Siang ini Shia sedang berada diruang baca, menenangkan pikirannya dengan sebuah novel yang Dante sediakan untuknya. Bukan hanya sebuah novel, Dante bahkan membuatkan perpustakaan pribadi untuknya. Namun bukan perpustakaan itulah yang membuatnya kaget, melainkan buku-buku yang ada disana adalah novel berating 21+. Dante sengaja memenuhi perpustakaan itu dengan novel untuk membuat Shia kesal dan malu. Pintu ruangan itu terbuka, Shia tak terganggu sama sekali dengan siapa yang datang karena dia sudah bisa menebaknya, siapa lagi yang dengan bebas dapat berkeliaran di mansion dan masuk ke dalam ruangan pribadi selain sang pemilik. “Fokus sekali” Dante memeluk Shia dari belakang. Sikap pria itu semakin manis sejak kemarin. Mungkin karena Shia juga sudah menyerah untuk melawan Dante. Shia memiringkan wajahnya, menatap Dante dalam jarak dekat, tanpa sengaja bibirnya menyentuh leher pria itu. Dante tersenyum tipis, dia menahan dagu Shia dan mengecup bibir Shia. Kecupan singkat yang manis,
Dante meletakan tangannya dipinggang dan belakang kepala Shia, menarik wanita itu semakin mendekat kearahnya lalu mencium Shia. memangut permukaan bibir Shia dan membawanya semakin dalam. Ciuman itu turun ke leher, napas Shia tidak beraturan, dia berusaha menahan rangsangan yang Dante berikan dengan mengigit bibir bawahnya. “Ahh..” Desahan Shia terlepas begitu saja membuat Shia bisa merasakan Dante yang sambil menciumnya. “Kau benar-benar menjadi liar Love” Dante terkekeh, dia menatap mata abu-abu Dante yang mendongak menatap mata biru Shia yang nampak sayu. Tiba-tiba pria itu meraih wajah SHia lalu meraup pipinya. Meninggalkan ciuman basah disana “you are so damn cute, Love..” Dante tersenyum, senyum mengerikan bak predator. Tiba-tiba dia melepaskan ikat pinggang yang masih terpasang dicelananya. Awalnya Shia kira Dante ingin segera memulai permainan ke intinya namun pria itu justru menyatukan kedua tangan Shia ke belakang lalu mengikat kedua tangan Shia, membuat mata birunya mel
Tengah malam, Dante keluar dari kamar, meninggalkan Shia yang tertidur karena kelelahan akibat pergulatan panas mereka. Dante menuruni tangga menuju ruang bawah tanah. Dia bersiul pada seorang pria yang terikat dengan rantai tepat dibawahnya. Tangan kanannya memegang sebuah pistol yang diputarkan dengan mudahnya. “Ternyata kau tidak setangguh yang ku bayangkan.” Dante bergumam dengan nada penuh ejekan. “Aku tidak memiliki masalah denganmu, Dante!” Han berucap dengan gigi yang bergeretak, mempertahankan kehormatan terakhirnya meski tubuhnya dipenuhi rasa sakit akibat cambukan yang diberikan bawahan Dante “Benar juga, kau tidak memiliki masalah denganku tapi kau yang membuat masalah itu, Han” Dante berucap dengan tawa yang menakutkan. Dia melihat ke bawah, menggugah pria yang terikat rantai di depannya. Dante memberi isyarat pada kedua bawahannya yang berada di sana untuk pergi, menyisakan mereka berdua dalam kegelapan bawah tanah Dante menatap Han dengan sorot mata tajamnya, memanc
“Nyonya..” "Nyonya, bangun" suara Bela terdengar samar-samar, memecah keheningan pagi. Perlahan, mata biru Shia terbuka, menatap Bela dengan sorot sayu. Bela tersenyum tipis, tetapi ekspresinya mencerminkan simpati saat selimut yang melindungi Shia tergeser, menampakkan banyaknya jejak percintaan yang Dante tinggalkan di tubuh Shia. "Anda baik-baik saja, Nyonya?" tanya Bela dengan penuh perhatian. Shia tersenyum tipis, kemudian mengangguk lemah. Dia turun dari ranjang, meraih segelas air di atas nakas. "Tubuhku nyaris lumpuh," ucap Shia setelah meneguk air dan melatakan kembali gelasnya. Bela memperhatikan dengan penuh kekhawatiran. "Saya akan memijat Anda nanti, Nyonya. Namun sekarang Anda harus bersiap. Tuan Dante dan Nyonya Besar sedang menunggu Anda untuk sarapan," kata Bela sambil merapikan tempat tidur Shia yang berantakan. "Sarapan bersama mereka, ya?" Shia berkata dengan suara yang menunjukkan ketenangan yang tak tergoyahkan lalu tak lama dia mendengus "Bisa-bisa pria itu
