Hari itu akhirnya Eric menyetujui keinginan Anna untuk tetap tinggal di kapal selama mereka liburan. Apapun asalkan Anna merasa bahagia, maka akan Eric lakukan. Namun, tentu dengan sebuah persyaratan, hari itu mereka harus beristirahat penuh dan tidak boleh melakukan apapun kecuali berjalan-jalan di sekitar kapal. Bahkan ketika Anna ingin berdiri di balkon kamar, tetap harus ada Eric yang mendampinginya. Seperti yang dilakukan Eric sekarang, Anna merasa bosan karena mereka hanya berada di kamar setelah dia diperbolehkan keluar dari ruang kesehatan. Jadi, Eric memberikan sebuah opsi supaya Anna bisa menghirup napas bebas dengan duduk di balkon kamar. Suara riak air terdengar sangat merdu di telinga, Anna memejamkan kedua mata, merasakan hembusan angin yang sangat menenangkan jiwa. Berulang kali Anna menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Terasa sangat menenangkan. "Bagaimana? Kamu suka?" Eric bertanya, dia mengambil tangan Anna untuk digenggamnya dengan erat. An
Mendengar kalimat yang diucapkan oleh sang suami, seketika membuat wajah Anna bersemu merah. Bagai tomat ceri yang baru saja matang, semakin membuat Eric merasa gemas dengan istrinya. Eric menghembuskan napas dengan pelan, aroma mint langsung tercium harum di indra penciuman Anna. Tanpa sadar Anna memejamkan kedua mata, merasakan hembusan napas sang suami yang terasa menenangkan untuknya. Saat itu, Anna merasakan sebuah tangan besar yang menyentuh wajahnya. Tangan yang besar dan hangat, membuatnya sangat nyaman. Tanpa ditanya, Anna tahu bahwa tangan itu adalah milik suaminya. Sentuhan Eric tanpa sadar membuat sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Beberapa saat hanya ada keheningan di antara mereka hingga akhirnya Anna bisa merasakan hembusan nafas yang hangat di telinga kanannya. Tak lama terdengar suara berbisik yang berkata, "Aku menginginkanmu malam ini." Anna langsung membuka kedua matanya, menatap sang suami yang terlihat serius dengan kata-kata yang diucapkan barusan
Anna memukul lengan Eric dengan kencang, tetapi apalah tenaganya yang sangat tidak sebanding dengan kekuatan bertahan suaminya? Eric malah seperti merasa istrinya itu sedang memberikan cubitan kecil di lengannya. Eric tertawa mendengarnya, dia langsung saja memberikan kecupan di bibir Anna secara bertubi-tubi. Bahkan sampai membuat istrinya itu kesal, meronta meminta dilepaskan. Anna dengan segala sikapnya, selalu berhasil membuat Eric gemas dan tergoda. Namun, hari ini dia harus menahan diri, setidaknya sampai nanti ketika mereka akan kembali beristirahat di malam hari. "Kenapa kamu senang sekali membuatku kesal? Apa kamu memang sengaja membuatku tua lebih cepat karena terus saja marah padamu?!" Eric menarik pinggang Anna, dia mengusap wajah istrinya dengan hangat kemudian berkata, "Iya, aku minta maaf, ya? Jangan marah lagi, oke?" Anna menyipitkan kedua matanya kemudian berkata, "Jika aku memaafkanmu, apakah kamu tidak akan menggangguku lagi?" "Aku tidak yakin, karena menggoda
Anna melihat wajah sang suami yang hanya tersenyum padanya. Eric hanya diam saja dan sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. "Eric, apa maksudnya ini? Kenapa kamu memberiku pakaian bayi?" Anna semakin tidak mengerti ketika pria itu hanya memperdalam senyumannya. Dalam pikiran Anna saat ini Eric begitu menginginkan kehadiran seorang bayi di antara mereka. Jadi berpikir bahwa mungkin mereka bisa mengadopsi seorang bayi untuk mereka rawat. Anna bukannya tidak mau, tetapi dia masih ingin berusaha dengan darah dagingnya sendiri. Anna masih memiliki harapan bahwa di kemudian hari dia bisa kembali hamil. Namun, melihat ekspresi wajah Eric yang sangat bahagia, membuat Anna juga menjadi tidak tega. Jika memang mengadopsi bayi adalah keinginan dari pria itu, Anna merasa bahwa dirinya juga tidak berhak untuk melarang. "Kamu ingin bayi? Kamu ingin kita mengadopsi seorang bayi?" Anna menghela napas, dia memegang tangan Eric kemudian berkata, "Baiklah, jika memang itu yang kamu inginkan. Aku
Anna merasa berdebar ketika perawat mengoleskan gel ke perutnya. Kemudian seorang dokter wanita menempelkan sebuah alat dan bertepatan dengan itu, layar monitor di depannya menampilkan sebuah gambar yang tidak asing untuk Anna. Tubuh Anna sampai membeku ketika melihat layar monitor di depannya. Seperti dia telah mendapatkan sebuah keajaiban dan hadiah ya memang sangat dinginkannya. Anna bahkan sampai tidak bisa berkata-kata ataupun mengeluarkan air mata. Saat ini dia merasa sangat bahagia jika memang pikirannya benar. "Nyonya Anna memang betul hamil, ya. Ini adalah rahim dan disini adalah kantung janinnya. Ukurannya sudah sebesar kacang polong ...." Dokter juga menjelaskan bahwa bayi mereka sudah mulai terbentuk seperti manusia pada umumnya hanya saja memang belum terlihat karena ukurannya yang masih kecil. Usianya juga masih kurang dari satu bulan sehingga rentan sekali bagi Anna untuk kelelahan. Anna baru bisa bernafas dengan lega setelah mendengarkan penjelasan dokter dengan ba
Eric menyipitkan kedua matanya, pria yang ada di depannya, tentu dia tahu. Dia adalah Phillip Ballard, CEO Velux grup sekaligus ayah kandung Jessie. Pria itulah yang mengusulkan pertunangannya dengan Jessie dulu. Namun, Eric menolak dengan tegas sebab dia memang tidak berniat untuk menjalin sebuah komitmen. Selain itu, setelah bertemu dengan mendiang Lily, membuat Eric ingin membalas budi dengan menikahi Anna. Sekarang Phillip tiba-tiba datang ke rumahnya tanpa pemberitahuan, apa yang dipikirkan oleh pria itu, tidak ada alasan yang lebih logis selain berhubungan dengan Jessie. "Untuk apa Anda datang ke rumahku?" Eric langsung ke inti pembicaraan. Eric bahkan tidak menawarkan Phillip untuk masuk ke dalam rumahnya. Phillip terkekeh melihat Eric yang sangat jelas tidak menerima kehadirannya. Tetapi dia sama sekali tidak peduli, yang dia inginkan hanyalah tujuannya tercapai. "Tuan Eric," Phillip tertawa kecil saat menyebutkan nama Eric. "Aku akan langsung saja ke inti, sangat aneh ba
"Aku tidak mau!" Eric menolak dengan tegas. Phillip sudah bisa menduga penolakan yang akan dilayangkan oleh Eric. Dia tahu bahwa Eric emang bukan seorang pria yang mudah diberi ancaman. Semakin Phillip berusaha mengancam, maka akan semakin sulit baginya mencapai keinginannya. Namun, Phillip juga bukan orang yang suka ditolak. Apapun yang diinginkannya pasti akan didapatkan dengan mudah. Meski sulit, dia tidak peduli, Phillip pasti akan dapatkan keinginannya. Tiba-tiba suara tawa Phillip terdengar, Eric hanya menyipitkan kedua matanya tanpa merespon apapun. Dia sudah muak, segera memberikan lirikan tajam pada Liam. Tanpa bicarapun Liam sudah paham, dia segera menekan sebuah tombol yang berada tidak jauh dari pintu ruang kerja. "Kamu tidak bisa menolak Jessie. Saya akan pastikan kamu tidak bisa lari dari tanggung jawabmu!" Tepat pada saat itu, dua orang pria dengan tubuh yang kekar masuk ke dalam ruang kerja. Mereka bersiap menunggu perintah dari tuannya. Phillip melirik ke arah
"Dari mana kamu mendapatkannya?" Anna hanya menatap suaminya tanpa ekspresi, dia melihat Eric selidik, dalam hati berharap bahwa berita itu tidak benar. Pesan yang diterima oleh Anna merupakan sebuah pesan singkat yang tidak diketahui dari mana asalnya. Tetapi orang yang mengirim menggunakan nomor itu berkata bahwa ada seorang gadis di luar sana yang sedang hamil anak suaminya. Anna tentu saja tidak percaya, tetapi dalam hatinya dia juga wanita biasa. Anna merasa cemburu dan juga terluka dengan berita itu meski dia yakin bahwa Eric bukan laki-laki brengsek seperti kebanyakan. Akibat rasa cemburu dan juga marah yang dirasakan oleh Anna, membuat dia enggan untuk berdekatan dengan suaminya. Sehingga kesalahpahaman itu akhirnya terjadi dan Eric menjadi pria yang salah di mata Anna. "Aku tidak tahu siapa yang sudah mengirimkan hasil foto USG itu padamu. Tapi, yang dikatakan oleh orang itu tidak benar," Eric berkata dengan nada suara serta ekspresi wajah yang sangat meyakinkan. Meliha