California, USA
Alesio berada di perusahaan utama Kingston, mengurus lembaran kertas bernilai jutaan dollar didepannya, membubuhkan tanda tangannya pada kertas putih itu.
“Tuan Alesio”
“Kenapa?” Tanya Alesio tanpa menatap Markus yang masuk kedalam ruang kerjanya.
“Pengawal Zeo yang ditugaskan menjaga Nyonya melaporkan jika Nyonya menggali makam ibunya” Lapor Markus
Gerakan Alesio terhenti, tatapannya kini fokus pada Markus sepenuhnya “Alana sudah tahu peti itu kosong?”
“Sudah Tuan”
“Bagaimana dia bereaksi?" tanya Alesio, suaranya terdengar serius.
Markus menggeleng. "Zeo belum memberikan laporan lebih lanjut, Tuan. Tapi, sepertinya nyonya dalam kondisi yang tidak stabil."
"Kau kembalilah ke Indonesia. Perketat keamanan Alana dan pastikan tidak ada yang menyakitinya lalu awasi segala pergerakan Yulina, cari tahu apakah wanita itu berhubungan dengan Clark at
Yulina menatap layar handphone dengan wajah pucat dan matanya membelalak kaget. Hatinya berdegup kencang, merasa terkepung oleh ancaman Alana yang tak terduga ini.“Selain menjadi selingkuhan papa, kamu juga berselingkuh dengan pria lain, astaga..” Ucap Alana dengan ekspresi syok yang dibuat-buat"Alana!!" ucap Yulina dengan suara gemetar, mencoba meredakan ketegangan yang terasa semakin memuncak. "Akan kubunuh kau!."Alana tersenyum semakin lebar “Oh lakukan saja, tapi kupastikan namamu akan terpampang disemua laman berita sebagai wanita murahan, Ohya bukankah pria ini salah satu letnan angkatan darat… kudengar istrinya orang yang lebih berpengaruh” Kekeh Alana. Ekspresi Yulina membuat Alana semakin senang“Jadi bagaimana jika kita akhiri transaksi disini. Katakan dimana mayat mamaku dan kupastikan nama baikmu bersih dan tenang saja Henry akan tetap menjadi wakil direktur” Ucap Alana panjangYulina tidak merespon namun melihat ekspresi dan wajah pucat Yulina membuat Alana puas “Kamu
“Alana..” Panggil HenryAlana tak bergeming namun dia jelas menangkap sosok Henry dan Linda yang berdiri tak jauh dibelakangnya “Bisakah kamu pergi? aku tidak ingin berdebat dihari seperti ini” Ucap Alana“Maafkan aku” Ucap Henry. Alana melirik sekilas sebelum kembali fokus pada makam didepannya“Kali ini apa lagi yang kamu rencakan?” Alana bertanya sinis“Kak Ana” Linda mengambil alih “Maaf untuk kesalahan mama dan papa. Aku tahu mereka sudah keterlaluan, tapi bisakah kak Ana memaafkan Kak Henry. Aku tidak memiliki siapapun selain kak Henry sekarang” Ucap LindaAlana menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya berdiri. Matanya terus tertuju pada batu nisan yang megah, di mana nama "Saras Wijaya" terpahat dengan indah di permukaannya. Dia menatap tulisan nama itu, sebuah nama yang begitu berarti dalam kehidupannya, dan dia merasa sebuah kehangatan menyelin
Alesio bersandar dipinggir kabin kapal. Matanya menatap pada kegelapan tak berujung didepannya. Dengan kaos hitam yang meletak ditubuhnya tidak membuat Alesio kedinginan karena angin laut tetapi justru sebaliknya, Alesio merasakan kenyamanan, seolah angin itu memeluknya “Sejak kapan kau melankonis begini?” tanya seorang pria bernetra hijau yang kini berusia 50-an Alesio tersenyum tipis “Sejak menikah” Jawabnya "Apa aku harus memberimu beberapa nasihat tentang bagaimana menjalani pernikahan yang bahagia?" Ucap Max “Ayolah, kau tidak akan paham karena belum menikah” Max tertawa melihat reaksi Alesio. Dia tidak tersinggung dengan ucapan Alesio karena itulah kenyataannya, Max tidak tertarik dengan romansa bernama ‘cinta’ baginya perasaan itu hanyalah semu sejak hubungannya dengan Erika Tylor kandas. "Bajingan kecil ini. Jadi bagaimana rasanya menikah? sudah hampir setahun bukan?" Tanya Max memastikan Alesio menggeleng “Baru delapan bulan lewat” “Kau bahagia?” Tanya Max sambil menat
Alesio membuka pintu apartemen dengan hati yang berdebar. Satu-satunya hal yang dia nantikan adalah melihat wajah Alana lagi. Langkahnya berat saat dia berjalan ke kamar, di mana Alana biasanya berada. Ketika dia memasuki kamar, dia melihat bayangan Alana tertidur di tempat tidur. Wajahnya yang tenang dan damai memantulkan cahaya redup dari lampu tidur yang berdekatan.Hati Alesio berdesir. Debaran kuat menghantam dadanya saat dia mendekati tempat tidur. Dia tidak bisa menahan senyuman saat melihat Alana tertidur dengan nyenyak. Meskipun matanya nampak membengkak tetapi wajah Alana tetap cantik dan terlihat semakin imut.Alesio duduk di tepi tempat tidur, mengamati wajah Alana dengan penuh kasih sayang. Dia ingin sekali memeluknya, merasakan hangatnya tubuhnya, tetapi dia takut akan membangunkannya. Sebaliknya, dia memilih untuk duduk di sana dalam diam, menikmati keindahan Alana yang terlelap.Sampai akhirnya Alesio tidak bisa menahan diri, dia ikut masuk ke da
Alesio membiarkan Alana turun dari ranjang. Tatapan elangnya yang tajam, tak pernah lepas dari gerakan Alana. Satu tangannya menopang kepalanya dengan anggun, sementara matanya terus memperhatikan setiap langkah Alana sampai tubuh Alana menghilang dibalik pintu kamar mandi.Alesio bersandar sambil terkekeh pelan, mengingat percintaanya semalam sungguh membuat Alesio senang. Bisakah dia terus melakukannya? Alesio ingin terus menghujami Alana. Rasanya dia sudah kecanduan dan sulit lepasPintu kamar mandi kembali terbuka, Alesio menoleh, kembali menatap Alana dengan posisi yang sama. Wanita itu keluar dengan bathrob putih miliknya"Ada apa yang kau cari?" suaranya terdengar tenang, tapi isinya penuh dengan otoritas.Alana menoleh ke arah Alesio dengan ekspresi kebingungan yang terpancar jelas di wajahnya. "Handphoneku. Aku mau belanja hari ini" jawabnya cepat sambil tetap mencari handphonenya yang entah bagaimana tiba-tiba menghilang.“Belanja?
Ting.Dentingan handphone Alesio berbunyi, memecah kesunyian ruangan kerja Alesio. Pria itu meraihnya dengan gerakan cepat, dan saat layar menyala, matanya langsung tertuju pada sebuah foto dengan pesan yang masuk setelahnya.Foto itu memperlihatkan seorang pria yang tidak asing bagi Alesio. Pandangan tajamnya menembus layar, menatap foto dengan ekspresi yang gelap."Dia milikmu? Kau yakin?" pesan yang menyertai foto itu membuat Alesio mengerang dalam hati. Ketegangan langsung mencengkeram dirinya, mengubahnya menjadi pria yang penuh dengan kegelisahan."F*ck!" desis Alesio dengan geraman yang terdengar samar. Tangannya menggenggam handphone dengan erat, dan urat-urat di tangannya menonjol dengan jelas akibat ketegangan yang dirasakannya.Tanpa ragu, dia menelpon Alana “Halo?” Suara Alana disebrang sana membuat Alesio menghela napas, menetralkan kegilaannya yang akan lepas"Pulang sekarang!" desaknya dengan suara tegas, tanpa mem
“Setelah membuatku merasakan hal seperti ini, kau menolakku?” desis Alesio dengan nada mengejek, senyumnya mengisyaratkan kepuasannya yang bercampur dengan kegagalan Alana. “Oh Alana sayang, kau benar-benar menggali titik kesabaranku.” Sambungnya dengan nada menggantung“Perasaanku padamu sudah hilang” Alana mengaku dengan bebas di hadapannya.Alesio hanya tertawa rendah, matanya yang tajam menyapu wajah Alana. Tanpa ampun, dia menarik tubuh Alana lebih dekat ke tubuhnya, menghimpitnya dalam dekapan hangatnya.“Sayang sekali, aku justru semakin tertarik untuk mengambilnya kembali” katanya dengan nada yang merendahkan, membenamkan wajahnya di leher Alana."Jangan egois Alesio. Seperti katamu, hubungan kita adalah bisnis" ujar Alana dengan tajam, menunjukkan ketegasannya."Persetan" gumam Alesio, matanya menyipit dalam ekspresi kesal, tetapi dia tidak melepaskan cengkramannya pada Alana. Sebalikny
//……Playlist red velvet : phscyo….//Suara bantingan kembali terdengar, Alana menghela napas, entah apa yang pria itu hancurkan dia tidak khawatir, lagipula semua yang ada diapartemen itu milik Alesio.Alana berjalan menjauhi kamar, mengabaikan Alesio yang mengamuk di dalam, bukannya Alana tidak peduli namun pikirannya sedang kalut karena ucapan Clark dan Alesio yang tidak mau membuka diri padanya.Alana berjalan ke ruang tamu, tumpukan belanjaanya masih tersusun rapi diatas meja. Mau tak mau Alana meraih tumpukan paperbag itu lalu berjalan kembali ke kamar.Begitu pintu terbuka Alana bisa melihat kondisi kamar yang berantakan. Meja nakas yang hancur dan terbalik, cermin full body yang pecah membuat potongan-potongan kaca berserakan di lantai, serta beberapa barang lain yang tercecer di sekitar kamar.“Jangan kesini” Ucap Alesio, duduk di ujung tempat tidur sambil memandang hampa ke arahnya.Alana mendengus,