Berjam-jam sudah Dante berada di ruang kerjanya. Wajah rupawan dengan tatapan tajam itu masih menatap layar komputernya. Membaca setiap berkas laporan yang dikirimkan oleh Max.Laporan itu berisikan data transaksi seminggu terakhir. Ia tersenyum miring ketika melihat nama George Pattion yang berhasil membeli bom rakitannya di sebuah pelelangan.Merasa jenuh. Pria itu meninggalkan komputernya yang masih menyala. Dia keluar dari ruang kerjanya yang memiliki keamanan berlapis itu. Hanya Dante satu-satunya yang dapat membuka pintu itu.Awalnya Dante ingin ke kamarnya untuk menemui Shia. biasanya dijam segini, Dante yakin Shia sudah tidur, sehingga memudahkannya untuk menyentuh Shia dengan semaunya. Baru hendak membuka lift, suara air dari kolam renang membuat pria itu berganti tujuan.Air kolam bergelombang bersamaan dengan Shia yang menyembulkan kepalanya ke permukaan. Ia menyisir rambutnya ke belakang lalu kembali berenang mengabaikan sesosok pria yan
“Kau tau Shia.. setiap aku mendengar penolakan itu, rasanya aku semakin ingin mengurungmu” Dante berbisik, tangannya mencengkram pinggang Shia dengan cukup kuat.“Kau sudah melakukannya” Ucap Shia dengan datar “Niat mengurungmu sudah terlaksana dengan baik, jadi bisa kau pulangkan aku sekarang?” tanyanya dengan santai“Kau bebas pergi jika kau bisa keluar dari tempat ini” Kali ini Dante menjawab pertanyaannya. Namun disisi lain Shia mengerutkan kepalanya, ada yang tidak beres. Tidak mungkin Dante membiarkannya pergi dengan mudah kecuali pria itu sudah bersiaga dengan banyaknya penjaga atau mungkin…“Tunggu.. ini masih di Milan kan? Atau kota lain di Italia?” Tanya Shia membuat pria itu tertawa kering, tangannya meraih dagu Shia, mengangkat wajah gadis itu untuk berhadapan dengannya.“Tebakan mu salah little tigris, kita bahkan tidak berada dibenua Eropa”“APA!! Hmp
“Anda sudah mengantar sarapan tuan, nona?” Shia berbalik, Lina berada di belakangnya. Pelayan itu sepertinya berbakat membuat dirinya terkejut dengan selalu muncul secara tiba-tiba di belakangnya.“Sudah dan berkat seseorang aku mendapatkan sambutan pagi yang menyenangkan” Lina terdiam, pelayan itu menundukkan wajahnya. Namun sekilah Shia bisa melihat senyum miring yang terpatri dibibir Lina“Reliam..” Shia membelalak, jantungnya berdetak lebih cepat saat bibir Lina tergerak menyebutkan nama yang sangat berarti baginya “Anda tidak penasaran?” lanjutnya“Apa maksudmu?” Shia berusaha tidak terpancing“Reliam meninggal bukan karena kecelakaan, Shia…”“Siapa kau?” Shia mematung, sekian detik kemudian dia meraih pundak Lina, ia menatap wanita itu tajam. Lina tersenyum tipis “Siapa kamu sebenarnya, Lina?” Ucap Shia lagi kali ini lebih tajam“Kim, apa yang kamu lakukan di sini?” Seseorang dari belakang Shia membuat gadis itu menoleh.“Nyonya memintaku untuk membuat jus, Eva” Shia kembali me
“Jadi bisa katakan apa maksud ucapanmu tadi pagi?” Ucap Shia dengan nada menuntut“Anda tidak ingin mandi dulu nyonya?” Goda Lina“Mungkin kau yang akan mandi setelah ini, mandi darah maksudnya”“Kau sangat menarik Shia, pantas saja pria itu tergila-gila denganmu” Lina tertawa kecil membuang formalitasnya hingga membuat Shia mendengus“Jika kau hanya ingin membuang waktuku silahkan pergi” Ucap Shia lugas, meskipun baginya ini menarik namun Shia tidak suka berbasa-basi.“Kau yakin? Padahal aku bisa memberitaumu siapa pelaku yang membunuh Liam” Ucap Lina sambil mendudukan diri di sofa tempat Dante biasa duduk. Shia ikut mendudukan diri di sofa yang berhadapan dengan Lina. Netra birunya memindai Lina penuh dengan selidik.“Sepertinya kau salah orang” Ucap Shia“Reliam Smith” Gumam Lina, Pandangan Shia menajam ketika nama itu diucapkan ol
“Bela, apa kamu melihat Kim?” Tanya Shia.Sejak dua hari ini Shia tidak melihat keberadaan Lina dimansion ini. Padahal banyak hal yang ingin Shia tanyakan pada sosok pelayan yang mengatakan dirinya sebagai kakak tiri Liam itu.“Kim pindah tugas ke mansion lain nyonya” jawab Bela sambil terus menyisir rambut coklat Shia kemudian tangannya dengan lihat mengepang satu rambut panjang itu. Shia termenung, kesimpulan singkat yang bisa Shia peroleh yaitu jika Lina memang sengaja memberikannya teka taki sebelum meninggalkan Mansion ini.“Sudah selesai Nyonya” Suara Bela menyadarkan Shia, dia menatap pada cermin lalu tersenyum tipis. Jika dilihat-lihat selama dikurung oleh Dante tampilannya semakin mirip dengan putri-putri kerajaan. Dante hanya mengisi lemari pakaian dengan gaun, sepatu heels bertumit rendah bahkan perhiasan-perhiasan mewah dengan harga fantastis.Wajahnya yang memang sudah cantik dengan balutan makeup tipis dan gaun berwarna putih tulang serta rambut yang dikepang menyamping
Dante melangkahkan kakinya menjajaki pasir pantai. Tanpa memperdulikan sepatu pantopelnya yang kini kotor akibat pasir.Setelah menyelesaikan urusannya, Dante segera menuju tempat Shia berada. Dante memang membiarkan Shia berjalan-jalan untuk hari ini, dia juga meminta Bela untuk menemani Shia dan Ero, bawahannya yang ditugaskan sebagai pengawal Shia.Mata abu-abu Dante terus mengikuti setia gerakan gadis didepannya, Shia tengah berputar bermain air di pinggir pantai. Senyum terus menghiasi wajah cantik gadis itu. Dante menatapnya dengan obsesif, kepalanya sedang memikirkan apa yang harus Dante lakukan untuk membuat gadis itu hanya menjadi miliknya.Rambut coklat Shia nampak mengkilat, terkana cahaya matahari sore yang hendak terbenam. Pupil abu-abu Dante sedikit membesar ketika sebuah senyuman lebar terukir di bibir Shia. Senyuman tulus dan indah yang Dante liat untuk pertama kalinya dari bibir Shia yang selalu melontarkan kata-kata makian maupun penolakan padanyaRasanya Dante ingin
Di dalam kamar, Shia menatap Dante yang bersandar pada kepala ranjang dengan laptop dipangkuannyaTiba-tiba sebuah pemikiran melintas diotaknya “Dante..” Panggil Shia lembut membuat atensi Dante tertuju pada Shia sepenuhnya. Dengan malu-malu Shia melangkah mendekati Dante lalu mengecup pipi pria itu cepat.Mata abu-abu Dante bergetar terkejut namun tak lama seringan lebar terpatri dibibirnya “Jadi apa yang kau butuhkan little tigris?” Ucap Dante langsung, Shia tersenyum tipis.“Aku butuh laptop” Jawab Shia “Hmm, aku akan meminta Ero menyiapkannya untukmu” Ucap Dante yang membuat senyum Shia mengambang “terima kasih” ucapnya senangDante tersenyum tipis, aneh rasanya mendengar Shia berterimakasih padanya, padahal gadis itu selalu menatapnya dengan penuh waspada.“Kemarilah” Panggil DanteShia yang kembali menurut dan mendekati Dante, bahkan dengan sukarela menaiki ranjang dan berbaring sambil menatap Dante “kenapa kau jadi memancingku little tigris”Shia memutar bola matanya malas “bu
Shia berada didalam pesawat dalam keadaan bingung. Pikirannya masih tidak percaya jika Dante membiarkannya pergi dengan mudah setelah semua kekangan yang pria itu berikan. Sepuluh hari Dante mengurungnya dan sekarang dengan mudahnya pria itu mengantarkannya ke bandara.Tanda pesawat yang akan lepas landas membuat Shia yakin jika dirinya akan kembali ke negaranya, pergi dari sosok Dante, namun banyak hal yang masih menjanggal di pikirannya tentang sosok Dante yang mengetahui banyak hal tentang dirinya, termasuk Liam-nya.Setelah menempuh perjalanan udara selama 10 jaml, akhirnya pesawat itu mendarat di bandara Milan Internasional Airport. Shia berjalan keluar bandara tanpa membawa apapun. Satu-satunya barang yang dibawanya hanyalah sebuah kalung yang dia curi dari mansion Dante sebagai pegangannya untuk dijual.Baru saja Shia ingin menghentikan taxi tiba-tiba saja sebuah mobil hitam berhenti di depannya. Sang pengemudi menurunkan kaca mobilnya hingga Shia dapat melihat sosok pria di d