Yulina tersadar dengan perlahan. Matanya terasa berat saat dia mencoba membuka mereka. Ketika akhirnya berhasil, dia menyadari bahwa dirinya terikat dalam sebuah ruangan kosong yang gelap. Dia meraba-raba sekelilingnya, mencoba mencari tahu di mana dia berada dan bagaimana dia bisa sampai di sini."N-Ngggh... Ada siapa di sini?" desis Yulina dengan gemetar, kebingungan dan ketakutan merajalela di dalam hatinya.Namun, jawaban tak kunjung datang. Hanya sunyi yang menyelimuti ruangan gelap itu. Yulina merasa hatinya berdebar keras, dan ketakutan membuat bulu kuduknya merinding."Ada orang di sana?" teriak Yulina, tetapi suaranya terdengar hampa, hanya bergema kembali padanya sendiri.Dia mencoba untuk melepaskan diri dari ikatan yang mengikatnya, tetapi semakin dia bergerak, semakin kuat dan tak terlihat ikatan itu menahannya. Air mata mulai mengalir di pipinya saat rasa putus asa mulai menghimpitnya.Yulina mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum dia terbangun di ruangan ini.
Alana merasa jantungnya berdegup kencang. Dia mencoba menjaga ketenangan meskipun hatinya bergolak dengan kebingungan dan sedikit kecemasan. Dalam keadaan seperti ini, dia tidak bisa meremehkan apa pun.“Apa kamu lakukan di sini, Fiona?” tanya Alana dengan suara tetap tenang meskipun hatinya berdebar.Fiona tersenyum, tapi senyumnya terasa seperti serpihan es yang menusuk. “Oh, hanya urusan bisnis kecil-kecilan” jawabnya sambil melirik Alesio dengan tatapan yang penuh arti. "Alesio memintaku datang, jadi aku langsung ke sini."“Hah-” Alana menghela napas kasar. Dia menatap Alesio seolah meminta penjelasan“Hanya urusan bisnis. Dia sekertarisku” Jawab Alesio“Lalu bagaimana kamu menjelaskan koper-koper itu?” tanya Alana menyorot koper yang berada dibelakang kaki Alana“Oh, Alesio bilang aku akan tinggal disini selama proyek baru perusahaan selesai” Jawab Fiona dengan santainya“Benarkah begitu, Alesio?” tanya Alana lagi, mencoba menemukan kejelasan dalam situasi yang semakin rumit ini.
Alana bersenandung pelan sambil memotong sandwice buatannya. Dia tidak sabar untuk pergi ke perusahaan hari ini sampai sebuah pelukan dari arah belakang membuat Alana tersenyum tipis“Pagi amour” bisiknya pelan“Hmm sana, nanti selingkuhanmu itu lihat” Ucap Alana sarkasAlesio terkekeh lalu mengecup pipi Alana kemudian duduk di meja makan.Pintu kamar Fiona terbuka, wanita itu berjalan ke meja makan dengan pakaian kerja ketatnya yang membentuk tubuh. Diam-diam Alana menghela napas panjang, jujur dia mengakui jika tubuh Fiona lebih seksi daripada tubuhnya. Dada wanita itu lebih menyembul dari pada miliknya“Pagi Al” Ucap Fiona lalu duduk disebelah Alesio, kursi yang bisa Alana gunakanMeja makan di apartemen itu hanya terdiri dari empat kursi yang saling berhadapan dua diantaranya. Dengan perasaan dongkol, Alana meletakan sandwice itu dimeja lalu segelas kopi didepan Alesio dan air mineral untuk dirinya sendiri“Apa kau ingin minum?” tawar Alesio dengan suara yang tenang, seolah-olah t
Alana pulang ke apartemen jam saat jam hampir menunjukan pukul enam sore. Dia duduk di sofa ruang tamu sambil menghela napasAlana memejamkan mata, mencoba untuk meredakan kegelisahannya. Setelah hari yang panjang, dengan segala drama dan tekanan yang telah dilaluinya, dia merasa kelelahan. Suaranya yang lembut menggema di ruangan yang tenang.Tiba-tiba, pintu apartemen terbuka, dan langkah-langkah tenang memecah kesunyian. Alana membuka mata menatap kedatangan Alesio lalu dibelakangnya ada Fiona yang masuk dengan senyum lebar di wajahnya.“Alana ini” ucap Fiona menyerahkan sebuah paperbag bungkusan makanan pada Alana “Aku sama Al sudah makan malam diluar, kami bawakan untukmu” ucap Fiona seraya tersenyum lebarAlana melirik bungkusan itu sekilas lalu menatap Alesio melalui sudut matanya “Kalian makan bersama?” Tanya Alana mencoba menambahkan sedikit emosi dalam nada suaranya.Fiona mengangguk semangat “Ya, Al menuruti keinginanku” ucap Fiona menyombongkan diri.Sorot mata Alana menja
“Bagaimana dengan jadwal temu dengan Hiddleton?” tanya Alesio fokus pada berkas ditangannya. Berkas itu adalah dokumen kerja sama antara Kingston dan Hiddlton, dua perusahaan besar dengan kekayaan tak terkira.Alesio dari pihak Kingston dan Ricardo dari pihak Hiddleton."Jadwal temu masih seminggu lagi, tapi Mr. Hiddleton menginginkan dokumen itu paling lambat besok" ucap Fiona, mencoba untuk tetap tenang meskipun dia bisa merasakan getaran tegang di udara.Alesio menyeringai samar saat dia mendengar tanggapan Fiona. Sekilas, tidak ada yang terlihat salah dengan situasi ini, tetapi sesuatu yang tidak beres terasa di dalam dirinya. Dia tahu bahwa dokumen itu telah dimanipulasi, dan dia juga tahu siapa yang ada di balik semua ini.Namun, Alesio memutuskan untuk pura-pura tidak menyadari kecurangan ini. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan bagus untuk menemukan siapa yang berada di balik segala ini.Alasan Alesio menempatkan Fiona disampingnya adalah karena Fiona memiliki relasi dengan R
Seminggu berlalu sejak Fiona tinggal bersama mereka di apartemen. Alana merasa dirinya semakin menjauh dari Alesio, terutama setelah pertanyaan yang diajukan malam itu. Alesio tampaknya lebih sibuk dengan pekerjaannya, dan interaksi mereka menjadi semakin minim.Terlebih Alana juga sibuk dengan perusahaan Wijaya yang memulai semuanya dari awal. Meskipun masih berada di bawah Kingston, nyatanya Alesio tidak membantunya, pria itu nampak hanya menonton semuanya. Kecuali saat Alana datang dan memohon barulah Alesio turun tangan.Karena itu Alana sekarang enggan meminta bantuan Alesio, karena dia tahu konsekuensi atas permintaanya. Terakhir, lima hari lalu, Alana meminta Alesio menguak semua keburukan pada dirut perusahaan dan sebagai bayaran Alana harus melayani nafsu pria itu dengan bermain peran sebagai baby doll, lengkap dengan kostum dan dia harus memanggil Alesio dengan sebutan ‘daddy’Ugh, jika mengingatnya bagaimana Alesio menghujaminya dengan ker
Alana menggerutu keras sambil menatap tangannya yang terbalut perban. Dia merasa tidak nyaman dengan sensasi hangat yang menyengat di kulitnya, akibat melepuh yang dia alami akibat tumpahan air panas tadi pagi. Dokter yang merawatnya memberikan salep untuk dioleskan agar luka bisa sembuh dengan cepat."Sakit, ya, Dok?" tanya Alana sambil mencoba menahan rasa terbakar yang menjalar di tangannya.Dokter mengangguk "Iya, sedikit sakit pada awalnya. Tapi ini akan membantu mempercepat penyembuhan luka. Pastikan untuk menggunakannya seperti yang saya jelaskan, ya."Alana hanya bisa mengangguk pasrah. Meskipun merasa tidak nyaman dengan sensasi sakit dan perban yang mengganggu, dalam hati dia mencaci maki Fiona yang membuat kulit mulusnya terluka.Setelah menyelesaikan perawatan di rumah sakit, Alana keluar dari ruang perawatan. Namun di koridor dia tidak melihat Markus, padahal pria itu bilang akan menunggunya.Malas berpikir lama, Alana berjalan menuju parkiran, mencari keberadaan Markus s
Fiona mengigit kuku jarinya kesal, dia berusaha menghubungi Ricardo namun panggilan itu tidak pernah terhubung. Hanya suara operator yang menjawabnyaPadahal Fiona ingin mengabari Ricardo jika dia berhasil menggoda Alesio. "Darn it"Decakan kasar terdengar dari bibirnya. Dia melihat jam, sudah hampir malam namun Alesio belum kembali padahal Fiona sudah menggunakan pakaian terbaiknya untuk menggoda AlesioSuara seseorang yang mencoba membuka pintu membuat Fiona beranjak. Fiona menatap pintu apartemen yang terbuka dan menemukan Alesio berdiri sambil berjalan kearahnyaWajah wanita itu tersenyum senang.“Ale, kemari” Panggil Fiona dengan lembut.Alesio tersenyum tipis “Pakaian yang bagus” Ucapnya melangkah mendekati Fiona dengan langkah mantap.Tatapan Fiona memancarkan kepuasan saat Alesio mendekat. Dia merasa semakin yakin bahwa rencananya berjalan dengan mulus. Namun, di tengah keberhasilannya, ada getaran tak terduga yang mengusik ketenangannya, sebuah perasaan yang tersembunyi di ba