Anna dan Eric duduk di dalam mobil, suasana di dalam mobil tegang namun penuh dengan kekuatan dan cinta. Anna merasakan kontraksi yang semakin intens, membuatnya merasa cemas dan tegang. Eric, yang duduk di sampingnya, memegang erat tangan Anna dengan penuh perhatian dan dukungan.
"Kuatkan dirimu, Sayang. Kita hampir sampai," ucap Eric dengan suara lembut, mencoba memberikan dukungan pada Anna.
Anna menatap wajah Eric, dia hanya tersenyum lemah dan mengangguk pelan. Rasa sakit itu semakin terasa tetapi juga nikmat sebab dalam hatinya penuh rasa bahagia.
Eric memeluk tubuh Anna semakin erat, wajahnya dipenuhi dengan ekspresi kekhawatiran dan kepedihan saat melihat Anna mengalami kontraksi yang intens di tengah perjalanan menuju rumah sakit. Dia merasa tidak tega melihat istrinya dalam rasa sakit yang begitu kuat, bahkan Eric sampai mengeluarkan air mata, namun dia juga merasa tegar dan siap memberikan dukungan sebanyak mungkin.
Saat ras
Anna dan Eric duduk di ruang rawat rumah sakit, wajah mereka dipenuhi dengan campuran antara kelelahan dan kebahagiaan setelah proses persalinan yang melelahkan. Mereka menatap dengan penuh cinta dan antisipasi ke pintu ruangan yang akan membawa bayi laki-laki mereka."Eric, dimana bayi kita? Kenapa mereka belum juga membawanya?" Anna bertanya dengan cemas, dia begitu tidak sabar untuk melihat bayi Eric menatap sang istri dengan penuh cinta, dia memegang tangan Anna kemudian berkata, "Sabar, ya, Sayang. Sebentar lagi mereka akan membawanya." Tepat pada saat itu, pintu terbuka, perawat membawa bayi laki-laki mereka yang baru lahir. Bayi itu terbaring dengan tenang di dalam selimut kecil, wajahnya penuh dengan kepolosan dan keajaiban kehidupan yang baru dimulai. Anna dan Eric saling bertatapan dengan mata penuh cinta dan kebahagiaan, merasa begitu bersyukur dan bahagia dengan kehadiran si kecil."Tuan, Nyonya, ini adalah bayi kalian," ucap perawat. Perawat dengan lembut menyerahkan b
Orang tua Eric dan Anna terdiam sejenak, terpesona dengan keindahan dan makna dari nama yang dipilih oleh Eric dan Anna untuk cucu laki-laki mereka. Mereka saling bertatapan dengan penuh kekaguman, merasakan kehangatan dan kebahagiaan atas keputusan yang diambil oleh anak-anak mereka."Istilah 'Ethan' memiliki arti kekuatan, 'Delwyn' artinya teman yang adil, dan 'Shailendra' merupakan raja gunung. Nama itu begitu indah dan penuh makna, kami merasa begitu bangga dengan pilihan kalian," kata Vania dengan suara penuh haru dan kebahagiaan.Edmund tersenyum lebar, merasa begitu bersyukur dan bahagia atas kehadiran cucu laki-laki mereka yang membawa kebahagiaan baru dalam keluarga.Orang tua Eric dan Anna merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang tak tergantikan di antara mereka. Mereka saling berbagi senyuman dan kebahagiaan, merasakan kekuatan cinta dan kebersamaan dalam keluarga mereka.Dalam momen yang penuh kehangatan ini, mereka
Masih dengan posisi Anna duduk di samping Eric di dalam mobil, wajahnya dipenuhi dengan ekspresi kekhawatiran. Anna tentu tidak bisa menyembunyikan perasaannya di depan suaminya. "Anna, ada apa?" Eric bertanya dengan lembut. Anna terdiam beberapa saat dengan kedua tangan yang saling bertaut, "Eric, aku takut dengan respon orang tua kita. Ethan masih terlalu kecil untuk memiliki adik. Aku khawatir mereka tidak menerima anak yang sedang ku kandung ini." "Anna, aku tahu kamu khawatir tentang bagaimana orang tua kita merespon kabar kehamilan ini," ucap Eric dengan suara lembut dan penuh perhatian. Dia memandang Anna dengan penuh kasih sayang, mencoba untuk menguatkan dan mendukungnya di tengah kekhawatiran yang dirasakan oleh Anna.Anna merespon dengan tatapan yang penuh dengan kekhawatiran dan kecemasan. Dia mengungkapkan rasa takutnya akan reaksi orang tua mereka, khawatir akan kekecewaan atau ketidaksetujuan yang mungkin terjadi. Eric meraih tangan Anna dengan lembut, memberikan keh
Anna dan Eric duduk di ruang keluarga dengan putra laki-laki mereka, Ethan, yang berusia kurang dari dua tahun bermain di dekat mereka. Mereka merasa tegang namun penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan saat mereka bersiap untuk memberitahu Ethan tentang kabar kehamilan Anna, adik Ethan yang akan segera datang."Ethan sayang, ada kabar baik yang ingin Mama dan Papa bagikan padamu. Mama sedang hamil, dan kamu akan memiliki adik kecil yang akan segera datang," ucap Anna dengan suara lembut dan penuh kasih sayang. Ethan menatap dengan mata penuh keingintahuan, mencoba untuk memahami kabar yang disampaikan oleh orang tuanya.Eric memeluk Ethan dengan penuh kelembutan, mencoba untuk menjelaskan kabar tersebut dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh anak kecil itu. Mereka berdua merasakan kehangatan dan kebahagiaan dalam momen yang penuh keajaiban ini, siap untuk menyambut kehadiran adik kecil yang akan segera datang.Ethan, dengan polosnya, merespon dengan senyuman dan riang. Dia merasa se
