Seorang pria melangkah dengan arogan menuruni sebuah mobil hitam, bibir itu mengulas senyum tipis lalu menapakan kakinya, para penjaga di sisi kiri dan kanan pria itu menunduk hormat, bisa ditebak jika dia memiliki kekuasaan yang besar.
“Selamat datang Tuan” Seorang pelayan menyapa sosok pria yang baru saja melangkah menuju kediamannya yang mewah
“Dia sudah datang?” Suara berat itu terdengar
“Sudah Tuan. Tamu anda sudah menunggu”
Pria itu hanya berdehem. Ia melangkah hingga sampai pada sebuah ruangan, membukanya dan melangkah masuk dengan tegas.
“Duduklah Xin”
Pria bernama Xin itu kembali duduk, matanya menatap sosok pria yang berjalan mendekatinya
“Jadi apa yang anda butuhkan kali ini?” ucap Xin langsung pada intinya
“Culik seorang wanita. Namanya Arshia Clarikson” Pria itu duduk di sofa single berwarna hitam, kakinya terangkat bertopang pada kaki sa
Sportcar putih yang Shia kendarai berhenti di kawasan perkotaan, dia memarkirkan mobilnya lalu berjalan menuju sebuah café yang tak ramai. Shia masuk ke dalam café lalu duduk di hadapan seorang pria berambut gondrong dengan kacamata bulat tebal.“Samaranmu menggelikan, Alex” ucap Shia dengan nada mengejek“Aku sedang memerankan mahasiswa kutu buku” Jawab Alex“Jadi apa yang kau dapat?”Alex menyerahkan selembar kertas pada Shia. Wanita itu meraihnya lalu membacanya.“Columbia?”“Ya, alamat IP terakhir orang yang mengirimimu pesan itu berada di Columbia”Suara deringan telpon membuat keduanya terdiam. SXT menghubunginya“Angkat dan tanyakan maksudnya” Ucap Alex“Pengecut!” Alex membelakkan matanya, kata itu yang pertama kali Shia ucapkan setelah panggilannya dengan sosok SXT itu terhubung. Tanpa menunggu respon SXT, Shia mema
Dante tidak bisa menghubungi Shia. Hampir 24 jam Shia tidak bisa dihubungi, ia sudah mengerahkan anak buahnya untuk mencari Shia namun tidak ada hasil yang didapat. Titik terakhir Chip yang ada pada Shia ada di sebuah Café. Sayangnya ditempat itu masih tak didapati hasil apapun.Tampilan Dante tidak bisa dikatakan baik. Penampilannya terlihat mengerikan dengan wajah kusam. Suasana hati Dante menjadi buruk. Saat kembali ke mansion dia akan memarahi para pelayan dan penjaga. Entah salah atau tidak yang pasti Dante akan memarahi mereka bahkan memberikan beberapa pukulan.Saat ini Dante sedang berada diruang kerjanya, dia memeriksa semua kamera pengintai yang berhasil di rentas oleh Max. Sayangnya, Shia tak tertangkap kamera sama sekali. Gadis itu menghilang tanpa petunjuk apapun.Pria itu menatap keluar melalui dinding kaca, tangannya memukul dinding itu dengan kuat, tak peduli dengan tangannya yang mulai berdarah. Bahkan bercak darah menempel di kaca itu. D
Dante melompat turun dari helicopternya setelah mendarat di sebuah lapangan terbuka. Dia berhasil mengetahui lokasi Shia berada setelah pelacak pada microchip Shia yang terdeteksi.Pria itu berlari dengan cepat dan mendekap Shia erat“Apa yang terjadi padamu, Love” Dante melepaskan pelukannya lalu memperhatikan wajah Shia dan mengecup setiap permukaan wajah itu“Dante.. hentikan, ini geli” Shia tertawa pelan lalu mendorong dada Dante, kecupan itu terhenti. Manik abu-abu Dante menatap Shia lekat, tak ingin melepaskan satu pandanganpun dari sosok cantik didepannya.“Kemana saja kau dua hari ini? aku mencarimu ke seluruh kota, Love” Tanya Dante membuat Shia diam. Dia tidak ingin memberitau Dante jika dirinya diculik oleh Xin. Tidak untuk sekarang, karena Shia tau jika Dante pasti akan mengurungnya jika tau Shia melakukan sesuatu yang berbahayaMelihat Shia yang enggan menjawab Dante tersenyum tipis, senyum tipis yang penuh dengan kegetiran. Dante kembali mendekap Shia, dia menjatuhkan ke
“Jadi?” Dante bertanya santai sambil menyenderkan pada kursi kebesarannya. Tatapannya penuh dengan intimidasi“Ada sebuah gudang bekas berjarak 2 kilometer dari lokasi nyonya berada, di dalam gudang itu ada cipratan darah yang masih baru selain itu ada juga helaian rambut nyonya disana”Dante menganggukan kepalanya, lalu menatap sebuah foto yang diberikan oleh Ero, bawahannya yang ditugaskan menjaga Shia.“Sudah menggali timbunan tanah disana?”“Sudah Tuan. Tapi kami tidak menemukan apapun”Dante terdiam, menatap foto yang diberikan Ero padanya, foto Shia bersama dengan seorang pria yang Dante tau sebagai mantan agen yang dulu sempat menyerangnya.“Lakukan tes DNA lalu cari tau siapa pemilik darah itu. Itu bukan darah milik Shia karna dia tidak terluka sedikitpun”“Baik, Tuan”Ero membungkuk hormat lalu keluar dari ruangan itu menyisakan Dante yang menghela nafas dengan tangan yang menutupi matanya“Hal apa lagi yang kau sembunyikan dariku, Arshia..”-------Siang ini Shia terlihat ca
Suara deritan kursi terdengar. Dante memundurkan kursinya dan mengangkat Shia, mendudukkannya di atas meja rapat. Kedua tangan Dante berada di sisi kanan dan kiri mengukung tubuh Shia dalam dekapannya. “Jadi bisa kita lanjutkan Miss Clarikson?” Ucap Dante dengan senyum nakalnya “Melanjutkan apa?” jawab Shia “Kau tau apa jadinya jika pakaianmu terbuka?” Ucap Dante lagi “Aku terlihat menggoda bukan” Shia tersenyum miring membuat Dante mendesis dengan tatapan tajam. Saat Dante menurunkan kepalanya hendak mencium Shia, dengan cepat tangan Shia bergerak menutup mulut Dante. “Ada cctv disana” ucap Shia. Mata biru itu kini tertuju pada satu cctv yang terletak disudut ruangan. “Blue” Panggil Dante dengan suara cukup nyaring membuat Shia kebingungan “Yes Mr Kingston” begitu mendengar suara menyahut ucapan Dante, Shia menganga syok. Dante memiliki AI sebagai sistem otomatisnya. Dan sahutan wanita itu merupakan salah satunya. “Turn off cctv in the 15th floor metting room!” Perintah Dante,
Shia menatap Dante yang sedang memaki lawan bicaranya melalui panggilan telpon. Shia tau jika pria itu sedang disibukan dengan masalah perusahaannya. Salah satu bawahan Dante membawa kabur uang jutaan dollar dan masih belum ditemukan, bahkan beberapa data rahasia perusahaannya disebarkan pada pasar gelap.“Aku pergi dulu” Ucap Dante sambil mengecup bibir Shia lalu keluar dari kamar.Shia berjalan kearah balkon, menatap Dante yang sempat melambai padanya sebelum masuk kedalam mobil bersama Matthew.Shia meraih pisau buah yang berada diatas meja lalu menyayat lengannya. Shia keluar kamar dengan perlahan, bersikap normal tanpa dicurigai“Anda mau kemana nyonya?” Suara Bela terdengar dibelakangnya, Shia menata Bela sambil memperlihatkan tangannya yang terluka “Astaga Nyonya! Tangan anda” Bela memekik“Bisa kau ambilkan perban Bel, tanganku terluka” Shia tersenyum tipis“Baik Nyonya tunggu sebentar” Setelah itu Bela berbalik meninggalkan Shia sedangkan Shia langsung melesat keluar melalui
Mobil Lamborghini Aventador hitam bergerak mmemasuki kawasan halaman katedral.Mobil itu berhenti lalu tak lama pintu terbuka dan sebuah tangan yang kokoh memegang pintu seraya beranjak dari jok.Salah satu kakinya yang terbalut sepatu menapak diluar, diikuti dengan kaki lainnya. Kini dia sepenuhnya berada diluar dan berdiri disisi mobilAngin berhembus, membawa kehadirannya seakan mempengaruhi semesta. Mata elang abu-abu itu menatap lurus kearah katedral. Ia melangkah seperti penguasa.Suara dentangan jam katedral terdengar, sekelebat bayang-bayang muncul dibenaknya. Bayangan sepasang pengantin yang menyatukan bibir keduanya disertai senyuman dan tepuk tangan orang-orang “Akan ku pastikan jam itu juga berdentang saat kita menikah Little Tigriss” Mulutnya tampak bergumam lalu kembali melangkah.Dante berdiri diambang pintu. Didepan sana, nyaris menyentuh altar terlihat Max sedang menahan seorang pria dengan tubuh bersimbah darah.Lalu disalah diantara bangku-bangku panjang yang terbua
Pilihan yang diberikan Dante membuat Max bergindik, masalahnya dia tau jika kedua hal itu tidak memiliki perbedaan jika Dante yang melakukannya dan Max tau siapa sosok harimau yang Dante maksud, jelas saja Arshia.“Tapi aku tidak bisa menangkapnya sekarang, buruanku harus dimulai dengan hama kecil” Seringainya lebarBum..Pintu mobil itu tertutup dengan kasar. Lamborghini itu mulai bergerak keluar dari kawasan katedral.Max menatapnya dengan senyum miring “Kau benar-benar gila karena wanita Dante..” Gumamnya nampak mengejek, lalu tak lama terdengar suara dari jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya“Pergi ke Alaska, bantu Ben mengatasi Lucero disana dan kau akan tau rasanya berpisah dengan wanita yang kau incar itu” Suara Dante terdengar memerintah disertai kekehan horror diakhir katanya.Max menganga dengan ekspresi tak terima “Sial. Dasar otoriter ” umpatnya kesal setelah menekan sebuah tombol pada jam itu.Selama hampir satu jam mobil itu berjalan dengan kecepatan 120
Namanya Zedante Algheri Kingston pria yang kini berusia 41 tahun dengan pesona yang mematikan. Namun, mari kita melangkah lebih jauh ke belakang, ke waktu di mana Dante dan Shia pertama kali bersentuhan dalam perjalanan hidup mereka.***20 tahun yang lalu…Suara pelan lonceng gereja memecah keheningan pagi. Dante turun dari mobil dan membuka pintu untuk ibunya dengan sedikit enggan.“Kau ini! Senyum sedikit, meskipun kau tampan tapi wajahmu yang datar itu menakutkan, jangan sampai teman-temanku takut denganmu” Decak Irena melihat ekspresi putranya yang nampak datar seperti para bodyguard mereka.“Mom yang memaksaku kesini” Ucap Dante dengan datar“Itu karena ayahmu diluar negeri” Ucap Irena, Dia merangkul tangan Dante lalu memasuki gerbang gereja tua yang megah.Namun belum sampai kedepan pintu, Irena melepaskan lengan Dante begitu saja dan meninggalkan Dante sendirian “Kau masuk duluan saja” Ucap Irena lalu melangkah menuju kursi taman gereja dan berbicara dengan seorang biarawati d
“Kau marah Love?” Tanya Dante.Shia melirik sekilas melalui cermin lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.“Sekarang aku yakin kau benar-benar marah” Ucap Dante seraya menghela napas panjang. Dante mendekat kearah Shia yang duduk di meja rias sambil memoleskan makeup“Love..” Panggil Dante dengan suara yang amat merduShia tidak merespon, dia hanya fokus memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun Navy-nya yang semula berganti menjadi dress satin berwarna hitam gelap dengan beberapa ornamen mengkilat yang menghiasi bagian pinggangnya.“Akh” Shia tersentak ketika Dante menggendongnya ala bridal lalu membawanya keluar kamar.“Masih menolak bicara, Love?” Ucap Dante dengan senyuman lebar.“Dasar pemaksa” gumam Shia tanpa melihat wajah Dante.Dante terkekeh “Kau manis sekali saat kesal seperti ini Love”Shia tetap diam, mengabaikan pandangan Dante. Dia merasa sulit untuk menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya meskipun hatinya berbisik untuk tetap marah.“Turunkan, aku bisa jalan sendiri”
“Shh… ahh” Shia meringis antara sakit dan nikmat disatu waktu bersamaan. Shia terduduk diatas meja kerja milik Dante dengan Dante yang berdirii dan terus memompa dirinya dibawah sana.“Dante- Stoph..Eum..” Belum selesai Shia berbicara Dante sudah lebih dulu membungkam bibir SHia dengan lumatan singkat lalu ia menarik diri setelah menyematkan mengecup pipi Shia beberapa kali kemudian lanjut menghentak Shia.Shia mengigit bibirnya, menahan desahan saat milik Dante masuk terlalu dalam di inti tubuhnya. Mata biru itu mentap gaun navy yang sudah tergeletak dan robek disana.“D-dante pestanya belum selesai” Ucap Shia saat Dante memperlambat gerakannya“Hmm.. mereka tidak akan menyadari kita menghilang Love” Ucap Dante dengan suara seraknya “Lihat Love, milikmu benar-benar dirancang sempurna untuk aku masuki” Tambahnya sambil menatap kelamin keduanya yang menyatu.Blush..“Dasar mesum” Shia berucap kesal namun wajah Shia memerah total, Shia mengalihkan pandangannya ke samping. Enggan menatap
Mobil putih itu bergerak dengan memutar di sisi lintasan yang menantang. Shia, dengan mahirnya, mengendalikan setiap gerakan mobilnya dengan presisi yang luar biasa. Asap ban dan deru mesin menciptakan suara yang menggetarkan hati para penonton di arena balap. Dante, yang berada di tepi lintasan, menyaksikan Shia dengan mata abu-abu yang menatap penuh kebanggaan. Meskipun awalnya khawatir, dia tidak bisa menahan kekagumannya melihat keahlian Shia dalam melakukan teknik drifting. Setiap belokan dan putaran roda menjadi sebuah tarian yang memukau. “Bukankah istriku luar biasa Alesio” Ucap Dante dengan bangga pada sang anak yang kini berusia 5 tahun. Alesio mendengus, meskipun masih kecil namun sikap Dante benar-benar menurun persis padanya “Dia mamaku” Dalam setiap belokan tajam dan drift spektakuler, Shia terus menunjukkan keterampilannya. Saingan-saingannya sulit mengejar karena mobil putihnya meluncur dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Suasana menjadi semakin tegang ketika bal
"Melalui proses pemungutan suara yang demokratis, para pemegang saham dengan bulat hati menyetujui penetapan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur, menggantikan almarhum Robert Clarikson sesuai dengan peraturan nomor 2 yang telah diusulkan.”Prok.. Prok.. Prokk..Suara tepuk tangan menggema merayakan keputusan yang baru saja diumumkan.Cahaya sorot lampu panggung memantulkan kilauan di wajah-wajah para pemegang saham yang merasa yakin bahwa pemilihan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur adalah langkah yang tepat.Ronnie Colins, dengan langkah mantap, berdiri di depan podium. Sorot mata yang tajam dan wibawa dalam setiap langkahnya mencerminkan kepercayaan diri yang dimilikinya.Ronnie mengarahkan pandangannya kesegala sisi hingga terhenti pada satu titik. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum miring "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Saya sangat bersyukur dan berkomitmen untuk membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang tela
