu, mana mampu membuat tubuhnya bergetar. Melihat Eric yang sepertinya tidak terpengaruh, seketika Jason langsung tahu bahwa dia telah gagal. Namun, bukan Jason jika langsung menyerahkan begitu saja. Jason melihat Eric dengan santai, "Kutunggu kabar darimu."Setelah mengatakan itu, Jason segera berbalik dan pergi dari sana. Saat di luar ruangan, dia melihat Liam menatapnya sinis. Lihat jika dia sudah menjadi CEO, orang pertama yang akan diberhentikan olehnya, tentu pria ini!Ketika dia telah sampai di dalam mobil, Jasom tersenyum merendahkan. Tatapannya sangat dalam, pikirannya masih berada di ruangan adiknya. Setelah beberapa saat, ponselnya berbunyi. Menandakan sebuah pesan singkat telah masuk.Jason tanpa ekspresi, membuka pesan yang datang dari asistennya. Sebuah kontak yang memang telah dia tunggu sejak tadi. Jason menempelkan ke telinga dan ketika panggilannya dijawab, senyuman di wajahnya langs
Seorang pria bertubuh yang tegap dan tinggi, serta wajah dengan garis rahang yang tegas memasuki cafe, pandangan pria itu langsung tertuju pada Laura yang melambaikan tangan ke arahnya.Laura dengan antusias melihat Anna seraya berkata, "Dia adalah sepupuku. Dia tampan dan mapan, aku yakin dia sangat cocok denganmu, Anna!"Anna sama sekali tidak menduga bahwa Laura akan memperkenalkannya dengan seorang pria. Masalahnya, dia tidak mau memfokuskan dirinya untuk segala hal tentang percintaan. Anna memiliki masalah lain yang lebih utama daripada sebuah hubungan. Selain itu Anna juga sudah memiliki suami, meski dia belum pernah bertemu dengan suaminya tetapi statusnya saat ini adalah sebagai istri orang. Carlos bangun dan berbisik di telinga Laura, "Laura, seharusnya kau tidak berbuat seperti ini. Mengenalkan Anna pada seorang pria tanpa berdiskusi dulu dengannya, itu adalah perbuatan yang tidak baik. Laura melirik Carlos dengan kesal, jika dia melakukannya, tentu Anna tidak akan mau dat
"Tidak perlu, kali ini aku yang akan membayarnya." Anna langsung mengambil dompet dari dalam tasnya.Tepat pada saat itu, Brian segera menahan gerakannya. Pria itu tersenyum pada Anna kemudian berkata, "Aku tidak terbiasa dibayari oleh seorang wanita cantik." Anna tersenyum, dia melihat Brian yang menatapnya penuh minat, "Terima kasih, Tuan Brian. Tapi aku juga tidak terbiasa dibayari oleh orang asing."Laura terkekeh, dia bagai mendengar sebuah lelucon dari mulut Anna. Dia sangat tahu bagaimana Anna, jika bukan karena ingin menjadi kekasih Carlos, dia sangat enggan untuk berteman dengannya. Anna melihat itu, dirinya merasa terhina. Memang dia sadar bahwa apapun yang dimilikinya sangat tidak sebanding dengan Laura. Tetapi hanya mentraktir mereka sarapan, tentu tidak akan sampai membuat dia bangkrut. Anna masih memiliki cukup uang jika hanya untuk itu. Laura melihat tatapan mereka yang tertuju ke arahnya, seketika dia mengembalikan ekspresi wajahnya dan berdeham, kemudian berkata pa
Waktu berlalu sejak hari di mana mereka pergi ke taman yang ada di dekat rumah. Berhari-hari setelahnya, Ethan juga terlihat murung karena tidak bisa bermain dengan teman barunya. Anna berpikir bahwa ini hanya masalah anak kecil, waktu yang akan membuatnya lupa. Sekarang kedua anaknya sudah beranjak dewasa. Ethan sudah berusia 30 tahun sementara Lyra tahun ini baru menginjak usia 28 tahun. Anna menikmati kebersamaannya bersama dengan sang suami. Perusahaan pun sudah perlahan-lahan diserahkan pada Ethan. Kini dia dan Eric hanya tinggal menikmati masa tua bersama. Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.00 sore. Sebentar lagi suami dan juga anak-anaknya akan kembali setelah selesai bekerja. Anna merapikan meja makan dan tepat pada saat itu dugaannya benar. Tak lama datang Eric dengan Lyra yang menggendong tangannya. Namun, tidak ada Ethan yang mengekori mereka. Hal itu membuat Anna bertanya-tanya, "Sayang, dimana kakakmu?" Lyra memeluk sang ibu kemudian berkata, "Kata
Akhirnya Anna harus merelakan pakaian dalam kesayangannya menjadi korban "keganasan" Eric yang sudah tidak bisa menahan gairahnya. Anna hanya bisa pasrah dan menikmati saja setiap perlakuan yang diberikan oleh suaminya. Anna merasa kehidupannya sudah sangat sempurna, suami yang sangat mencintainya dan juga anak-anak yang cantik dan tampan. Sudah lengkap kebahagiaan yang dirasakan olehnya setelah bertahun-tahun hidup dalam kesedihan. Tahun demi tahun dilalui keluarga kecil itu dengan penuh semangat kebahagiaan. Kerikil tetap saja akan hadir tetapi jika Eric terus menggenggam kedua tangannya, maka semua akan menjadi baik-baik saja. Kini Anna dan Eric bersiap-siap untuk mengajak Lyra dan Ethan bermain ke taman. Mereka berdua dengan penuh semangat dan kebahagiaan mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan untuk hari yang menyenangkan bersama keluarga kecil mereka.Lyra yang ceria dan Ethan yang penuh energi dengan riangnya melompat-lompat karena hendak diajak pergi ke taman. Mer
Eric merasa sangat malu karena sudah tertangkap basah melakukan sesuatu yang tidak senonoh oleh istrinya. Padahal dia berusaha untuk menjaga kerahasiaan dirinya sendiri tetapi tidak disangka malah Anna tiba-tiba datang kembali setelah dia menyuruhnya untuk pergi beristirahat. Saat ini Eric sedang duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk dan jemari yang saling bertaut. Dia seperti seorang penjahat yang sudah kedapatan tertangkap warga saat sedang melakukan aksinya. "Anna, aku ...." Eric tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk diberikan pada istrinya. Anna menggelengkan kepala, menatap Eric dengan tidak percaya. Dalam hati sedikit merasa bersalah karena dialah yang menjadi penyebab Eric melakukannya. Seandainya saja dia tidak ketakutan, mungkin hal seperti tadi tidak akan pernah terjadi. Anna menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia berjalan mendekati suaminya kemudian duduk di sebelahnya. "Sayang, maaf, aku tidak bermaksud—""Maafkan aku." Eric meng
Eric memicingkan kedua matanya, kali ini dia balik menatap Anna dengan kesal. Berani sekali istrinya ini berbohong dengan mengatakan bahwa dia belum selesai. Membuat Eric merasa uring-uringan selama seharian ini. Sementara Anna, dia tahu marabahaya akan segera datang. Dia segera bersiap, mendorong tubuh Eric, hendak bangun dan pergi meninggalkannya. Namun, gerakan Anna tidak kalah cepat dengan gerakan Eric. Prianitu segera menangkap pergelangan tangannya, membuat Anna tidak bisa pergi menjauhinya. "Kamu mau kemana?" Eric berkata dengan tatapan mengintimidasi. Anna yang melihat itu, seketika dia sadar bahwa riwayatnya akan segera tamat. Eric pasti tidak akan membiarkannya. "Eric, aku ...." Anna tidak bisa lagi berkata-kata. Dalam hati dia merasa harus mengubah strateginya. Jika ditolak, tentu Eric akan kecewa. Sementara jika diladenipun, Anna takut sebab dia masih merasa ngilu melakukannya. Anna berdeham, dia melingkarkan kedua tangannya di leher Eric kemudian memberikan kecupan-
"Mana ada! Bahkan aku tidak pernah terpikir untuk melakukan hal seperti itu di belakang!" Eric membela diri.Anna memicingkan kedua matanya, menatap Eric dengan perasaan curiga. Perlahan dia berjalan mendekati suaminya kemudian melirik ke arah layar laptop yang terbuka. Di sana hanya ada lembar kerja lengkap dengan catatan di sana. Anna membuka seluruh isi di dalamnya dan tidak menemukan hal-hal mencurigakan. Anna menolehkan kepala dan tatapannya langsung bertemu dengan Eric. Kedua tangan pria itu bersedekap di depan dada, melihat sang istri yang menatap yang tidak percaya. "Bagaimana? Apakah kamu sudah menemukan hal-hal yang kamu cari?" Eric bertanya dengan penuh keberanian. Sementara Anna, dia hanya diam sembari terus memperhatikan ekspresi wajah suaminya. Tetapi dia hanya mencintai kebenaran di sana. Eric sama sekali tidak berbohong tentang dia yang memiliki pekerjaan. "Kalau gitu, sekarang tidur bersama denganku! Kamu sudah berjanji tidak akan menyentuh pekerjaan selama dua b
Sepanjang hari itu, Eric merasa sangat kesal dengan keadaan. Padahal dia yakin bahwa hari ini istrinya sudah siap. Dia sudah menghitung tanggal dan sekarang adalah hari yang tepat. "Bukankah sudah satu bulan berlalu, tapi kenapa belum juga bisa? Apakah aku salah menghitung?" Eric bermonolog. "Kenapa, Eric?" Edmund bertanya, saat ini dia sedang mengajak Ethan bermain di halaman belakang tetapi tiba-tiba mendengar putranya berbicara. Hanya saja dia tidak terlalu mendengarkan, sehingga tidak tahu kalimat yang diucapkan oleh Eric. Eric menolehkan kepala dan dalam hati merasa malu sebab dia tidak menyadari bahwa telah menyuarakan isi kepalanya. "Tidak ada," Eric menggelengkan kepala. Edmund tidak bertanya lagi, dia memilih untuk kembali fokus pada Ethan hingga tiba-tiba Eric memanggilnya. "Kenapa?" Edmund bertanya. Eric terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dia berkata, "Pa, apakah wanita memang membutuhkan waktu yang lama setelah melahirkan?" Mendengar pertanyaan putranya, seketi
"Eric? Kamu kenapa, Nak?" Vania sangat terkejut melihat tampilan putranya yang sudah mirip seperti zombie. Kantung mata hitam sangat terlihat dengan jelas ditambah dengan rambut yang acak-acakan serta kaos putih oblong yang sudah tidak beraturan. Eric seperti pria yang tidak terurus. Vania mengintip dari balik celah tubuh putranya dan saat itulah dia semakin terkejut. Anna dalam posisi duduk dan bersandar di kepala ranjang dengan menggendong Lyra dan juga kedua mata yang terkanduk. "Apa yang terjadi dengan kalian? Kenapa penampilan kalian seberantakan ini?" Hari masih pagi tapi anak dan menantunya sudah tidak bersemangat untuk menjalani hari. "Tadi malam Lyra tidak mau tidur, setiap kami ingin meninggalkannya tidur, dia malah terus menangis sampai membangunkan Ethan. Akhirnya kami ajak mereka berdua untuk tidur bersama di bawah tapi malah berakhir tidak tidur semalaman." Eric berjalan dengan gontai ke arah ranjang kemudian berbaring di samping Ethan yang baru saja terlelap bebera
Anna memejamkan kedua mata setelah hari yang melelahkan untuknya. Dia sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan dari arah ruang keluarga ke kamar. Bahkan untuk bernapas saja, rasanya sangat sulit untuk dilakukan. Tepat pada saat itu Eric turun dari lantai dua dan duduk di sebelahnya. Terdengar helaan nafas panjang sebagai tanda bahwa suaminya itu juga merasakan hal yang sama dengannya. Anna dan Eric merasa kelelahan yang mendalam setelah merawat Ethan dan Lyra yang masih bayi. Mereka duduk di sofa dengan ekspresi lelah. Ketika Ethan lahir, meskipun merasa lelah tetapi mereka berdua bisa mengatasinya dengan sangat baik. Keduanya akan secara bergantian menjaga Ethan malam dan juga pagi. Eric akan menjaga Ethan pada malam hari sementara Anna terlelap. Kemudian dari pagi hingga bertemu dengan matahari terbenam, ganti Anna yang menjaga. Selama dua bulan mereka melakukannya hingga akhirnya jam tidur Ethan berangsur normal seperti manusia pada umumnya. Pada malam hari, Ethan sudah tidak l
Anna dan Eric membawa dua anak mereka ke tempat yayasan dimana Cedric tinggal. Sudah bertahun-tahun sejak Gwenevieve diakuisisi oleh Eric, Cedric memilih untuk tinggal di yayasan ini bersama para orang tua lain. Ethan dengan penuh kegembiraan mendekati Lyra yang terbaring tenang dalam gendongan kakeknya, Cedric. Bocah berusia hampir tiga tahun itu sangat menyayangi adiknya, jadi ketika dalam posisi berdekatan seperti ini maka dia akan memajukan wajah dan memberikan kecupan di pipi Lyra. Cedric, dengan senyuman hangat dan penuh kelembutan, menyambut Ethan dan Lyra dengan penuh kasih sayang. Dia merasa begitu bersyukur bisa melihat cucunya yang baru lahir dan cucunya yang sudah tumbuh dengan sehat dan bahagia."Ethan sayang sama adik Lyra?" Cedric bertanya dengan penuh sayang. Ethan langsung mengganggukan kepalanya dengan sangat antusias, "Ethan sayang adik!" Cedric tak kuasa menahan tawanya, melihat tingkah lucu sang cucu, membuat dia sangat gemas. Kehadiran dua cucu membuat hidupn