Eric segera menghampiri sang istri dan melihat istrinya itu kembali tanpa ada putra mereka yang mengekor di belakangnya. Saat itu juga dia merasa paham tanpa Anna harus menjelaskan. "Ethan di mana? Kenapa kamu kembali sendirian?" Meski sudah tahu, Eric tetap saja bertanya. Dia merasa perlu untuk mendengar penjelasan dari Anna untuk bisa mengetahui di mana keberadaan putra mereka.Anna menangis sesenggukan, dia menjelaskan meski dengan terbata-bata, "Aku tadi ... membawanya masuk ke dalam toilet wanita, tapi ketika kami akan kembali, tiba-tiba dia melepaskan genggaman tanganku, dia langsung berlari pergi menjauhiku. Di saat itu aku kehilangan jejaknya. Eric, bagaimana ini? Aku ibu yang tidak becus menjaga anak. Aku ibu yang jahat—"Eric langsung menarik Anna ke dalam pelukannya, dia mengusap punggung istrinya itu dengan hangat, "Sayang, kamu bukan ibu yang jahat. Tidak apa-apa. Aku mengerti. Kita cari Ethan bersama-sama. Dia pasti tidak pergi jauh dari sini." Eric melepaskan pelukanny
Setelah kejadian beberapa hari lalu di taman bermain, Anna dan Eric memberikan pengawasan penuh terhadap Ethan. Mereka tidak membiarkan siapapun untuk menjaganya tanpa ada salah seorang di antara mereka. Terlebih Anna yang merasakan trauma akibat kehilangan putranya meski sesaat. Anna dan Eric lebih memilih untuk bermain di sekitaran rumah saja. Kalaupun mereka keluar, maka akan ada banyak orang yang menjaga. Hal itu lebih baik daripada ada penyesalan di kemudian hari. Anna tidak mau kejadian seperti itu terulang kembali. Anna, Eric, dan Ethan bermain riang di halaman belakang rumah mereka, di tengah sinar matahari yang hangat dan udara segar. Anna, yang sudah hamil 8 bulan, duduk di kursi santai sambil tersenyum melihat Eric dan Ethan bermain dengan gembira.Eric dan Ethan berlarian-larian di halaman belakang, tertawa riang dan bahagia. Mereka saling mengejar dan bermain dengan bola, menciptakan momen keceriaan yang tak terlupakan di antara mereka. Anna, sambil memegang perutnya ya
Anna merasa tidak enak pada Vania, ibu mertuanya, namun dia juga merasa terikat untuk menghormati keputusan Vania. Meskipun dengan perasaan yang campur aduk, Anna akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah bersama dengan Eric, meninggalkan Vania dan Ethan di taman."Baiklah, Ma. Aku akan masuk ke dalam bersama dengan Eric." Anna melihat ke arah putranya yang masih asik bermain kemudian menatap kembali Vania, "Titip Ethan, ya, Ma."Vania tersenyum lalu menganggukan kepalanya, setelah itu dia membiarkan anak dan menantunya masuk ke dalam rumah. Tidak baik seorang ibu hamil berada di luar ketika hari akan menjelang malam. Beberapa saat setelahnya, Vania kembali memfokuskan perhatiannya pada Ethan. Anak kecil ketika sedang asyik bermain memang sulit sekali untuk diperintahkan berhenti. Dulu ketika Eric masih kecil pun juga sama. Sulit sekali mengajaknya masuk ke dalam rumah bahkan hanya untuk sekedar makan malam. Di taman, Vania mencoba untuk membujuk Ethan dengan penuh kesabaran da
Eric dengan sigap membawa Anna pergi ke rumah sakit. Kali ini belajar dari pengalaman pertama, Eric tidak bisa melakukan apapun selain menenangkan sang istri. Eric sudah memastikan dokter stand by di sekitar rumahnya untuk berjaga-jaga ketika nanti anak mereka akan lahir. Jadi, dokter itu juga akan menemani mereka ketika dalam perjalanan ke rumah sakit. "Sabar, ya, Sayang. Sebentar lagi akan sampai." Rumah Sakit sebelumnya kembali dipilih oleh Eric sebagai tempat untuk menyelamatkan istri dan anak mereka. Tapi memang sengaja dipilih dekat dari rumah supaya tidak memakan waktu yang lama. Dalam waktu kurang dari 10 menit akhirnya mereka telah sampai. Sebuah brankar juga sudah siap di depan pintu IGD. Eric segera menggendong Anna dah menidurkannya di atas brankar. Kemudian mereka langsung membawa Anna yang sedang kesakitan ke ruangan bersalin. Eric tak pernah sedetikpun meninggalkan Anna sendirian. Dia terus saja bersama, di samping istrinya. Memegang tangan Anna, memastikan bahwa i