Isha mencari sumber suara tersebut. Suara itu berasal dari ruang keluarga. Karena posisi lampu temaram. Jadi dia tidak melihat apa yang ada di sana. Isha yang penasaran mengayunkan langkahnya untuk menghampiri. Dari dekat, Isha melihat seseorang tidur di atas sofa. Hal itu membuat jantung Isha berdebar. Bertanya-tanya, siapa gerangan orang tersebut.âHemmmm âŚ.âIsha mendengar suara orang yang tertahan. Suara itu seperti orang yang mau berteriak, tetapi tidak bisa. Rasa penasarannya pun mengantarkannya lebih mendekat ke sofa.âPak Danish.â Isha mengucap tanpa mengeluarkan suara. Ternyata yang tidur di sofa adalah Danish.Isha ingat betul jika kemarin, keponakan Danish mengatakan jika Danish akan pulang besok. Namun, ternyata dia pulang malam ini.âTidak.â Danish menggelengkan kepalanya. Matanya masih terpejam.âPasti dia mimpi buruk.â Isha menebak apa yang terjadi pada Danish. Dia sudah dengar dari Dino jika Danish kembali mimpi buruk lagi setelah tidak tidur dengannya.Melihat Danis
Isha sudah siap untuk ke toko, tetapi dia tidak buru-buru keluar dari kamar. Dia masih merasa malu sekali dengan orang-orang di luar. Malu dengan Luel dan Ve yang melihatnya berpelukan dengan Danish. Malu dengan asisten rumah tangga karena pasti asisten rumah tangga melihat apa yang dilakukannya. Yang terutama malu dengan Danish karena sudah memeluk erat tubuhnya semalam. Rasanya, Isha mau mengurung diri saja sampai mereka semua pergi. Namun, itu tidak mungkin. Tidak mungkin dia tidak keluar kamar. Pasti akan membuat orang-orang curiga. Di saat kebingungan Isha itu sedang melanda, tiba-tiba suara pintu terdengar. Isha sampai terkejut karena mendengar itu hal itu. Buru-buru Isha membuka pintu. Untuk tahu siapa yang mengetuk pintu. Saat pintu dibuka, ternyata Ve yang berada di balik pintu. âAunty, tidak keluar-keluar dari kamar. Tidak mau sarapan dengan kita?â Ve menatap Isha dengan penuh pengharapan. âIya, ini aku baru akan keluar.â Isha mengulas senyumnya. Berusaha meyakinkan Ve.
âSudah cepat bersiaplah dan jangan banyak bertanya!â Kembali Isha mendapati perintah dari Danish. Hal itu membuatnya sedikit kesal. Sikap dominan Danish kembali. Padahal juga mereka belum berbaikan. Danish juga belum meminta maaf dengan apa yang dilakukannya kala itu. Danish menatap Isha lekat. Tatapan itu seolah menyiratkan untuk Isha segera mengambil tasnya dan segera pergi dengannya. Isha segera mengambil tas miliknya. Kemudian berpamitan pada Ina. Meminta Ina untuk menutup toko saat sore. Tak berlama-lama, Isha masuk ke mobil. Sudah ada supir di dalam yang siap mengantarkan mereka. Ke mana? Isha sendiri tidak tahu. Pasrah saja mengikuti yang dilakukan Danish. Mobil terus melaju. Isha pun tak bertanya sama sekali ke mana mereka pergi. Sampai akhirnya, mereka sampai di sebuah rumah sakit. Isha langsung terperangah. Bertanya-tanya, kenapa Danish membawanya ke sini? Saat mobil berhenti di depan lobi, Isha masih terdiam. Tak beranjak sama sekali. Masih termangu di kursi penu
Isha menatap Danish yang berhenti di belakangnya. Merasa bingung karena Danish mengikutinya yang hendak masuk ke kamar. âKe kamar, memang ke mana lagi?â Danish balik bertanya. Isha masih menatap aneh. âMasalah kita sudah selesai. Sudah tidak ada kesalahpahaman. Jadi aku akan kembali tidur di kamarmu.â Isha masih terdiam. Belum menanggapi sang suami. âApa kamu tega membiarkan aku mimpi buruk terus?â Danish menatap Isha dengan tatapan memelas. Berharap Isha mau menerimanya kembali di kamar. Hanya alasan itu yang membuatnya bersama Isha. Jelas Isha tidak tega melihat Danish mimpi buruk. Apalagi semalam Danish tampak ketakutan. âBaiklah.â Akhirnya Isha setuju. Jawaban Isha itu jelas membuat Danish senang. Dia langsung menerobos masuk ke kamar Isha. Sepertinya, malam ini dia akan tidur nyenyak. Tidak seperti malam-malam sebelumnya. Isha yang melihat Danish pergi, hanya bisa menggeleng saja. Sang suami begitu bersemangat sekali. ****Usai makan malam, Danish dan Isha se
Danish tahu pasti jika Isha memikirkan Abra. Karena nasib Abra tergantung dengan kapan Isha hamil. âJika lama, artinya mantan suamimu itu juga akan lama di penjara.â Danish mengulas senyum manisnya. Isha membulatkan matanya. Dia teramat terkejut ketika Danish mengatakan hal itu padanya. Danish sama sekali tidak mengubah kontrak walaupun ada masalah padanya suatu saat nanti. Tidak ada kebijakan untuk hal yang membuat kehamilan lama terjadi.Reaksi Isha yang diam membuat Danish menyadari jika ada kekecewaan pada Isha. âHasilnya belum keluar, tetapi kamu sudah memikirkan hal buruk. Ibarat mau perang, kamu sudah memikirkan kematian. Harusnya kamu berpikir bagaimana berjuang.â Danish pun gemas untuk mengomentari Isha. âTunggulah dulu hasilnya. Berpikirlah positif dulu.âIsha terdiam. Yang dikatakan Danish memang ada benarnya. Harusnya, dirinya tidak memikirkan hal buruk itu. Justru harusnya dia memikirkan semoga semua baik-baik saja. Langkah mereka terhenti ketika sampai di lobi.
Kali ini Danish terdiam. Tak berani menjawab pertanyaan Dino. Tidak seperti biasanya juga, Danish tidak mengelak. Padahal biasanya pria itu mengatakan jika pernikahannya hanyalah kerja sama. Jadi kedekatan yang terjalin adalah kerja sama saja. Namun, kali ini dia tidak bisa mengatakan hal itu. Karena perasaannya sudah berbeda. âApa benar aku jatuh cinta?â Danish menoleh pada Dino yang duduk di kursi kemudi. Mendengar pertanyaan Danish seketika membuat Dino tertawa. Bisa-bisanya temannya itu mempertanyakan hal itu. âYang tahu itu cinta adalah hatimu. Bagaimana bisa kamu bertanya padaku?â âAku sudah lama tidak jatuh cinta. Jadi aku tidak bisa memahami hatiku.â Jika ditanya soal jatuh cinta, jelas dia sudah lupa. Pertama kali jatuh cinta adalah dengan Dara. Itu dirasakanya waktu kuliah. Itu saat umurnya sekitar dua puluh tahunan. Bisa bayangkan sudah dua puluh tahun Danish tidak merasakan jatuh cinta. Ingin rasanya Dino tertawa. Namun, memang pada kenyataannya Danish sudah lama tidak
âBenahi seperti apa?â tanya Danish. âJangan jadikan anak sebagai alat untuk membayar hutang.â Isha memberikan ide pada Danish. Danish menatap Isha penuhi curiga. âKamu berniat aku membebaskan mantan suamimu, tanpa aku meminta imbal balik?â âAkuââ âPak Danish Morgan Fabrizio.â Baru saja Isha hendak menjawab, tetapi nama Danish dipanggil untuk mengambil vitamin. Danish segera berdiri. Terpaksa dia meninggalkan Isha untuk mengambil vitamin. Isha yang duduk di ruang tunggu, harus menunda penjelasannya itu. Sebenarnya, dia sudah gemas sekali menjelaskan hal itu, tetapi dia harus bersabar. Akhirnya setelah vitamin selesai didapatkan, Danish mengajak Isha untuk pulang bersama. Mereka diantar oleh supir ke rumah. Karena mereka memang tidak berencana untuk kembali ke toko mau pun ke kantor. Sepanjang jalan, Isha dan Danish memilih diam. Tidak mau bicara di saat ada supir. Tak mau pembicaraan didengar. âKita tadi belum selesai bicara.â Isha menatap Danish sesaat setelah mereka sampai dan
Mendengar jika ada pesanan lagi, tentu saja dia terkejut. Beruntungnya pramusaji membawa nampan kosong. Sedikit lega karena artinya yang dipesan bukan makanan.âIni access card kamar yang Anda pesan.â Pramusaji memberikan access card pada Danish.Danish mengulas senyumnya tipis. Ternyata yang berikan oleh pramusaji hanyalah access card kamar hotel, bukan makanan lagi. Jika makanan lagi, jelas Danish tidak akan sanggup untuk memakannya.âTerima kasih.â Danish menerima access card kamar yang diberikan. Dia yakin jika temannya itu yang memesan kamar hotel tersebut.Isha yang melihat apa yang dipesan pun langsung terdiam. Tak bisa berkomentar lagi. Sejak awal makan malam di hotel, dia sudah curiga jika akan ke kamar hotel juga. Namun, tadi dia sempat berbaik sangka, jika memang hanya akan makan malam saja di hotel.Danish beralih pada Isha. Sayangnya, hal pertama yang dilihat dari wajah sang istri adalah wajah penuh kekecewaan.âKamu kenapa? Tidak suka Dino memesan kamar hotel untuk kita?
Tanpa terasa Dario sudah sebelas bulan. Dia susah mulai berdiri-diri. Berpegangan beberapa barang yang ada di sekitarnya. Pagi ini, dia bermain dengan sang mami dan papinya di taman belakang. âMinggu depan pembukaan toko. Apa yang harus aku persiapkan?â Pembangunan toko milik Isha, akhirnya selesai juga. Walaupun sedikit meleset dari perkiraan, tapi tidak banyak kendala yang terjadi. âTidak perlu menyiapkan apa-apa. Siapkan dirimu saja. Aku sudah siapkan semua.â Danish selalu ingin yang terbaik untuk istrinya. âTerima kasih.â Isha merasa sangat beruntung sekali karena sang suami selalu mempermudah semuanya. Danish memegangi Dario yang sedang berdiri. Karena senangnya berdiri-diri, anaknya itu memang selalu meminta untuk berdiri. Saat sedang berpegangan pada sang papi, tiba-tiba Dario melepaskan tagannya yang berpegang pads sang papi. Danish dan Isha tampak terkejut ketika melihat hal itu. âRio ....â Isha memanggil anaknya itu. Dario yang dipanggil pun segera mengayunkan langkah
âAaaccchhh ....âSuara indah yang keluar dari mulutnya keduanya menandakan jika pelepasan sempurna didapat oleh keduanya.Tubuh Danish seketika lemas dan terjatuh di atas tubuh sang istri. Mengatur napas yang terengah-engah.Isha pun merasakan hal yang sama. Tubuhnya lelah dan butuh waktu untuk beristirahat. Mengatur napasnya yang seperti baru saja lari kiloan meter.Butuh waktu beberapa saat untuk mengembalikan tenaganya. Hingga akhirnya, membersihkan diri.****Isha dan Danish memutuskan pulang saat sore hari. Seharian mereka memanfaatkan waktu untuk mencari kenikmatan. Melepaskan hasrat yang terpendam beberapa bulan.âAku malu sekali mau pulang.â Tiba-tiba saja Isha merasakan hal itu.âBersikaplah tenang. Nanti mereka akan curiga jika kamu bersikap seperti itu.âIsha bersikap tenang seperti yang suaminya katakan. Dia tidak mau membuat kakak iparnya curiga.Mereka sampai di rumah. Tampak mobil Liam-suami Loveta sudah di depan rumah. Isha dan Danish berusaha untuk tenang seperti tida
Pagi-pagi Loveta sudah sampai di rumah Danish. Semalam, dia dikabari oleh adiknya itu untuk membantu menjaga Dario. âKak Loveta.â Isha menyapa kakak iparnya itu. âMana Iyoo?â Loveta senang sekali karena akhirnya diminta jaga keponakannya. âBaru saja tidur, Kak.â Isha segera mempersilakan kakak iparnya untuk masuk ke rumah. Menyajikan teh sambil menunggu Danish bersiap. Beberapa saat kemudian, Danish keluar dari kamarnya. Kemudian menghampiri sang istri. âKak Lolo sudah datang, kalau begitu ayo pergi.â Danish menatap istrinya. Isha masih diam. Dia masih tidak enak sekali dengan kakak iparnya karena harus menjaga sang anak. âSudah, kalian pergi saja. Serahkan anak kalian padaku.â Loveta berusaha untuk meyakinkan adik iparnya. Saat mendapati ucapan itu, Isha segera bersiap untuk meraih tasnya yang berada di sofa ruang keluarga. âTitip Rio yang, Kak.â Sebelum berangkat dia menitipkan lagi anaknya. âIya.â Loveta mengangguk. Isha dan Danish segera pergi. Danish mengendarai mobiln
Levon dan Luel semakin nyaman menjalani hubungan setelah mendapatkan restu. Perjalanan masih panjang untuk hubungan mereka ke jenjang serius. Mereka lebih memilih untuk menikmati hubungan. Apalagi mereka harus fokus pada kuliah mereka.Isha semakin nyaman menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga. Anaknya semakin gembul sekali. Apalagi sang anak minum ASI.Kehadiran Dario membuat rumah menjadi ramai. Keluarga sering datang ke rumah untuk bertemu Dario. Mulai Nessia, Loveta, atau pun Mami Neta.Seperti hari ini, Loveta datang untuk berkunjung. Dia terus bermain dengan Dario.âIyoo ... Iyooo ....â Loveta memanggil keponakannya itu.âMi, namanya Dario, kenapa dipanggil Iyoo?â Ve melemparkan protesnya.âSusah jika dipanggil Dario. Seperti namamu saja. Singkat. Hanya âVeâ.â Loveta menjelaskan pada sang anak.Ve hanya bisa menggeleng heran. Ternyata itulah yang membuat sang mami memanggilnya singkat. Agar lebih mudah.Isha yang mendengar perdebatan itu hanya tersenyum saja.âKak Loveta su
Mendapati pertanyaan sang anak, Dona terdiam sejenak. Memandang Luel.Luel yang melihat mama Levon menunggu jawaban dari wanita itu. Penasaran apa jawaban yang akan diberikan.âIya, Mama tidak marah.â Dona langsung membenarkan apa yang diucapkan oleh Levon.Luel merasa lega sekali mendengar hal itu. Rasanya ketakutan yang dirasakannya menguap.Tok ... tok ....Suara ketukan pintu terdengar. Luel, Levon, dan Dona mengalihkan pandangan merek. Dilihatnya Isha yang mengetuk pintu.âMinumannya aku taruh di meja. Silakan diminum.â Isha melebarkan pintu untuk memberitahu di mana ditaruh minumannya.âTerima kasih, Aunty.â Levon mengangguk.âMama akan ke sana.â Dona menepuk bahu Levon. Kemudian mengayunkan langkahnya keluar.Levon memilih untuk tetap tinggal di kamar Luel. Menemani Luel.Dona segera keluar untuk menikmati teh yang dibuat oleh Isha. Menghargai Isha yang membuatkan minuman.Melihat Dona yang keluar dan Levon yang tetap tinggal di kamar, membuat Isha memutuskan untuk menemani Don
âMakanlah dulu.â Isha memberikan semangkuk bubur pada Luel.âTerima kasih, Aunty.â Luel segera menerima mangkuk yang diberikan. Dengan perlahan dia memakan bubur yang dibuatkan oleh aunty-nya.Isha tidak tega melihat Luel yang sakit. Padahal kemarin dia sudah mengingatkan Luel untuk makan.âApa tidak apa-apa jika tidak mengabari mami dan papimu?â Isha memastikan pada Luel.âIya, Aunty. Tidak perlu. Lagi pula aku sudah lebih baik.â Luel menolak tawaran sang aunty. Takut justru membuat orang tuanya khawatir atau bahkan menyalahkan paman dan bibinya.âBaiklah kalau begitu.â Isha tidak mau memaksa jika Luel tidak mau. âKalau begitu kamu habiskan buburnya. Setelah itu kamu minum obat.âLuel segera memakan bubur yang diberikan oleh Isha. Tak lupa memakan obat dari dokter.âIstirahatlah lagi kalau begitu.â Isha segera meraih kembali mangkuk bubur yang kini sudah kosong.Isha meninggalkan Luel di kamarnya. Memberikan waktu untuk Luel beristirahat. Dia segera turun ke lantai bawah. Menyusul sa
âUncle, tadi Luel pingsan dan sekarang di rumah sakit. Kata dokter dia terkena asam lambung.âMendengar hal itu Danish seketika terkejut. Tadi keponakannya itu berangkat baik-baik saja. Tapi, kenapa tiba-tiba sakit.âKirimkan alamat rumah sakitnya, aku akan ke sana.ââBaik, Uncle.â Levon mengangguk.Akhirnya Danish mematikan sambungan teleponnya.âSiapa yang di rumah sakit?â Isha tampak penasaran sekali. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.âLuel.ââLuel?â Isha membulatkan matanya ketika mendengar jika Luel di rumah sakit. âKenapa dia?â tanyanya ingin tahu.âKatanya dia asam lambung.â Danish menjawab seraya mengambil jaket di dalam lemari.âPasti karena seharian dia tidak makan.â Sejenak Isha teringat dengan hal itu.Mendengar ucapan Danish, dia teringat ucapan Isha. Jika Luel tidak makan sejak pagi.âBisa jadi.â Danish membenarkan.Danish segera bersiap untuk ke rumah sakit. Dia harus mengecek keadaan keponakannya itu.âAku pergi dulu. Kamu baik-baik di rumah.â Danish mendarat
Dona tampak terkejut melihat anaknya dengan seorang gadis. Yang menjadi perhatiannya jika ternyata gadis itu adalah gadis yang ditemuinya tadi di toilet. Dona memerhatikan gadis yang berada di sampingnya itu sedang melingkarkan tangan di lengan sang anak. Jika hanya teman, rasanya Dona yakin bukan. Karena teman tidak mungkin sedekat itu. âMa.â Levon menyapa sang mama.Dona tidak langsung menjawab sapaan itu. Dia memilih memerhatikan gadis di samping sang anak.Levon menyadari hal itu. Mamanya sedang memerhatikan Luel. âMa, kenalkan ini Luel, pacarku.â Dia pun segera memperkenalkan Luel.Pacar? Pikiran Dona melayang memikirkan pacar anaknya. Seingatnya sang anak sedang menjalin hubungan dengan keponakan Danish.âApa dia keponakan Danish?â Dona bertanya dalam hatinya.âLuel?â Sejenak Dona mengingat sesuatu. Beberapa bulan lalu saat anaknya sakit, seorang gadis datang ke rumah sakit. Dona ingat nama gadis itu.âKamu gadis yang ada di rumah sakit waktu itu?â tanya Dona memastikan.âIya,
Luel memilih gaun cukup lama. Hingga membuat Levon menunggu. Karena orang tua Luel sedang pergi, jadi Levon menunggu sendiri. âKak Luel mau pilih yang mana sebenarnya?â Ve merasa jika sedari tadi kakaknya terus memilih gaun tanpa tahu mana yang mau dipakai. âIya, aku bingung. Kasihan Kak Levon sedari tadi menunggu. âIya, sebentar lagi.â Luel mencari gaun. Hingga akhirnya dia mendapatkan gaun tersebut. Tak butuh waktu lama, dia pun mendapatkan gaun yang dicarinya. Gaun hitam dengan payet warna gold. Perpaduan pas untuk pesta malam ini. Tadi juga Luel sudah bertanya pada Levon. Baju warna apa saja yang dimiliki Levon. Hitam dan gold tadi disebut oleh Levon. Jadi tentu saja nanti mereka akan serasi. Saat mendapatkan gaun, segera dia berdandan untuk acara pesta. Dia tak punya banyak waktu. Jadi harus segera bersiap.Tepat jam lima sore akhirnya Luel siap. Segera mereka berangkat. Sebelum ke tempat pesta, Levon mengajak Luel untuk ke kost tempatnya lebih dulu karena dia gantian akan