Waktu pemulihan yang seolah begitu cepat terasa seperti mukjizat bagi Dante. Shia dan bayi mereka, Alesio, menjadi simbol keajaiban itu. Setelah melewati masa-masa sulit di ruang perawatan intensif neonatal, Alesio kini berada dalam gendongan hangat Shia. Bayi itu tidak lagi terikat pada tabung inkubator.Dante duduk di samping Shia, matanya penuh kekaguman melihat bayi mungil mereka yang sekarang begitu sehat. Alesio dengan rakus meminum ASI dari ibunya, menunjukkan semangat hidup yang mengagumkan."Dia benar-benar rakus, ya?" Dante berkata dengan senyum di bibirnya.Shia hanya mengangguk setuju, mata biru yang terus memperhatikan putranya yang kecil. Keceriaan dan kebahagiaan menyelinap ke wajahnya meskipun kelelahan masih terlihat di matanya."Hidungnya dan bentuk wajahnya mirip sepertimu, Dante" Shia berkata sambil tersenyum lembut, jari telunjuknya menyentuh lembut permukaan wajah Alesio. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dante merasa
Setelah menyelesaikan masalah Ilyana. Hari-hari berikutnya menjadi masa-masa yang sulit bagi Dante. Dia tidak pernah meninggalkan ruangan perawatan Shia, selalu berada di sampingnya setiap saat.“Apa kau tidak lelah tidur terus, Love?” Dante mulai bermonolog“Semua orang yang mengincarmu sudah musnah, kita bisa hidup dengan dalam sekarang” Sambung DanteMeskipun ruangan itu penuh dengan suara perangkat medis dan mesin yang memantau, satu-satunya suara yang Dante dengar adalah detak jantung Shia“Aku merindukanmu Love, dan putra kita membutuhkanmu… Dia sangat kecil hingga aku rasa tubuhnya bisa hancur jika kusentuh.”Ruang perawatan intensif neonatal menjadi tempat yang akrab bagi Dante. Bayi kecil yang ia nama Alessio, terhubung dengan berbagai alat bantu pernapasan dan monitor yang memantau setiap detak jantungnya.Meskipun setelah beberapa minggu, Alessio mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Detak jantungnya menjadi lebih stabil, dan dia mulai merespons rangsanga
Dante menatap Ilya yang terikat dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang dingin dan keras. Ruangan gelap itu dipenuhi dengan ketegangan, dan senyuman sinis Ilyana menciptakan aura yang semakin mencekam.“Dante.. Dante..” Ucap Ilyana dengan seringai lebarnya. “Biar kutebak apa Shia sekarat? Atau dia sudah mati?”Plak.Suara tamparan yang keras membuat ruangan itu terdiam sejenak. Dante, tanpa ekspresi wajah, memandang Ilyana dengan tajam. “Jangan sekali-kali menyentuh nama Shia dengan cara seperti itu” ucapnya dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.Ilyana hanya tertawa sinis. “Kau memang selalu terlalu sentimental. Apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?”Dante menghela nafas, berusaha menahan amarahnya. “Aku sudah memberikan peringatan, Ilyana. Jangan mencampuri Shia dalam permainan kotormu.”Namun, senyuman Ilyana tak kunjung hilang. "Kau tidak bisa menyelamatkannya. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rencanaku. Aku sudah mengat
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata