Alesio memarkirkan mobilnya di area parkir pemakaman, hatinya berdebar-debar dengan khawatir. Dia membuka HP-nya dan memastikan jika GPS Alana terlacak di tempat ini. Tidak ada keraguan lagi, Alana ada di sini.Langkahnya terburu-buru saat dia melintasi deretan makam, sinar rembulan menyinari jalanan yang sepi. Saat dia mendekati sebuah makam dengan keramik berwarna navy, dia melihat sesosok tubuh yang terbaring di bawah sinar rembulan yang redup.“Alana” ucap Alesio tak menyangka jika tubuh yang terbaring disamping makam itu adalah Alana.Dia berjalan mendekati tubuh yang terbaring dengan langkah lebar. Begitu Alesio mendekat, dia melihat wajah Alana yang damai dalam tidurnya yang lelap."Alana" panggilnya pelan, mencoba membangunkannya dengan lembut.Namun, Alana tidak bereaksi. Dia tetap terlelap dalam tidurnya. Alesio mendengus, begitu menyentuh tangan Alana, Alesio merasakan tubuh Alana sangat dingin, kontras dengan wajah pucatnya“Gadis bodoh” Decak AlesioDengan hati-hati, Ales
“Tuan, orang yang anda perintahkan menculik Alana gagal. Kami mendapat laporan jika Alesio datang dan membawa Alana pergi” Lapor Antonio sambil menyerahkan beberapa foto yang sempat diterimanya dari kedua pria yang mengawasi Alana kemarinClark mengamati dengan seksama “Bukannya dia di California?” Tanya Clark“Kami juga tidak tau, mata-mata yang kita tempatkan disana tidak mendapatkan informasi ini” Ucap AntonioClark menyeringai lebar “Apa sekarang dia melupakan Diana dan fokus pada istri mungilnya ini?”Antonio menatap Clark dengan ekspresi yang tegang, merasa tidak nyaman dengan arah pembicaraan ini. Dia tahu bahwa situasi ini bisa menjadi sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan hati-hati. apalagi jika mereka membawa seorang wanita dalam masalahnya."Tuan, situasinya menjadi semakin rumit" kata Antonio dengan suara rendah, mencoba menekankan urgensi masalah ini.Mata Clark masih terpak
"Bisa kamu keluar, aku ingin istirahat" ucap Alana setelah meminum segelas air yang dibawakan oleh Alesio.Salah satu alis Alesio terangkat, menunjukkan kejutan ringan atas permintaan itu. Namun, tanpa sepatah kata pun, dia mengangguk dan bergerak menuju pintu. Sebelum dia meninggalkan ruangan, dia menoleh sekilas ke arah Alana, mata mereka bertemu dalam tatapan yang sarat dengan segala macam emosi yang tak terucapkan.Setelah Alesio pergi, Alana merasakan keheningan yang menyelimuti ruangan, meresapi berbagai pemikiran yang melintas di benaknya. Dia mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan yang melingkari pikirannya tentang alasan di balik pernikahan mereka yang tidak biasa ini.‘jadilah berguna Alana’Suara Alesio saat mengatakan kalimat itu berputar dalam benaknya, dan hatinya mencelos. Aneh baginya karena merasa kecewa dengan ucapan itu, padahal Alana sudah tahu dengan jelas jika semuanya tindakan baik Alesio hanyalah sandiwaraAlana membenamkan diri di ranjang. Meskipun awalnya
Mereka berada di basement, Alesio membukakan pintu untuk Alana, memasangkan sabuk pengaman Alana lalu mengecup bibir Alana sekilas. Sebelum mereka berangkat, Alesio mengecup bibir Alana sekilas, ekspresinya penuh dengan kehangatan meskipun ada sentuhan misteri di matanya.“Apapun yang akan terjadi nanti, percayalah padaku” ucapnya dengan nada tegas, tetapi tersirat kelembutan yang tak terungkapkan. Alana merasa bingung dengan ucapan itu. Alesio memang selalu cenderung diam tentang rencana atau masalah yang dihadapinya, sehingga pernyataannya ini menimbulkan kebingunganSetelah perjalanan singkat, mereka tiba di kantor Alesio. Alana mengikuti Alesio masuk ke dalam kantor tersebut, berbeda dengan kantor milik Alesio yang berada di California yang terkesan mewah dan artistik, suasana kantor di salah satu daerah Jakarta ini terasa tenang namun tetap efisien“Pak tamu anda menunggu didalam” Ucap Rudi, salah satu asistennya yang bertugas di kan
