Dalam satu gerakan cepat Dante menempatkan tangannya dibelakang leher Shia, menariknya lalu mencium bibir Shia dengan ganas.“Hmph!!” Shia yang terkejut jelas memberontak, memukul dada Dante dengan tangannya yang entah kenapa terasa lesu, tidak mempunyai tenaga untuk melawan.Tekuk belakang Shia ditarik lebih dekat lagi, Dante mengabaikan penolakan Shia. Pria itu masih mencium Shia dengan lihai dan semakin intens disetiap gerakannya. Satu tangannya beralih meremas pinggang Shia, memberikan elusan seduktif disana.Shia terdiam, matanya terbelalak, tatapannya bertemu dengan mata abu-abu Dante yang terlihat sayu. Sinar matahari melalui jendela menggaris keras kontur wajah Dante yang serius. Setelahnya pria itu melepaskan ciuman mereka, memberikan Shia kesempatan untuk bernapas"Kau pintar mengantarkan dirimu dalam bahaya, Little Tigris..." Suaranya terdengar berat dan serakTanpa bisa ditebak, Dante mengangkat Shia dengan mudahnya, bagi Dante berat tubuh Shia hanya seringan bulu, memudah
Cahaya matahari membuat netra biru itu Shia mulai terbuka, menatap langit-langit kamar yang telah menemaninya tiga hari ini, di tempat yang sama, sebuah kamar megah yang hanya dihuni oleh dirinya sendiri. Ah tidak, untuk tadi malam kamar ini di huni oleh dua orang.Shia sadar jika semalam Dante masuk ke dalam kamar dan tidur dengan posisi memeluknya. Sayangnya Shia terlalu malas untuk hanya sekedar membuka mata atau mungkin Shia takut jika Dante melakukan sesuatu padanya.Shia bangkit dari ranjangnya. Sepertinya Shia sudah terlalu nyaman dengan tempat tidur itu sehingga mengklaim jika ranjang itu sudah menjadi miliknya. Dia beranjak menuju toilet, mencuci wajahnya lalu menatap bayangannya pada cermin.Ada sebercak warna pink kemerahan pada pundak dan lehernya sebuah kissmark. Shia membuang nafas kasar memilih mandi dan bersiap seperti biasanya. Setelah selesai Shia berjalan kearah pintu, mencoba membuka pintu yang selalu terkunci itu.Cklek..Bibir Shia tersenyum lebar. Sepertinya sem
Berjam-jam sudah Dante berada di ruang kerjanya. Wajah rupawan dengan tatapan tajam itu masih menatap layar komputernya. Membaca setiap berkas laporan yang dikirimkan oleh Max.Laporan itu berisikan data transaksi seminggu terakhir. Ia tersenyum miring ketika melihat nama George Pattion yang berhasil membeli bom rakitannya di sebuah pelelangan.Merasa jenuh. Pria itu meninggalkan komputernya yang masih menyala. Dia keluar dari ruang kerjanya yang memiliki keamanan berlapis itu. Hanya Dante satu-satunya yang dapat membuka pintu itu.Awalnya Dante ingin ke kamarnya untuk menemui Shia. biasanya dijam segini, Dante yakin Shia sudah tidur, sehingga memudahkannya untuk menyentuh Shia dengan semaunya. Baru hendak membuka lift, suara air dari kolam renang membuat pria itu berganti tujuan.Air kolam bergelombang bersamaan dengan Shia yang menyembulkan kepalanya ke permukaan. Ia menyisir rambutnya ke belakang lalu kembali berenang mengabaikan sesosok pria yan
“Kau tau Shia.. setiap aku mendengar penolakan itu, rasanya aku semakin ingin mengurungmu” Dante berbisik, tangannya mencengkram pinggang Shia dengan cukup kuat.“Kau sudah melakukannya” Ucap Shia dengan datar “Niat mengurungmu sudah terlaksana dengan baik, jadi bisa kau pulangkan aku sekarang?” tanyanya dengan santai“Kau bebas pergi jika kau bisa keluar dari tempat ini” Kali ini Dante menjawab pertanyaannya. Namun disisi lain Shia mengerutkan kepalanya, ada yang tidak beres. Tidak mungkin Dante membiarkannya pergi dengan mudah kecuali pria itu sudah bersiaga dengan banyaknya penjaga atau mungkin…“Tunggu.. ini masih di Milan kan? Atau kota lain di Italia?” Tanya Shia membuat pria itu tertawa kering, tangannya meraih dagu Shia, mengangkat wajah gadis itu untuk berhadapan dengannya.“Tebakan mu salah little tigris, kita bahkan tidak berada dibenua Eropa”“APA!! Hmp
“Anda sudah mengantar sarapan tuan, nona?” Shia berbalik, Lina berada di belakangnya. Pelayan itu sepertinya berbakat membuat dirinya terkejut dengan selalu muncul secara tiba-tiba di belakangnya.“Sudah dan berkat seseorang aku mendapatkan sambutan pagi yang menyenangkan” Lina terdiam, pelayan itu menundukkan wajahnya. Namun sekilah Shia bisa melihat senyum miring yang terpatri dibibir Lina“Reliam..” Shia membelalak, jantungnya berdetak lebih cepat saat bibir Lina tergerak menyebutkan nama yang sangat berarti baginya “Anda tidak penasaran?” lanjutnya“Apa maksudmu?” Shia berusaha tidak terpancing“Reliam meninggal bukan karena kecelakaan, Shia…”“Siapa kau?” Shia mematung, sekian detik kemudian dia meraih pundak Lina, ia menatap wanita itu tajam. Lina tersenyum tipis “Siapa kamu sebenarnya, Lina?” Ucap Shia lagi kali ini lebih tajam“Kim, apa yang kamu lakukan di sini?” Seseorang dari belakang Shia membuat gadis itu menoleh.“Nyonya memintaku untuk membuat jus, Eva” Shia kembali me
“Jadi bisa katakan apa maksud ucapanmu tadi pagi?” Ucap Shia dengan nada menuntut“Anda tidak ingin mandi dulu nyonya?” Goda Lina“Mungkin kau yang akan mandi setelah ini, mandi darah maksudnya”“Kau sangat menarik Shia, pantas saja pria itu tergila-gila denganmu” Lina tertawa kecil membuang formalitasnya hingga membuat Shia mendengus“Jika kau hanya ingin membuang waktuku silahkan pergi” Ucap Shia lugas, meskipun baginya ini menarik namun Shia tidak suka berbasa-basi.“Kau yakin? Padahal aku bisa memberitaumu siapa pelaku yang membunuh Liam” Ucap Lina sambil mendudukan diri di sofa tempat Dante biasa duduk. Shia ikut mendudukan diri di sofa yang berhadapan dengan Lina. Netra birunya memindai Lina penuh dengan selidik.“Sepertinya kau salah orang” Ucap Shia“Reliam Smith” Gumam Lina, Pandangan Shia menajam ketika nama itu diucapkan ol
“Bela, apa kamu melihat Kim?” Tanya Shia.Sejak dua hari ini Shia tidak melihat keberadaan Lina dimansion ini. Padahal banyak hal yang ingin Shia tanyakan pada sosok pelayan yang mengatakan dirinya sebagai kakak tiri Liam itu.“Kim pindah tugas ke mansion lain nyonya” jawab Bela sambil terus menyisir rambut coklat Shia kemudian tangannya dengan lihat mengepang satu rambut panjang itu. Shia termenung, kesimpulan singkat yang bisa Shia peroleh yaitu jika Lina memang sengaja memberikannya teka taki sebelum meninggalkan Mansion ini.“Sudah selesai Nyonya” Suara Bela menyadarkan Shia, dia menatap pada cermin lalu tersenyum tipis. Jika dilihat-lihat selama dikurung oleh Dante tampilannya semakin mirip dengan putri-putri kerajaan. Dante hanya mengisi lemari pakaian dengan gaun, sepatu heels bertumit rendah bahkan perhiasan-perhiasan mewah dengan harga fantastis.Wajahnya yang memang sudah cantik dengan balutan makeup tipis dan gaun berwarna putih tulang serta rambut yang dikepang menyamping
Dante melangkahkan kakinya menjajaki pasir pantai. Tanpa memperdulikan sepatu pantopelnya yang kini kotor akibat pasir.Setelah menyelesaikan urusannya, Dante segera menuju tempat Shia berada. Dante memang membiarkan Shia berjalan-jalan untuk hari ini, dia juga meminta Bela untuk menemani Shia dan Ero, bawahannya yang ditugaskan sebagai pengawal Shia.Mata abu-abu Dante terus mengikuti setia gerakan gadis didepannya, Shia tengah berputar bermain air di pinggir pantai. Senyum terus menghiasi wajah cantik gadis itu. Dante menatapnya dengan obsesif, kepalanya sedang memikirkan apa yang harus Dante lakukan untuk membuat gadis itu hanya menjadi miliknya.Rambut coklat Shia nampak mengkilat, terkana cahaya matahari sore yang hendak terbenam. Pupil abu-abu Dante sedikit membesar ketika sebuah senyuman lebar terukir di bibir Shia. Senyuman tulus dan indah yang Dante liat untuk pertama kalinya dari bibir Shia yang selalu melontarkan kata-kata makian maupun penolakan padanyaRasanya Dante ingin
Namanya Zedante Algheri Kingston pria yang kini berusia 41 tahun dengan pesona yang mematikan. Namun, mari kita melangkah lebih jauh ke belakang, ke waktu di mana Dante dan Shia pertama kali bersentuhan dalam perjalanan hidup mereka.***20 tahun yang lalu…Suara pelan lonceng gereja memecah keheningan pagi. Dante turun dari mobil dan membuka pintu untuk ibunya dengan sedikit enggan.“Kau ini! Senyum sedikit, meskipun kau tampan tapi wajahmu yang datar itu menakutkan, jangan sampai teman-temanku takut denganmu” Decak Irena melihat ekspresi putranya yang nampak datar seperti para bodyguard mereka.“Mom yang memaksaku kesini” Ucap Dante dengan datar“Itu karena ayahmu diluar negeri” Ucap Irena, Dia merangkul tangan Dante lalu memasuki gerbang gereja tua yang megah.Namun belum sampai kedepan pintu, Irena melepaskan lengan Dante begitu saja dan meninggalkan Dante sendirian “Kau masuk duluan saja” Ucap Irena lalu melangkah menuju kursi taman gereja dan berbicara dengan seorang biarawati d
“Kau marah Love?” Tanya Dante.Shia melirik sekilas melalui cermin lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.“Sekarang aku yakin kau benar-benar marah” Ucap Dante seraya menghela napas panjang. Dante mendekat kearah Shia yang duduk di meja rias sambil memoleskan makeup“Love..” Panggil Dante dengan suara yang amat merduShia tidak merespon, dia hanya fokus memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun Navy-nya yang semula berganti menjadi dress satin berwarna hitam gelap dengan beberapa ornamen mengkilat yang menghiasi bagian pinggangnya.“Akh” Shia tersentak ketika Dante menggendongnya ala bridal lalu membawanya keluar kamar.“Masih menolak bicara, Love?” Ucap Dante dengan senyuman lebar.“Dasar pemaksa” gumam Shia tanpa melihat wajah Dante.Dante terkekeh “Kau manis sekali saat kesal seperti ini Love”Shia tetap diam, mengabaikan pandangan Dante. Dia merasa sulit untuk menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya meskipun hatinya berbisik untuk tetap marah.“Turunkan, aku bisa jalan sendiri”
“Shh… ahh” Shia meringis antara sakit dan nikmat disatu waktu bersamaan. Shia terduduk diatas meja kerja milik Dante dengan Dante yang berdirii dan terus memompa dirinya dibawah sana.“Dante- Stoph..Eum..” Belum selesai Shia berbicara Dante sudah lebih dulu membungkam bibir SHia dengan lumatan singkat lalu ia menarik diri setelah menyematkan mengecup pipi Shia beberapa kali kemudian lanjut menghentak Shia.Shia mengigit bibirnya, menahan desahan saat milik Dante masuk terlalu dalam di inti tubuhnya. Mata biru itu mentap gaun navy yang sudah tergeletak dan robek disana.“D-dante pestanya belum selesai” Ucap Shia saat Dante memperlambat gerakannya“Hmm.. mereka tidak akan menyadari kita menghilang Love” Ucap Dante dengan suara seraknya “Lihat Love, milikmu benar-benar dirancang sempurna untuk aku masuki” Tambahnya sambil menatap kelamin keduanya yang menyatu.Blush..“Dasar mesum” Shia berucap kesal namun wajah Shia memerah total, Shia mengalihkan pandangannya ke samping. Enggan menatap
Mobil putih itu bergerak dengan memutar di sisi lintasan yang menantang. Shia, dengan mahirnya, mengendalikan setiap gerakan mobilnya dengan presisi yang luar biasa. Asap ban dan deru mesin menciptakan suara yang menggetarkan hati para penonton di arena balap. Dante, yang berada di tepi lintasan, menyaksikan Shia dengan mata abu-abu yang menatap penuh kebanggaan. Meskipun awalnya khawatir, dia tidak bisa menahan kekagumannya melihat keahlian Shia dalam melakukan teknik drifting. Setiap belokan dan putaran roda menjadi sebuah tarian yang memukau. “Bukankah istriku luar biasa Alesio” Ucap Dante dengan bangga pada sang anak yang kini berusia 5 tahun. Alesio mendengus, meskipun masih kecil namun sikap Dante benar-benar menurun persis padanya “Dia mamaku” Dalam setiap belokan tajam dan drift spektakuler, Shia terus menunjukkan keterampilannya. Saingan-saingannya sulit mengejar karena mobil putihnya meluncur dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Suasana menjadi semakin tegang ketika bal
"Melalui proses pemungutan suara yang demokratis, para pemegang saham dengan bulat hati menyetujui penetapan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur, menggantikan almarhum Robert Clarikson sesuai dengan peraturan nomor 2 yang telah diusulkan.”Prok.. Prok.. Prokk..Suara tepuk tangan menggema merayakan keputusan yang baru saja diumumkan.Cahaya sorot lampu panggung memantulkan kilauan di wajah-wajah para pemegang saham yang merasa yakin bahwa pemilihan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur adalah langkah yang tepat.Ronnie Colins, dengan langkah mantap, berdiri di depan podium. Sorot mata yang tajam dan wibawa dalam setiap langkahnya mencerminkan kepercayaan diri yang dimilikinya.Ronnie mengarahkan pandangannya kesegala sisi hingga terhenti pada satu titik. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum miring "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Saya sangat bersyukur dan berkomitmen untuk membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang tela
Waktu pemulihan yang seolah begitu cepat terasa seperti mukjizat bagi Dante. Shia dan bayi mereka, Alesio, menjadi simbol keajaiban itu. Setelah melewati masa-masa sulit di ruang perawatan intensif neonatal, Alesio kini berada dalam gendongan hangat Shia. Bayi itu tidak lagi terikat pada tabung inkubator.Dante duduk di samping Shia, matanya penuh kekaguman melihat bayi mungil mereka yang sekarang begitu sehat. Alesio dengan rakus meminum ASI dari ibunya, menunjukkan semangat hidup yang mengagumkan."Dia benar-benar rakus, ya?" Dante berkata dengan senyum di bibirnya.Shia hanya mengangguk setuju, mata biru yang terus memperhatikan putranya yang kecil. Keceriaan dan kebahagiaan menyelinap ke wajahnya meskipun kelelahan masih terlihat di matanya."Hidungnya dan bentuk wajahnya mirip sepertimu, Dante" Shia berkata sambil tersenyum lembut, jari telunjuknya menyentuh lembut permukaan wajah Alesio. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dante merasa
Setelah menyelesaikan masalah Ilyana. Hari-hari berikutnya menjadi masa-masa yang sulit bagi Dante. Dia tidak pernah meninggalkan ruangan perawatan Shia, selalu berada di sampingnya setiap saat.“Apa kau tidak lelah tidur terus, Love?” Dante mulai bermonolog“Semua orang yang mengincarmu sudah musnah, kita bisa hidup dengan dalam sekarang” Sambung DanteMeskipun ruangan itu penuh dengan suara perangkat medis dan mesin yang memantau, satu-satunya suara yang Dante dengar adalah detak jantung Shia“Aku merindukanmu Love, dan putra kita membutuhkanmu… Dia sangat kecil hingga aku rasa tubuhnya bisa hancur jika kusentuh.”Ruang perawatan intensif neonatal menjadi tempat yang akrab bagi Dante. Bayi kecil yang ia nama Alessio, terhubung dengan berbagai alat bantu pernapasan dan monitor yang memantau setiap detak jantungnya.Meskipun setelah beberapa minggu, Alessio mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Detak jantungnya menjadi lebih stabil, dan dia mulai merespons rangsanga
Dante menatap Ilya yang terikat dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang dingin dan keras. Ruangan gelap itu dipenuhi dengan ketegangan, dan senyuman sinis Ilyana menciptakan aura yang semakin mencekam.“Dante.. Dante..” Ucap Ilyana dengan seringai lebarnya. “Biar kutebak apa Shia sekarat? Atau dia sudah mati?”Plak.Suara tamparan yang keras membuat ruangan itu terdiam sejenak. Dante, tanpa ekspresi wajah, memandang Ilyana dengan tajam. “Jangan sekali-kali menyentuh nama Shia dengan cara seperti itu” ucapnya dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.Ilyana hanya tertawa sinis. “Kau memang selalu terlalu sentimental. Apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?”Dante menghela nafas, berusaha menahan amarahnya. “Aku sudah memberikan peringatan, Ilyana. Jangan mencampuri Shia dalam permainan kotormu.”Namun, senyuman Ilyana tak kunjung hilang. "Kau tidak bisa menyelamatkannya. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rencanaku. Aku sudah mengat
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata