Alana bersenandung pelan sambil memotong sandwice buatannya. Dia tidak sabar untuk pergi ke perusahaan hari ini sampai sebuah pelukan dari arah belakang membuat Alana tersenyum tipis“Pagi amour” bisiknya pelan“Hmm sana, nanti selingkuhanmu itu lihat” Ucap Alana sarkasAlesio terkekeh lalu mengecup pipi Alana kemudian duduk di meja makan.Pintu kamar Fiona terbuka, wanita itu berjalan ke meja makan dengan pakaian kerja ketatnya yang membentuk tubuh. Diam-diam Alana menghela napas panjang, jujur dia mengakui jika tubuh Fiona lebih seksi daripada tubuhnya. Dada wanita itu lebih menyembul dari pada miliknya“Pagi Al” Ucap Fiona lalu duduk disebelah Alesio, kursi yang bisa Alana gunakanMeja makan di apartemen itu hanya terdiri dari empat kursi yang saling berhadapan dua diantaranya. Dengan perasaan dongkol, Alana meletakan sandwice itu dimeja lalu segelas kopi didepan Alesio dan air mineral untuk dirinya sendiri“Apa kau ingin minum?” tawar Alesio dengan suara yang tenang, seolah-olah t
Alana pulang ke apartemen jam saat jam hampir menunjukan pukul enam sore. Dia duduk di sofa ruang tamu sambil menghela napasAlana memejamkan mata, mencoba untuk meredakan kegelisahannya. Setelah hari yang panjang, dengan segala drama dan tekanan yang telah dilaluinya, dia merasa kelelahan. Suaranya yang lembut menggema di ruangan yang tenang.Tiba-tiba, pintu apartemen terbuka, dan langkah-langkah tenang memecah kesunyian. Alana membuka mata menatap kedatangan Alesio lalu dibelakangnya ada Fiona yang masuk dengan senyum lebar di wajahnya.“Alana ini” ucap Fiona menyerahkan sebuah paperbag bungkusan makanan pada Alana “Aku sama Al sudah makan malam diluar, kami bawakan untukmu” ucap Fiona seraya tersenyum lebarAlana melirik bungkusan itu sekilas lalu menatap Alesio melalui sudut matanya “Kalian makan bersama?” Tanya Alana mencoba menambahkan sedikit emosi dalam nada suaranya.Fiona mengangguk semangat “Ya, Al menuruti keinginanku” ucap Fiona menyombongkan diri.Sorot mata Alana menja
“Bagaimana dengan jadwal temu dengan Hiddleton?” tanya Alesio fokus pada berkas ditangannya. Berkas itu adalah dokumen kerja sama antara Kingston dan Hiddlton, dua perusahaan besar dengan kekayaan tak terkira.Alesio dari pihak Kingston dan Ricardo dari pihak Hiddleton."Jadwal temu masih seminggu lagi, tapi Mr. Hiddleton menginginkan dokumen itu paling lambat besok" ucap Fiona, mencoba untuk tetap tenang meskipun dia bisa merasakan getaran tegang di udara.Alesio menyeringai samar saat dia mendengar tanggapan Fiona. Sekilas, tidak ada yang terlihat salah dengan situasi ini, tetapi sesuatu yang tidak beres terasa di dalam dirinya. Dia tahu bahwa dokumen itu telah dimanipulasi, dan dia juga tahu siapa yang ada di balik semua ini.Namun, Alesio memutuskan untuk pura-pura tidak menyadari kecurangan ini. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan bagus untuk menemukan siapa yang berada di balik segala ini.Alasan Alesio menempatkan Fiona disampingnya adalah karena Fiona memiliki relasi dengan R
Seminggu berlalu sejak Fiona tinggal bersama mereka di apartemen. Alana merasa dirinya semakin menjauh dari Alesio, terutama setelah pertanyaan yang diajukan malam itu. Alesio tampaknya lebih sibuk dengan pekerjaannya, dan interaksi mereka menjadi semakin minim.Terlebih Alana juga sibuk dengan perusahaan Wijaya yang memulai semuanya dari awal. Meskipun masih berada di bawah Kingston, nyatanya Alesio tidak membantunya, pria itu nampak hanya menonton semuanya. Kecuali saat Alana datang dan memohon barulah Alesio turun tangan.Karena itu Alana sekarang enggan meminta bantuan Alesio, karena dia tahu konsekuensi atas permintaanya. Terakhir, lima hari lalu, Alana meminta Alesio menguak semua keburukan pada dirut perusahaan dan sebagai bayaran Alana harus melayani nafsu pria itu dengan bermain peran sebagai baby doll, lengkap dengan kostum dan dia harus memanggil Alesio dengan sebutan ‘daddy’Ugh, jika mengingatnya bagaimana Alesio menghujaminya dengan ker
Alana menggerutu keras sambil menatap tangannya yang terbalut perban. Dia merasa tidak nyaman dengan sensasi hangat yang menyengat di kulitnya, akibat melepuh yang dia alami akibat tumpahan air panas tadi pagi. Dokter yang merawatnya memberikan salep untuk dioleskan agar luka bisa sembuh dengan cepat."Sakit, ya, Dok?" tanya Alana sambil mencoba menahan rasa terbakar yang menjalar di tangannya.Dokter mengangguk "Iya, sedikit sakit pada awalnya. Tapi ini akan membantu mempercepat penyembuhan luka. Pastikan untuk menggunakannya seperti yang saya jelaskan, ya."Alana hanya bisa mengangguk pasrah. Meskipun merasa tidak nyaman dengan sensasi sakit dan perban yang mengganggu, dalam hati dia mencaci maki Fiona yang membuat kulit mulusnya terluka.Setelah menyelesaikan perawatan di rumah sakit, Alana keluar dari ruang perawatan. Namun di koridor dia tidak melihat Markus, padahal pria itu bilang akan menunggunya.Malas berpikir lama, Alana berjalan menuju parkiran, mencari keberadaan Markus s
Fiona mengigit kuku jarinya kesal, dia berusaha menghubungi Ricardo namun panggilan itu tidak pernah terhubung. Hanya suara operator yang menjawabnyaPadahal Fiona ingin mengabari Ricardo jika dia berhasil menggoda Alesio. "Darn it"Decakan kasar terdengar dari bibirnya. Dia melihat jam, sudah hampir malam namun Alesio belum kembali padahal Fiona sudah menggunakan pakaian terbaiknya untuk menggoda AlesioSuara seseorang yang mencoba membuka pintu membuat Fiona beranjak. Fiona menatap pintu apartemen yang terbuka dan menemukan Alesio berdiri sambil berjalan kearahnyaWajah wanita itu tersenyum senang.“Ale, kemari” Panggil Fiona dengan lembut.Alesio tersenyum tipis “Pakaian yang bagus” Ucapnya melangkah mendekati Fiona dengan langkah mantap.Tatapan Fiona memancarkan kepuasan saat Alesio mendekat. Dia merasa semakin yakin bahwa rencananya berjalan dengan mulus. Namun, di tengah keberhasilannya, ada getaran tak terduga yang mengusik ketenangannya, sebuah perasaan yang tersembunyi di ba
Alesio duduk didalam mobil sambil memejamkan matanya. Rasanya dia ingin cepat-cepat bertemu Alana. Memikirkan wanita itu sudah membuat Alesio mabuk, bahkan juniornya yang diam terbangun hanya karena memikirkan Alana.“Sialan” Dia menggeram kesalSelama tiga hari ini, Alesio menahan diri untuk tidak menerkam Alana karena ingin Alana nyaman dengannya. Selain itu, dia juga merasa bersalah saat mereka melakukannya saat itu.Dalam tiga hari, sudah tak terhitung berapa kali Alesio ke kamar mandi hanya karena Alana dan akhirnya dia bisa meminta pertanggung jawaban Alana hari ini.Alesio terkekeh samar sedangkan Markus melirik sang Tuan melalui cermin depan, berusaha memahami perubahan emosi tuannya yang sangat cepat berubah.“Lihat apa?” tanya Alesio datarMarkus meringis melihat penampilan Alesio, cukup berantakan dengan penuh noda darah tetapi aura kekuasaannya semakin menguar.“Apa anda yakin tida
Brak.“Sudah kuduga kalau akan begini” Decak Shia yang menendang tangan Alesio, membuat pistol itu terlepaskan dari tangannya“Sebelum menyentuhnya, lihat dulu penampilanmu, Ale” tegur Shia dengan nada yang tegas, kesal melihat putranya yang penuh dengan luka dan bercak darah. Dia menyadari bahwa Alesio telah terlibat dalam situasi berbahaya yang bisa berujung pada kehancuran. Mata birunya beralih menatap Alana “Astaga, kau pasti takut..”Alana menghela napas lega. Dia menatap Shia dengan mata berkaca-kaca nyaris menangis.Shia mendekat pada Alana, mengelus lembut pipinya yang basah oleh air mata. Dia memberikan senyuman penuh pengertian, mencoba menenangkan Alana yang gemetar karena ketakutan."Ale tidak akan menyakitimu Alana” bisik Shia dengan lembut.“Kenapa mama bisa disini?” tanyanya“kenapa? Mau mengusir mama lagi?”“Aku serius maa”&ldq