Setelah mereka selesai sarapan, Irena berdiri dengan semangat, mengajak Shia, "Ayo, Shia, kita bisa pergi ke butik sekarang. Kita punya waktu yang cukup." Shia mengangguk dan memberikan senyuman kecil. Namun, tiba-tiba tangan Dante menahan lengannya, menghentikan langkahnya. "Aku akan menyelesaikan beberapa urusan di kantor terlebih dahulu kemudian menyusulmu, Love," ucap Dante sambil mengecup kening Shia dengan lembut. Shia menatap pria itu dari sudut matanya, terpana sejenak. Baru beberapa menit lalu pria itu berbuat mesum padanya sekarang justru memperlakukannya dengan begitu manis. Suara deheman Irena memecah keheningan, mengingatkan Shia akan rencana mereka. “Ehmm... jadi kita pergi atau tidak?” tanya Irena sambil tersenyum geli. Shia tersenyum kikuk, mengumpulkan kembali pikirannya, dan mengikuti langkah Irena. Mereka meninggalkan ruang makan dengan ceria, melangkah menuju mobil yang sudah menanti di luar. Irena dan Shia naik ke dalam mobil, pergi ke butik yang merupakan sal
Shia dan Irena melangkah masuk ke butik paling bergengsi di kota Los Angeles. Claire Pottibone, tempat di mana keindahan dan kemewahan bergabung menjadi sebuah karya seni. Cahaya gemerlap lampu gantung kristal menyinari ruangan yang dipenuhi dengan deretan gaun pengantin mewah. Designer ternama dunia madam Claire, menujukan pada mereka deretan gaun terbaik dari seluruh dunia. “Ada yang menarik perhatianmu Shia?” Tanya Irena Meskipun mata Shia dimanjakan dengan keindahan gaun-gaun yang dipajang di sekelilingnya. Tetapi entah mengapa dia tidak merasakan kesenangan disana. Melihat keterdiaman Shia, Irena tersenyum tipis “Ayo, kita bisa mulai mencari gaun yang sempurna untukmu." ajaknya Shia mengikuti Irena ke bagian gaun pengantin, tempat di mana kecantikan dan elegansi menyatu dalam harmoni. Seorang penata rambut dan penata busana pribadi sudah menunggu untuk membantu. "Apa ada desain yang sudah anda bayangkan, Nona?" tanya madam Claire sambil menujukan beberapa rancangan gau
Langit biru terang menjadi latar belakang bagi katedral yang megah, tempat dimana Shia dan Dante memutuskan untuk bersatu dalam ikatan suci pernikahan. Dalam balutan gaun putih yang indah, Shia berjalan di lorong menuju altar diiringi oleh nada-nada indah organ. Dante, mengenakan setelan jas hitam yang elegan, menanti dengan tatapan penuh harap di hadapan imam. Robert menyerahkan tangan Shia yang langsung disambut Dante. Keduanya menghadap pada mimbar dimana seorang imam nampak memulai pemberkatan. “I, Zedante Algheri Kingston, before God and witnesses take you, Arshia Clarikson to be my wife. I promise to be true to you in good times and in bad, in sickness and in health. I will love you honor your all the days of my life” “I do” Jawab Shia lalu dia berucap “I, Arshia Clarikson, before God and witnesses take you, Zedante Algheri Kingston to be my husband. I promise to be true to you in good times and in bad, in sickness and in health. I will love you honor your all the days of my
“APA YANG KAU LAKUKAN SIALAN!” Dia berteriak marah pada Lily “KITA SUDAH HAMPIR MENDAPATKAN DAN KAU MENGACAUKANNYA!!” Lily nampak meringis saat rambutnya dijambak kuat. “Maaf ma… aku tidak tau jika akan jadi seperti ini. harusnya mereka mati karena ledakan itu” lirih Lily “Kau bodoh! Yang kau hadapi bukan orang biasa Lily! Apa kau tidak lihat betapa banyak pengawalan yang mereka miliki!?” “Maaf ma.. maafkan aku” “Hah..” Tante Ilya menetralkan nafasnya. Memikirkan jalan keluar untuk masalah ini. Dia jelas sadar bahwa Dante dan Shia tidak akan tinggal diam. Pertarungan untuk menguasai kekayaan keluarga Clarikson baru saja dimulai, dan pertaruhan semakin tinggi. Terlebih Shia suda mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham “Hubungi SXT. Katakan rencana kerja sama itu akan kita lakukan” ucapnya dengan senyum lebar, seolah mendapatkan peluang yang besar. ----- ----- ------ Shia tersenyum miris tidak menyangka jika Tante Ilya yang sudah dianggap layaknya ibu nyatanya hanya mema
Namanya Zedante Algheri Kingston pria yang kini berusia 41 tahun dengan pesona yang mematikan. Namun, mari kita melangkah lebih jauh ke belakang, ke waktu di mana Dante dan Shia pertama kali bersentuhan dalam perjalanan hidup mereka.***20 tahun yang lalu…Suara pelan lonceng gereja memecah keheningan pagi. Dante turun dari mobil dan membuka pintu untuk ibunya dengan sedikit enggan.“Kau ini! Senyum sedikit, meskipun kau tampan tapi wajahmu yang datar itu menakutkan, jangan sampai teman-temanku takut denganmu” Decak Irena melihat ekspresi putranya yang nampak datar seperti para bodyguard mereka.“Mom yang memaksaku kesini” Ucap Dante dengan datar“Itu karena ayahmu diluar negeri” Ucap Irena, Dia merangkul tangan Dante lalu memasuki gerbang gereja tua yang megah.Namun belum sampai kedepan pintu, Irena melepaskan lengan Dante begitu saja dan meninggalkan Dante sendirian “Kau masuk duluan saja” Ucap Irena lalu melangkah menuju kursi taman gereja dan berbicara dengan seorang biarawati d
“Kau marah Love?” Tanya Dante.Shia melirik sekilas melalui cermin lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.“Sekarang aku yakin kau benar-benar marah” Ucap Dante seraya menghela napas panjang. Dante mendekat kearah Shia yang duduk di meja rias sambil memoleskan makeup“Love..” Panggil Dante dengan suara yang amat merduShia tidak merespon, dia hanya fokus memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun Navy-nya yang semula berganti menjadi dress satin berwarna hitam gelap dengan beberapa ornamen mengkilat yang menghiasi bagian pinggangnya.“Akh” Shia tersentak ketika Dante menggendongnya ala bridal lalu membawanya keluar kamar.“Masih menolak bicara, Love?” Ucap Dante dengan senyuman lebar.“Dasar pemaksa” gumam Shia tanpa melihat wajah Dante.Dante terkekeh “Kau manis sekali saat kesal seperti ini Love”Shia tetap diam, mengabaikan pandangan Dante. Dia merasa sulit untuk menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya meskipun hatinya berbisik untuk tetap marah.“Turunkan, aku bisa jalan sendiri”
“Shh… ahh” Shia meringis antara sakit dan nikmat disatu waktu bersamaan. Shia terduduk diatas meja kerja milik Dante dengan Dante yang berdirii dan terus memompa dirinya dibawah sana.“Dante- Stoph..Eum..” Belum selesai Shia berbicara Dante sudah lebih dulu membungkam bibir SHia dengan lumatan singkat lalu ia menarik diri setelah menyematkan mengecup pipi Shia beberapa kali kemudian lanjut menghentak Shia.Shia mengigit bibirnya, menahan desahan saat milik Dante masuk terlalu dalam di inti tubuhnya. Mata biru itu mentap gaun navy yang sudah tergeletak dan robek disana.“D-dante pestanya belum selesai” Ucap Shia saat Dante memperlambat gerakannya“Hmm.. mereka tidak akan menyadari kita menghilang Love” Ucap Dante dengan suara seraknya “Lihat Love, milikmu benar-benar dirancang sempurna untuk aku masuki” Tambahnya sambil menatap kelamin keduanya yang menyatu.Blush..“Dasar mesum” Shia berucap kesal namun wajah Shia memerah total, Shia mengalihkan pandangannya ke samping. Enggan menatap
Mobil putih itu bergerak dengan memutar di sisi lintasan yang menantang. Shia, dengan mahirnya, mengendalikan setiap gerakan mobilnya dengan presisi yang luar biasa. Asap ban dan deru mesin menciptakan suara yang menggetarkan hati para penonton di arena balap. Dante, yang berada di tepi lintasan, menyaksikan Shia dengan mata abu-abu yang menatap penuh kebanggaan. Meskipun awalnya khawatir, dia tidak bisa menahan kekagumannya melihat keahlian Shia dalam melakukan teknik drifting. Setiap belokan dan putaran roda menjadi sebuah tarian yang memukau. “Bukankah istriku luar biasa Alesio” Ucap Dante dengan bangga pada sang anak yang kini berusia 5 tahun. Alesio mendengus, meskipun masih kecil namun sikap Dante benar-benar menurun persis padanya “Dia mamaku” Dalam setiap belokan tajam dan drift spektakuler, Shia terus menunjukkan keterampilannya. Saingan-saingannya sulit mengejar karena mobil putihnya meluncur dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Suasana menjadi semakin tegang ketika bal
"Melalui proses pemungutan suara yang demokratis, para pemegang saham dengan bulat hati menyetujui penetapan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur, menggantikan almarhum Robert Clarikson sesuai dengan peraturan nomor 2 yang telah diusulkan.”Prok.. Prok.. Prokk..Suara tepuk tangan menggema merayakan keputusan yang baru saja diumumkan.Cahaya sorot lampu panggung memantulkan kilauan di wajah-wajah para pemegang saham yang merasa yakin bahwa pemilihan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur adalah langkah yang tepat.Ronnie Colins, dengan langkah mantap, berdiri di depan podium. Sorot mata yang tajam dan wibawa dalam setiap langkahnya mencerminkan kepercayaan diri yang dimilikinya.Ronnie mengarahkan pandangannya kesegala sisi hingga terhenti pada satu titik. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum miring "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Saya sangat bersyukur dan berkomitmen untuk membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang tela
Waktu pemulihan yang seolah begitu cepat terasa seperti mukjizat bagi Dante. Shia dan bayi mereka, Alesio, menjadi simbol keajaiban itu. Setelah melewati masa-masa sulit di ruang perawatan intensif neonatal, Alesio kini berada dalam gendongan hangat Shia. Bayi itu tidak lagi terikat pada tabung inkubator.Dante duduk di samping Shia, matanya penuh kekaguman melihat bayi mungil mereka yang sekarang begitu sehat. Alesio dengan rakus meminum ASI dari ibunya, menunjukkan semangat hidup yang mengagumkan."Dia benar-benar rakus, ya?" Dante berkata dengan senyum di bibirnya.Shia hanya mengangguk setuju, mata biru yang terus memperhatikan putranya yang kecil. Keceriaan dan kebahagiaan menyelinap ke wajahnya meskipun kelelahan masih terlihat di matanya."Hidungnya dan bentuk wajahnya mirip sepertimu, Dante" Shia berkata sambil tersenyum lembut, jari telunjuknya menyentuh lembut permukaan wajah Alesio. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dante merasa
Setelah menyelesaikan masalah Ilyana. Hari-hari berikutnya menjadi masa-masa yang sulit bagi Dante. Dia tidak pernah meninggalkan ruangan perawatan Shia, selalu berada di sampingnya setiap saat.“Apa kau tidak lelah tidur terus, Love?” Dante mulai bermonolog“Semua orang yang mengincarmu sudah musnah, kita bisa hidup dengan dalam sekarang” Sambung DanteMeskipun ruangan itu penuh dengan suara perangkat medis dan mesin yang memantau, satu-satunya suara yang Dante dengar adalah detak jantung Shia“Aku merindukanmu Love, dan putra kita membutuhkanmu… Dia sangat kecil hingga aku rasa tubuhnya bisa hancur jika kusentuh.”Ruang perawatan intensif neonatal menjadi tempat yang akrab bagi Dante. Bayi kecil yang ia nama Alessio, terhubung dengan berbagai alat bantu pernapasan dan monitor yang memantau setiap detak jantungnya.Meskipun setelah beberapa minggu, Alessio mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Detak jantungnya menjadi lebih stabil, dan dia mulai merespons rangsanga
Dante menatap Ilya yang terikat dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang dingin dan keras. Ruangan gelap itu dipenuhi dengan ketegangan, dan senyuman sinis Ilyana menciptakan aura yang semakin mencekam.“Dante.. Dante..” Ucap Ilyana dengan seringai lebarnya. “Biar kutebak apa Shia sekarat? Atau dia sudah mati?”Plak.Suara tamparan yang keras membuat ruangan itu terdiam sejenak. Dante, tanpa ekspresi wajah, memandang Ilyana dengan tajam. “Jangan sekali-kali menyentuh nama Shia dengan cara seperti itu” ucapnya dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.Ilyana hanya tertawa sinis. “Kau memang selalu terlalu sentimental. Apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?”Dante menghela nafas, berusaha menahan amarahnya. “Aku sudah memberikan peringatan, Ilyana. Jangan mencampuri Shia dalam permainan kotormu.”Namun, senyuman Ilyana tak kunjung hilang. "Kau tidak bisa menyelamatkannya. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rencanaku. Aku sudah mengat
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata