"Ini tempatnya, tempat yang aku katakan di mana kamu akan menemukan jawaban atas pertanyaanmu itu, jadi kamu bisa tahu apa yang ingin kamu ketahui. Ayo masuk jangan takut!" ajak Niken yang segera turun. Niken percaya diri keluar dari mobil. Sedangkan Adrian ikut turun dan berdiri di samping Niken. Niken melangkahkan kaki menuju pintu dan beberapa dari pria bertubuh tegap memandang ke arah Niken yang menghampirinya. "Nona Niken, Anda ingin bertemu dengan Tuan?" tanya pria tersebut kepada Niken. Sontak saja, Adrian terkejut karena pria yang menutup wajahnya mengenali Niken dan dia bertanya kepada Niken seolah-olah mereka saling kenal. Adrian menoleh ke arah Niken yang dijawab Niken dengan menganggukkan kepala. "Iya, benar apa dia ada, aku bawa temanku. Tenang saja,.dia bukan penjahat dan bukan aparat negara, dia aman karena dia temanku," jawab Niken yang menuju ke arah Adrian dan mengatakan kalau Adrian ini tidak berbahaya dan aman untuk mereka. Pengawal tersebut menganggukkan kep
Keduanya menjawab dengan menggelengkan kepala, karena di dalam ponsel Marcel, terlihat jika Rafli seperti orang yang berbeda. Dia membunuh banyak orang dan dia seperti orang kerasukkan. Tentu saja itu membuat Niken merinding. "Kalian menemukan video itu di mana? Apa kalian benar-benar serius akan hal itu? Maksudku, apakah video itu benar adanya?" tanya Niken kembali. Marcel dan Simon tertawa mendengar pertanyaan dari Niken. Karena Niken syok melihat video Rafly yang membunuh banyak orang. "Itulah, mafia. Dia sangat ganas dan menakutkan, kalian benar-benar belum melihat bagaimana kejamnya dia. Aku yakin kalian akan takut jika berurusan dengan dia, yakin padaku. Terlebih lagi saat kamu berencana mau mengambil wanita dari dia, maka hidupmu tidak akan aman," jawab Simon membuat Adrian terdiam mendengar perkataan Simon. Niken menoleh ke arah Adrian yang tidak berkata apa-apa karena dia seperti orang yang melamun. Niken menyentuh tangan Adrian yang membuat Adrian terkejut. "Kenapa?" ta
"Kita biarkan mereka merasa kalau ini perbuatan dari Rafly. Karena aku yakin mereka saat ini tepatnya Niken akan membenci Rafly dan membantu kita untuk menghancurkan dia. Kamu tenang saja, kita akan menang kali ini," jawab Marcel mengatakan kepada Simon kalau mereka akan menang melawan Rafly. Mendengar perkataan dari Marcel Simon pun menganggukkan kepala, dia akan menunggu hari kemenangan itu. Niken yang saat ini ketakutan segera pergi dan dia tidak tahu siapa yang sudah menteror dia. Niken melajukan mobil dengan kencang hingga orang yang mengikuti Niken kehilangan jejaknya dan itu membuat orang tersebut kesal dengan Niken. "Akh, kemana wanita itu. Kenapa aku kehilangan jejak, apa dia kembali ke rumah? Kalau iya aku akan ke sana," ucapnya yang segera ke rumah Niken. Alamat rumah Niken sudah diketahui oleh pria tersebut dan dia menuju ke arah rumah Niken. Akan tetapi, Niken tidak ke rumahnya melainkan dia ke apartemennya dia akan menyendiri disana. "Aku harus hubungi Adrian, aku a
"Karena untuk mendekati Olla saja sulit, dia dikawal dengan cukup ketat oleh anak buah Rafly, dipastikan jika untuk memberitahukan bukti itu akan membuat dirinya kesulitan nantinya." Niken tidak yakin mereka punya kesempatan mendekati Olla. "Aku punya ide, bagaimana caranya bukti ini bisa masuk ke Olla dan aku tahu siapa yang akan membantu kita mengirimkan bukti ini, aku sangat tahu orangnya siapa, kamu tenang saja," jawab Adrian yang tersenyum menyeringai saat dia mulai mengingat siapa yang bisa membantunya mengirimkan bukti tersebut kepada Olla. "Kamu tahu siapa orangnya?" tanya Niken. Dan dijawab Adrian dengan menganggukkan kepala. "Hmm, siapa orangnya, apakah aku kenal orangnya?" tanya Niken kembali.Namun, Adrian masih belum memberitahukan siapa orangnya, dia tidak mau nanti Niken mendekati orang tersebut dan akan membuat rencananya gagal."Tunggu saja, kamu akan tahu siapa dia," jawab Adrian dengan suara yang datar. "Baiklah, kalau kamu tidak mau beritahukan tidak apa-apa,
Keduanya saling bercanda dan tentu saja itu membuat hubungan mereka makin harmonis. Rafly tidak menyangka kalau dia bisa menjadi sosok pria yang beruntung mendapatkan Olla. "Ayo, kita ke kamar, kamu pasti lelah," ajak Rafly kepada Olla untuk masuk ke dalam kamar. Olla pun menganggukkan kepala dan bergerak menuju ke kamar bersama Rafly. Kehidupan Rafly berwarna dan dia bahagia karena mempunyai keluarga kecil. Keesokan harinya, Nyonya Megumi mengetuk pintu kamar Olla. Olla yang baru saja bangun dan mendekati ranjang ketiga bayinya yang masih tertidur pulas. Olla menoleh ke arah pintu kamarnya yang terdengar suara gedoran pintu yang cukup kencang. Terdengar suara teriakkan dari mertuanya. "Olla, kamu di dalam? Bangun, Olla. Cepat bangun!" teriak Nyonya Megumi ke Olla yang saat ini tersenyum karena mertuanya sudah berada di depan pintu kamarnya. Rafly yang merasa terganggu membuka matanya. Dia langsung duduk dan mendengus kesal ibunya berada di depan pintu memanggilnya. "Kenapa, Mom
Rafly penasaran tempat apa yang didatangi oleh Niken dan Adrian. Dia ingin tahu apakah yang dia pikirkan itu benar atau tidak. Rafly tidak mau membuang waktu sama sekali. Dia ingin segera mendapatkan jawabannya. Sesampainya, dia di kantor ternyata para sahabatnya sudah di sana termasuk Nancy yang memakai pakaian serba pink dan dia bergosip dengan karyawan Rafly. Melihat tingkah dari teman barunya, Rafly menggelengkan kepala. "Nancy, mau ikut nggak?" tanya Edgar memanggil Nancy. "Iya," teriak Nancy dengan suara barito hingga membuat Edgar dan yang lainnya terkejut. "Bisa juga si pink bersuara bass. Aku pikir suaranya seperti tikus kejepit pintu," jawab Keano sembari tertawa diikuti oleh Edgar dan Ferrel tapi tidak dengan Rafly. Nancy melambaikan tangannya ke arah karyawati yang tadi menjadi lawan bicaranya. Saat dirinya mendekati Edgar dan lainnya, Nancy menatap Rafly. "You, kelamaan. I ada informasi, ayo kita ke ruangan you," ucap Nancy dijawab Rafly dengan menganggukkan kepala.
"I hanya menduga kalau dia itu mafia. Tapi, itu hanya dugaan saja. Tapi, sudah lupakan saja, i mau ke kantin ingin minum teh atau jus, you berdua mau?" tanya Nancy ke Rafly dan Dion. Dion menggelengkan kepala ke arah Nancy. Nancy yang melihat keduanya menggelengkan kepala, segera pergi dari hadapan keduanya. Sepeninggal Nancy, Dion menoleh ke arah tuannya, Rafly. "Tuan, apakah Anda berpikiran sama seperti saya juga?" tanya Dion. "Maksud kamu, pemikiran apa?" tanya Rafly. "Yang tadi, kalau Adrian mafia, apakah Anda percaya?" tanya Dion lagi. Rafly tidak percaya karena Adrian hanya dokter biasa tidak ada yang namanya mafia. Rafly tahu betul kalau Adrian tidak tertarik dan Adrian tipe pria yang hidupnya lurus "Tidak. Sekarang, kamu bisa keluar, kerjakan yang perlu dan sisanya bawa ke mobil saja, kerjakan ke markas, kita akan ke sana sambil menyiapkan nanti malam," jawab Rafly. "Baik, Tuan. Kalau begitu permisi," pamit Dion kepada Rafly untuk keluar. Rafly menganggukkan kepala dan
Niken pergi bertemu dengan orang yang dia maksudkan dan sekarang dia tengah menunggu. Niken melihat jam tangan, orang yang dimaksud tidak juga datang. "Kemana ini orang, kenapa tidak datang juga harusnya dia sudah datang tapi ini tidak," jawab Niken yang masih belum melihat kedatangan dari orang tersebut. Niken terus menunggu dan yang ditunggu akhirnya tiba. Orang tersebut duduk dan menatap Niken dengan tatapan tajam bak belati. "Kenapa, aunty meminta saya ke sini? Kenapa tidak di rumah saja? Apa sekarang aunty tidak suka saya ke rumah lagi?" tanya Niken kepada Nyonya Megumi. Dia orang yang ingin menemui Niken dan sekarang keduanya saling memandang satu sama lain hingga membuat Niken merasa ada yang aneh dengan ibu kandung Rafly ini. "Aku tidak mau kamu ke rumahku lagi. Karena aku tidak suka, kamu tahu aku sudah tidak mau menganggu rumah tangga anakku. Biarkan dia mau sama siapa. Yang penting dia bahagia. Dan kamu, cari pria yang bisa membuatmu bahagia. Aku menemui kamu hanya unt
"Pergi kamu jangan dekati aku, pergi aku akan teriak agar seluruh penghuni apartemen ini datang dan memukulmu, pergi!" teriak Mala dengan kencang. Mal benar-benar ketakutan, terlebih lagi wajah Adrian yang membuat dirinya trauma karena dulu dia pernah hampir dilecehkan oleh pria yang ada di desanya, tapi beruntung dia selamt karena warga mendengar suara jeritan Mala dan mereka yang sudah mengetahuinya langsung memukul pria tersebut hingga pria tersebut meninggal dihajar masa. Sekarang, dia melihat raut wajah Adrian sama seperti pria yang dulu melecehkannya. Mala benar-benar ketakutan. "Pergi ... pergi dari sini, pergi. Aku tidak ingin kamu mendekatiku, pergi!" teriak Mala yang terus-terusan mengusir Adrian untuk pergi dari hadapannya. "Aku akan pergi, tapi ingat satu hal, aku mau kamu memberikan kotak ini kepada Olla. Kamu harus berikan tidak ada alasan kamu menolaknya. Ingat, jangan kamu lupa, jika kamu tidak memberikan ini, maka bersiap saja kamu, aku akan membuatmu mati. Aku ak
"Adrian, kamu di mana?" tanya Niken kepada Adrian yang saat ini sedang mencari keberadaan teman Olla yang membantunya waktu di rumah sakit tempo hari. Adrian yang mendapat telpon dari Niken kesal, karena disaat dia ingin mencari tahu keberadaan teman Olla, Niken menghubungi dirinya. "Ada apa? Kenapa kamu menghubungi aku? Apa yang kamu inginkan? Katakan padaku, cepat!" ketus Adrian yang posisinya mengintai perusahaan Rafly. Sudah beberapa hari ini diaa terus mengintai ke perusahaan milik Rafly dan tentu saja yang di lakukan Adrian untuk mengikuti Dion. Karena dia tahu saat di rumah sakit, sahabat Olla bersama dengan Dion. Mendengar suara ketus Adrian tentu saja membuat Niken kesal dan dia segera mengakhiri panggilan telpon dengan Adrian. Adrian yang panggilan telponnya terputus menyerngitkan kening, dia heran karena telepon dari Niken terputus. "Kenapa dengannya? Apa yang terjadi. Dia sudah menghubungiku, tapi dia mengakhirinya. Dasar wanita tidak jelas. Ini kenapa asisten dari R
"Jelas itu penghianatan, tapi aku tidak peduli aku memang sengaja menjebaknya. Dia yang mengambilnya, aku yang mencurinya. Jika aku yang mengambilnya, sudah dipasti aku tidak bisa melawan mereka, strategi dari Rafly bagus, dia terlalu pintar makanya dia dijuluki sebagai King Dragon," jawab Marcel yang dianggukan oleh Simon. Dia tahu betul Rafly itu tidak ada tandingannya, benar-benar seperti seekor naga yang jika didekati akan menyemburkan api. Rafly seorang pria yang mempunyai sosok yang lebih kejam dia seperti malaikat pencabut nyawa, sudah banyak yang dia bunuh. Orang-orang itu adalah orang-orang yang berkhianat dengannya. "jadi sementara waktu apakah kita harus menyerahkan nuklir itu kepada orang lain? Menurut aku, kita jual saja sebelum meledakkannya bagaimana?" tanya Simon. "Jangan diserahkan atau dijual, kita ancam saja negara dan kita ambil uang sebanyak mungkin jika negara mengatakan jangan diledakkan kita akan katakan iya, tapi setelah mendapatkan uang dari mereka baru le
Olla terbangun karena mendengar si kembar bangun tepatnya anaknya yang nomor satu. Terdengar suara Delon yang merengek hingga Olla segera bangun dan mendekati anak pertamanya itu. Olla melihat Delon memandang ke arahnya dan memperlihatkan wajah memelas seperti ingin digendong.Olla pun segera mengambil si kembar dengan sangat hati-hati karena kedua anaknya yang lain masih tertidur. Olla tersenyum ke arah Delon. "Ada apa, Sayang. Kenapa kamu menangis apa kamu merindukan Daddy? Sabar ya. Daddy, lagi kerja nanti kalau Daddy sudah pulang kamu boleh bermain dengan daddy, oke. Sekarang, tidurlah," ucap Olla yang menina bobokan Delon. Karena saat ini, Delon masih sangat rewel. Dia tidak ingin mengganggu mertuanya tidur dan dua si kembar lainnya. Olla menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan sambil terus bersenandung kecil. Olla mendengar suara ponselnya berdering dengan segera dia mendekati meja yang di samping tempat tidurnya. Olla melihat ID penelpon dan wajahnya tersenyum karena tel
Rafly membuka matanya dan dia menatap ke arah sekeliling. Dia mencoba untuk mengingat dan setelah ingat, barulah dia sadar kalau dia tertembak di dada dan sampai di sini. Rafly melihat teman-temannya yang tertidur dan dia hanya bisa melihat tanpa memanggil mereka karena dia tidak mau diganggu. "Olla, bagaimana dengan Olla. Apakah dia merisaukan aku saat ini? Aku benar-benar sedih karena Olla pasti memikirkan keberadaan aku. Aku tidak memberikan kabar dan si kembar juga. Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bisa menghubungi kamu karena kondisi aku seperti ini. Aku tidak mau kamu memikirkan aku dan aku tidak mau kamu kecewa, aku lakukan ini untuk kamu, aku mau lindungi kamu," ucap Rafly yang tiba-tiba saja dia melow dan meneteskan air mata mengingat banyaknya orang yang ingin memisahkan dia dan dia juga tahu kalau Adrian dan Niken juga melakukan hal yang dia pikirkan. Dion menggerakkan tubuhnya yang kedinginan, mereka tidur di bawah dengan alas yang seadanya. Dion mendengar suara orang mena
Rafly masih dirawat di rumah sakit dia belum sadarkan diri. Dion dan para sahabat menemani Rafly di ruang inap. Mereka tidak meninggalkan Rafly sama sekali. "Kapan dia bangun, i tidak tahu kalau nanti bertemu Olla, apa lagi yang harus i jawab. Apa tidak sebaiknya you katakan saja pada keluarga dia. Kasihan, kalau dia tidak ada yang menemani, kalau terjadi sesuatu setelah ini, kita akan dituduh. You tahu sendiri ibunya seperti apa, i tidak sanggup untuk melihat semua ini," jawab Nancy yang menyarankan kepada sahabat Rafly yang lain untuk memberitahukan kepada keluarga Rafly. "Kamu tenang saja, dokter mengatakan kalau Rafly akan baik, itu artinya dia akan baik. Jadi, biarkan Rafly sendiri ya mengatakannya kepada keluarganya sendiri, karena ini masalah dia dan keluarganya, kita jangan ikut campur," jawab Edgar yang diganggukan oleh Ferrel dan juga Keano. Dion setuju dengan sahabat tuannya ini, dia juga tidak berhak untuk memberitahukan orang tuanya tuannya itu, karena itu ranah pribad
"Kita harus mengeceknya dulu baru kita tahu apakah itu benar-benar milik Marcel dan bukan Malik, kamu ini asal sebut nama. Siapa Malik itu?" tanya Edgar. Ferrel mendengar perkataan dari Edgar tersipu malu. Ferrel salah menyebut nama, dia katakan Malik dan harusnya Marcel. Tentu saja itu membuat Edgar dan juga Keano menggelengkan kepala karena sahabatnya itu benar-benar salah dalam menafsir siapa orang yang sudah mereka tuduh sebagai penghianat. "Maaflah aku, bro. Aku lupa nama dia. Pantes saja kok namanya tidak familiar untukku, ternyata salah orang," jawab Ferrel sembari tertawa dan dirinya meminta maaf kepada teman-temannya kalau dia salah menyebutkan nama. "Oh, ya aku rasa lebih baik kamu beritahukan segera kepada Olla, Dion. Katakan kalau kalian sedang berada di luar negeri. Katakan Rafly ada urusan pekerjaan karena aku yakin saat ini dia sedang mengkhawatirkan Rafly, terlebih lagi tadi kita mendengarkan kalau si kembar sedang nangis dan aku yakin saat ini Olla pasti memikirkan
Saat ini Rafly dibawa ke rumah sakit dan dia mendapatkan pertolongan pertama. Dada Rafly ditembak oleh musuhnya. "Aduh, bahaya ini. Bagaimana caranya kita beritahukan ke kekeluargaan dia? Apa yang akan kita katakan nanti, aku tidak berani untuk mengatakannya," ungkap Edgar yang takut untuk memberitahu kepada keluarga Rafly apa yang terjadi dengan Rafly. "Sabar, kita akan beritahukan semuanya nanti, kita lihat kondisi Rafly semoga dia baik. Jangan ada yang beritahukan dulu, karena aku yakin saat ini Rafly akan selamat dan pelurunya tidak mengenai sesuatu yang vital dari tubuhnya." Ferrel menenangkan sahabatnya dan yang lainnya kalau Rafly akan baik saja. Mendengar apa yang dikatakan oleh Ferrel tentu saja Edgar dan yang lainnya menganggukkan kepala mereka yakin kalau Rafli tidak akan mendapatkan masalah yang berarti dalam artian pelurunya tidak mengenai jantung atau apapun itu. Dokter yang biasa menangani Rafli dan sahabatnya saat ini sangat hati-hati untuk melakukan operasi terhad
Rafly masih menunggu kondisi aman dan dia tidak mau sampai ada yang mengetahui kedatangannya ke tempat ini. Dan tentu saja itu membuat Rafly harus bisa atur strategi. Sedangkan di dalam markas tersebut, Marcel dan Simon masih duduk dan berdiskusi. "Kapan kita culik mereka? Apakah kalian semua sudah ada ide bagaimana caranya menculik wanita dari Rafly?" tanya Marcel kepada Simon. "Aku rasa ideku hanya satu langsung ke tempat di mana mereka berada. Maksudnya, tempat tinggalnya kita datangi dan dengan begitu kita bisa menculik mereka. Karena kalau kita tunggu mereka keluar tidak mungkin apa lagi kalau menunggu kedua orang itu. Rencana mereka tidak akan bisa digunakan," jawab Simon. "Maksudnya kamu mereka siapa? Niken dan Adrian ya? Kenapa tidak minta tolong mereka. Bukannya, salah satu dari mereka bisa mendekati wanita itu. Kalau tidak salah si Adrian. Dia bisa melakukan itu, kita tidak perlu repot untuk mengejar sampai di rumah." Marcel menyarankan Adrian untuk menjadi tumbal mereka