Di antara ketegangan yang kental, Alana berjuang untuk tetap tenang. Meskipun hatinya berdebar keras, dia berusaha menyembunyikan ketidaknyamanannya di balik ekspresi wajah yang tenang. Namun, ketika Clark menyebutkan namanya, kesadarannya kembali.“Alana” panggil Clark tiba-tiba, membuat Alana tersentak dari lamunannya. Seiring dengan itu, Alana juga merasa Alesio menegang di sampingnya.“Apa kau tidak tertarik bersama denganku?” Sambung Clark. Ekspresi Alesio yang tadinya keras berubah menjadi penuh dengan kemarahan yang menggelegak.“Tutup mulut sampahmu itu sebelum aku membuatnya tidak bisa mengatakan apapun lagi!” balas Alesio dengan suara yang menusuk tajam dan penuh ancaman. Ucapan Clark hanya memperburuk suasana yang sudah tegang.Clark mengangkat alisnya, menyadari bahwa dia telah memicu kemarahan yang mendalam dari Alesio. Matanya diselingi binar kegilaan. “Apa ini? Bukankah kau pemuja Diana?” ucap
Dengan langkah mantap, Alesio menatap tubuh gemetar Diana yang masih berusaha pulih dari keadaan terikatnya. Setelah berhasil melepaskan ikatan yang membelenggu Diana, Alesio menggendong wanita itu dengan lembut dan membawanya keluar dari gedung tua yang gelap dan suram.“Kau masih berhutang penjelasan padaku, Diana” ucap Alesio dengan suara yang tenang namun penuh dengan keputusan.“Maaf…” gumam Diana lirih, sementara tangannya merangkul erat leher Alesio. Wajahnya tersembunyi di balik pundak Alesio, diam-diam senyumnya tersembul, mengisyaratkan klaim kepemilikannya atas Alesio.‘Kau milikku, Alesio’ Suara klaim itu menggema dalam pikirannya, meyakinkannya bahwa Alesio adalah miliknya dan akan tetap demikian.“Siapkan keberangkatan ke California sekarang” perintah tegas Alesio kepada anak buahnya yang hadir di sekitar mereka.“Baik, Tuan” jawab anak buah itu patuh, lalu segera mela
Alesio membuka pintu apartemen dengan langkah yang berat, langkah yang mencerminkan kelelahan yang mendalam. Dengan membiarkan lampu tetap mati, Alesio membuka gorden kemudian duduk di sofa, membiarkan napasnya terengah-engah. Selama seminggu terakhir ini, hidupnya terasa seperti roller coaster, terutama karena tingkah manja Diana yang semakin tak tertahankan.Tatapan Diana yang memelas, wajahnya yang memancarkan ketidaksukaan, dan tingkah laku manjanya yang membuat Alesio semakin muak terhadapnya. Dalam kilatan ingatan, Alesio teringat bagaimana Diana menjerit-jerit pada saat dia mencoba untuk kembali ke Indonesia.Diana begitu keras kepala, menuntut Alesio untuk tetap tinggal bersamanya, atau mengancam akan membunuh dirinya sendiri.Bayangan ancaman itu masih terpatri dalam pikiran Alesio. Dia mengenang momen tegang ketika Diana memegang sebuah pisau di tangannya, matanya dipenuhi oleh ekspresi putus asa dan kemarahan. Itu adalah momen yang menggelikan h
Pagi-pagi sekali Alesio keluar dari apartemen setelah memberikan Alana obat bius dengan dosis ringan. Alesio sengaja melakukan itu agar Alana merasa jika apa yang terjadi semalam hanyalah mimpi“Jika Alana bertanya tentangku katakan aku belum kembali” ucapnya pada Markus yang memperlihatkan ekspresi bingung yang samar.Alesio terkekeh pelan mendengar respon Markus "Kau lupa jika dia orang yang selalu mendorongku pergi?" timpalnya dengan nada santai.Markus mengangguk mengerti, menyadari kebenaran dalam kata-kata Alesio. Alana memang memiliki sikap yang ambivalen terhadap majikannya. Terkadang, sikapnya terhadap Alesio terlihat seperti musuh, tetapi di balik itu, Markus merasa bahwa Alana merasa nyaman dengan kehadiran Alesio, meskipun dia tidak pernah mengakui secara terbuka. Hal itu membuat Markus semakin bingung dengan dinamika hubungan pernikahan antara Alana dan Alesio.“Lakukan saja perintahku jika dia bertanya” ucap Alesio la