“Alana mendapatkan sahamnya kembali” Ucap Henry pada ibunya
Yulina menggigit kukunya dengan marah. Dia merasa darahnya mendidih ketika mendengar kabar tersebut. Selama ini, dia telah berusaha mati-matian untuk menjatuhkan Alana dan membuat putranya mendapatkan posisi pewaris. Namun, upaya-upaya itu telah gagal, dan sekarang Alana kembali memiliki kepemilikan saham di perusahaan Dirgantara.
"Wanita itu tidak akan pernah berhenti menghalangi kita" ujar Yulina dengan suara yang penuh dengan kebencian. "Dia pikir dia bisa menggagalkan rencana kita? Dia akan mendapatkannya!"
Henry menatap ibunya. Meskipun dia ingin mendapatkan Alana, disisi lain dia juga terjebak dalam ambisi ibunya. "Mungkin kita perlu mencari cara lain untuk menyelesaikan ini, bu" ucap Henry dengan hati-hati. “Alana memiliki Alesio disisinya”
Yulina menoleh tajam pada putranya. "Tidak, Henry. Kita tidak boleh mundur sekarang. Kita harus membuat Alana menyesal telah me
Alesio melihat reaksi Alana dan memutuskan untuk meneruskannya. "Ya, kau benar-benar gila malam itu. Tidak bisa kubayangkan apa yang kamu lakukan jika aku tidak berhenti."Alana berdiri di tempat, terguncang oleh tuduhan yang tiba-tiba itu. Dia merasa kebingungan dan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Pikirannya berkecamuk, mencoba untuk memahami kebenaran di balik kata-kata Alesio."Aku tidak percaya" bisiknya dengan suara gemetar.Alesio menunjuk bibirnya yang sedikit terluka, menambah dramatisasi pada ceritanya. “Kau bahkan mengigit bibirku sampai berdarah, Alana. Kau bilang ingin memakannya karena seperti Jelly."'Like jelly' kata-kata itu memantul dalam pikiran Alana. Ingatan tentang saat Alesio menggendongnya dan dirinya yang mencium pria itu berputar dalam pikirannya. Wajah Alana memerah, dia mengingat momen ketika dia benar-benar mengigit bibir Alesio, meskipun tanpa maksud yang sebenarnya.“Maafkan aku” Ucap Alana
Alana menyesali pertanyaannya karena suasana langsung berubah drastis setelah dia menyebut nama Diana. Hatinya berdebar keras, mencoba untuk menjaga ketenangannya meskipun suasana menjadi tegang.“Diana… Apa dia kekasihmu?” Tanya Alana, mencoba menahan getar ketidakpastian di dalam suaranya. Dia tahu jika hubungannya dengan Alesio hanya sebatas perjanjian, mereka tidak boleh terlibat dalam urusan pribadi masing-masing. Namun hati Alana seperti menginginkan kejelasan tentang siapa itu Diana.Keheningan terjadi selama beberapa saat, memperpanjang ketegangan di antara mereka. Alana bisa merasakan tekanan di udara, seolah-olah Alesio mempertimbangkan dengan hati-hati jawabannya.“Kau penasaran?” Tanya Alesio tiba-tiba, memecah keheningan dengan suara yang tenang namun penuh dengan ketegasan.“Ah itu.. teman kuliahku pernah menunjukan beritamu dengan wanita berambut pirang di bandara jadi kupikir itu Diana” alibi Alana "Emm.. aku harus ke kampus, hari ini jadwal bimbinganku" ucap Alana cep
Setelah kejadian yang menghebohkan itu, bukannya ke kampus Alana justru menuju sebuah Caféshop yang menjadi andalan anak kampusnya.Selain karena untuk menghindar dari pertanyaan teman-temannya, dia juga tidak memiliki keperluan apapun di kampus hari ini. karena pada dasarnya Alana berbohong tentang jadwal bimbingan.Alana membuka laptopnya, memilih mengerjakan beberapa hal yang dirasa harus diperbaiki dari skripsinya. Sesekali dia menyesap Moccalatte pesanannyaSatu jam kemudian…Tepat ketika Alana hendak menutup laptopnya, dia mendengar suara yang agak asing dari sebelah kanannya “Alana, right?” Tanyanya dengan aksen british yang diseretAlana menoleh, menatap perempuan asing dengan rambut blonde. Perempuan itu memiliki riasan tipis dan memakai pakaian feminin yang modis, wajahnya memiliki ciri khas orang barat yang cantik. Seolah-olah seorang boneka hidup, kehadirannya saja sudah cukup untuk menarik perhatian banyak ora
Alana merasakan denyut jantungnya berdegup kencang, kecemasan yang memenuhi pikirannya membuatnya hampir tidak bisa berpikir jernih. Alana mencoba untuk tetap tenang, namun ketakutan terhadap kemungkinan konsekuensi dari apa yang terjadi pada Diana membuatnya merasa semakin terjebak dalam situasi yang rumit ini. “Alana!!” Suara Alesio menggema di lorong rumah sakit. Alana menatap Alesio yang berjalan ke arahnya diikuti dengan Markus yang berada di belakang pria itu. “Apa yang terjadi?!” Alesio bertanya sambil mencengkram pundak Alana, membuat Alana meringis. Dia sudah mendapat laporan tentang Diana yang menemui Alana di kafe dan ikut ke apartemen, lalu tiba-tiba berada di rumah sakit. “Aku tidak tahu. Wanitamu itu tiba-tiba muntah darah saat makan” jelas Alana dengan nada bergetar. “Aku tidak bertanya itu, Alana. Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?” Alesio melontarkan pertanyaan dengan suara yang terdengar semakin marah. "Dia yang tiba-tiba datang menemuiku, mengajakku untuk be
“Bagaimana?” Tanya Yulina tak sabaran“Berhasil” jawabnya mengundang senyum lebar Yulina“Kau sudah memastikan dia mati, kan?” tanya Yulina lagi, matanya bersinar penuh dengan keinginan untuk memastikan bahwa tugas itu sudah dilakukan dengan baik."Maaf, Nyonya. Tampaknya ada gangguan dalam rencana kita. Dia tidak ada di mobil yang terbakar itu." ucap pria itu tenangYulina merasa dunianya berputar. "Bagaimana ini bisa terjadi? Semuanya harus sempurna! Kau harus menemukannya dan selesaikan pekerjaan itu, apa pun harganya!”“Ibu!” Henry masuk ke dalam ruang rahasia itu begitu mendengar perintah ibunya “Hentikan ini, semuanya terlalu berlebihan” Ucap HenryYulina menoleh dengan ekspresi wajah yang memperlihatkan amarah dan kekesalan. "Ini semua untukmu Henry, ibu melakukan ini agar kau mendapatkan posisimu kembali!" bentaknya, kekesalan yang terpancar dari matanya yang taj
Entah berapa lama Alana berada di ruangan gelap. Diculik dan disekap dalam keadaan seperti ini, tidak membuat Alana hilang harapan. Dia menatap keluar, pada celah kecil yang menampakan cahaya matahari“Sudah pagi lagi” gumamnya. Ini pagi keduanya berada ditempat iniSetelah beberapa saat, pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka dengan keras dan lampu menyala terang, mengusik penglihatan Alana. Seorang pria yang dikenalnya sebagai Ian masuk dengan langkah pasti, wajahnya menyeringai penuh kepuasan saat melihat Alana.Ditangan kanannya terdapat sebuah piring berisikan makanan dan tangan kiri yang memegang segelas air"Kau pasti rindu padaku, kan?" ucap Ian dengan suara dingin.Alana menatapnya dengan tatapan penuh kebencian, namun dia tidak berani memberontak. Dia tahu bahwa dia harus menjaga ketenangan dan mencari peluang untuk melarikan diri.“Kamu selalu mengatakan itu setiap kali kemari” dengus Alana, mencoba menahan am
Dante mengangguk mantap. "Aku tahu siapa kau. Dan kau tahu betul apa yang akan kudapatkan darimu, Ian." Tiba-tiba, sekelompok pria bersenjata dari kedua belah pihak mulai menyerang satu sama lain. Suara tembakan memecah hening, membuat ruangan itu bergetar dengan ketegangan yang memuncak. Alesio dan Dante bergerak cepat. Mereka menyerbu Ian dengan gesit, menerjang kelompok pria yang berada di sekitarnya. Ledakan senjata mengisi ruangan saat pertempuran sengit terjadi di antara mereka. Alesio melayangkan pukulan keras ke arah Ian dan saat itu Dante bergerak menyelamatkannya dan meletakannya di pinggir “Jaga dia” ucap Dante pada anak buahnya. Alana masih bisa menyaksikan ketika Alesio terluka di lengan oleh serangan Ian. “Kau akan menyesal Kingston!” Ian tersenyum kemudian menekan remot otomatis yang tersalur pada rompi yang dikenakan Alana. Jika memang ada yang akan kalah, setidaknya Ian akan membawa semua yang didalam gedung itu mati bersamany
Setelah penerbangan yang cukup panjang. Mereka tiba di mansion Alesio sekitar pukul 10 malam. Pria itu menggendongnya menuju kamar. Kali ini kondisi Alana sudah cukup baik karena selama dipesawat Alesio menjejalinya dengan makanan dan vitamin dan memaksanya untuk tidurAlesio meletakan Alana diranjang. Dia mengusap wajah Alana “Aku sempat memikirkan nasibku jika kehilanganmu” Gumamnya“Bagaimana gambaranmu?” Tanya Alana“Aku merasa seperti akan bangkrut dan kehilangan segalanya” Jawab AlesioAlana tersenyum tipis, merasa hangat dengan perhatian Alesio. “Aku juga tidak bisa membayangkan jika kau tidak menyelamatkanku” ucapnya dengan suara lembut.Tanpa bisa menahan diri lagi, Alesio menarik Alana ke dalam dekapannya dengan penuh nafsu. Bibirnya menemukan bibir Alana dalam sebuah ciuman yang penuh gairah. Entah bagaimana Alana membalas ciumannya Alesio. Alana merasakan detak jantungnya berdegup lebih ke