Richard melayangkan kecupan di leher dan dada Jeany, membuat wanita itu semakin terangsang dan mendapatkan klimaks untuk yang kedua kalinya.Sentakan pusaka Richard di tubuh bagian bawahnya membuat Jeany seperti kehilangan akal.Kelemahannya adalah seperti ini, bercinta dengan Richard dan bersenang-senang dengannya. Ini seperti seakan-akan sejak awal, Jeany memang hanya tercipta untuk Richard. Jeany tak pernah bisa melawan, karena sudah tergila-gila melakukan ini dengannya.Akhirnya, kegiatan panas itu pun berlangsung dengan sukses, keduanya sama-sama mencapai klimaks di dalam mobil yang sempit, dengan posisi yang tak masuk akal.Richard yang sudah tak marah lagi, segera menciumi bibir, pipi dan kening Jeany yang basah sambil membisikkan terima kasih.Setelah dia mengambil tisu dan membersihkan bagian bawah milik sang istri yang basah karena cairan mereka berdua, setelah Jeany bersih, mereka pun melanjutkan perjalanan.Keduanya saling menatap dan tersenyum malu-malu. Masalah tentang
Hari dan minggu berlalu, Isabella memang tidak pernah datang langsung pada Richard dan mengancamnya lagi, tapi Richard tidak tahu bahwa wanita itu sekarang mengubah targetnya untuk mengguncang Jeany, bukan Richard lagi.Hari itu, adalah hari di mana Richard harus menginap beberapa hari di luar kota karena pekerjaan.Richard tidak ragu meninggalkan Jeany sendirian karena dia yakin wanita itu tidak akan kabur selama Richard tidak di rumah. Hubungan keduanya juga menghangat semakin hari, Richard pikir itu cukup bagus meski keduanya tidak pernah saling menyatakan cinta. Jeany sendiri bahkan merasa jika kehidupan pernikahannya sangat indah. Richard memang tidak begitu banyak bicara, tapi dia romantis dan perhatian dengan caranya sendiri.Seakan sudah mengukur waktu yang tepat, Isabella, wanita mantan calon tunangan Richard, datang ke rumah."S-siapa kamu?"Jeany sangat terkejut saat melihat Isabella yang sudah duduk santai di ruang tamu seakan ini rumahnya sendiri."Ah, siapa, ya? Hanya
"Karena kamu adalah anak wanita seperti itu, bukankah kamu juga sama? Mendekati Dante hanya karena mengincar uangnya?"Isabella yang melihat diriku terdiam, sepertinya semakin ringan mulutnya untuk terus menghina dan merendahkanku. Sampai di situ, aku sudah tak sanggup menahan diri lagi dengan semua kata-kata busuk yang keluar dari wanita jahat di depanku ini, sehingga aku yang sedari tadi diam, langsung berbicara. "Lalu kenapa kalau memang mengincar kekayaan Richard? Pada akhirnya, yang dia nikahi bukan kamu, melainkan aku, kan?"Kupandang Isabella dengan tatapan sombong dan dagu terangkat, membalas perlakuannya padaku beberapa waktu lalu. Dadaku rasanya sudah menggelegak karena kemarahan saat mendengar Isabella berbicara seenaknya, terutama saat dia menghina ibuku. Karena itu, aku tak akan membiarkan dia pergi dari sini dengan kemenangan di wajahnya. Dan benar saja, saat mendengar aku berbicara seperti itu, wajah cantiknya seketika terdistorsi. Seperti tak menyangka kalau aku ak
Aku benar-benar sudah tak bisa berpositif thinking lagi sehingga dengan jari gemetar, kuketik pesan kepada Richard [Hey, Rich. Sudah tidur?]Kukirim pesan singkat-singkat saja padanya. Meskisebenarnya banyak sekali hal yang ingin kutanyakan saat ini, jariku sendiri sudah tak sabar mengetik pesan tentang siapa Isabella, apakah Richard masih melakukan one night stand di belakangku seperti kata Isabella, dan lain sebagainya.Namun, hatiku belum siap mendengar jawaban Richard, jadi pesan yang kukirim hanya pertanyaan singkat saja."Kita lihat dulu jawabannya bagaimana," gumamku. Menatap layar ponsel dengan intens. Untungnya balasan hanya datang selang beberapa detik sejak pesan itu terkirim. Richard rupanya sedang online.Aku bergerak dari dudukku dengan gelisah dan segera membaca pesan dari suamiku itu. Berbeda denganku yang hanya bertanya singkat, balasan pesan yang dia kirim benar-benar panjang dan lebar. [Jeany? Ada apa mengirim pesan jam segini? Apakah kamu tidak bisa tidur? Apa
"Astaga."Aku menutup mulut dengan ekspresi tak terlukis kan saat video call dengan Richard dan melihat isi kamarnya. Jujur saat ini aku merasa sangat bersalah karena telah mencurigai Richard tanpa sebab, hanya karena omongan wanita asing seperti Isabella, yang ternyata sama sekali tak berdasar."Ada apa, Jeany?"Richard yang sepertinya tak paham kenapa ekspresiku berubah seperti ini saat video call dengannya, bertanya. "Mmmm."Aku hanya bergumam tidak jelas sambil terus melihat ke arah Richard dengan perasaan bersalah. Itu karena di kamar yang kini ditempati Richard, aku bisa melihat dengan jelas bahwa suamiku tersebut tidak tidur malam, bukan karena sedang sibuk bercinta dengan perempuan lain.Namun, dia justru benar-benar sedang sibuk dengan pekerjaan melihat banyaknya kertas-kertas dan juga beberapa map yang berserak di samping laptop yang berada di meja Richard. Semuanya sangat berantakan sampai sepertinya dia benar-benar sedang sibuk bekerja. "Apa ada yang ingin kamu lihat
Kupikir Richard akan percaya dengan alasan yang kuutarakan tapi ternyata jawabannya sungguh di luar dugaan. Dia mengirim pesan suara dan bilang. "Hmmm, masa? Aku tidak percaya."'Hah?? Kenapa dia tidak percaya?! Apakah terlalu mencolok kebohongan yang kuucapkan??' gumamku dengan panik. "Kenapa tidak percaya? Aku serius, aku bahkan tidak nafsu makan hari ini," jawabku, juga di pesan suara. Aku tidak bohong, aku benar-benar tidak makan hari ini jadi jika dia bertanya ke Mayes atau koki, dia tidak akan menemukan kesalahan bicaraku."Coba saja tanya pelayan di sini, aku kehilangan nafsu makan karena merindukan dirimu," lanjutku, untuk menguatkan argumen. Setelah Richard membaca pesan suara yang kukirim, dia tiba-tiba menelepon. "Ahhh, sungguh? Kamu benar-benar punya rasa rindu padaku sekarang, Jeany?"Suaranya terdengar bahagia, sedangkan aku setelah berdeham satu kali, segera menjawab. "Tentu lah. Kamu kan suamiku, bagaimana bisa aku tidak merindukan dirimu? Itu tidak mungkin!"Ri
[E-ehm, sepertinya aku pakai saat kamu di rumah saja, Rich. Jadi cepatlah pulang.]Akhirnya, karena tak mau disuruh mencoba lingerie yang benar-benar tidak seperti pakaian itu, aku membalas pesan Richard seperti di atas. Untungnya, Richard sepertinya tidak mempermasalahkan hal itu dan tidak memaksa lagi. [Aku tidak tahu kalau kamu sangat suka bunga. Kalau seperti ini, aku jadi ingin tiap hari mengirimimu bunga, Jeany.]Richard akhirnya membahas tentang bunga lagi.Pesan dari Richard itu membuat kedua ujung bibirku terangkat, ada rasa senang membayangkan dikirim bunga setiap hari oleh seseorang seperti Richard. [Untuk apa? Tidak perlu repot-repot, Rich. ]Berbeda dengan hatiku yang sedang senang bukan main, aku malah menjawab seperti itu. Itu karena aku menginginkan Richard untuk segera kembali pulang.'Kenapa kamu tidak pulang saja alih-alih hanya mengirim bunga?'Batinku, gundah. Itu karena banyak hal yang perlu kubicarakan dengan Richard, terutama tentang kata-kata Isabella dan
Wajahku seketika berubah pucat saya melihat sekali lagi foto-foto itu. Pasalnya di sana, Richard suamiku, tampak benar-benar terlihat akrab dan mesra bersama si wanita seksi.Dengan penuh emosi, aku yang sangat marah, mengambil ponsel dan mengetik cepat.Kepalaku seperti mendidih karena kemarahan dan kekecewaan.[AKU TAK JADI KE TEMPATMU!!! TERSERAH, LAKUKAN APA PUN YANG KAMU MAU BAHKAN TIDUR DENGAN WANITA LAIN, AKU TIDAK PEDULI!!!]Setelah mengirim pesan seperti itu, aku berjalan cepat ke arah tempat tidur, meninggalkan mawar dan vas pecah yang berserakan di lantai, lalu membanting tubuhnya ke atas ranjang yang empuk dengan bibir cemberut."Tidak pernah tertarik dengan wanita lain apanya! Buktinya dia bahkan berpelukan mesra dengan wanita lain! Menyebalkan!!" rutukku, memukul bantal yang kupeluk. Kepalaku terasa mendidih saat mengingat kembali bagaimana foto-foto Richard yang tampak akrab memeluk wanita lain padahal baru beberapa menit lalu dia berkata bahwa semua wanita sangat menj
Sebuah erangan keluar dari mulut Luana selama panasnya moment tersebut, matanya tertutup rapat, sensasi aneh menyebar dari ujung jari kaki ke seluruh tubuhnya.Kyle yang menyadari bahwa Luana sudah terangsang, tersenyum penuh gairah dan melepas dasinya.Dia dengan jari gemetar, menarik ke.atas kaus yang membungkus tubuh indah gadis itu sehingga tampaklah keindahan milik Luana yangselalu membuat dirinya tergila-gila. "Mmmhhh, Kyle."Luana sedikit meringkuk sambil menaruh kedua tangan di dada karena malu mendapat tatapan penuh binar dari Kyle ke dua qundukan bulat didadanya tersebut, tapi Kyle dengan tenang nenyingkirkan tangan mungil itu dari sarna."ini indah, kenapa kamu malu, Luana?" tanya Kyle dengan suara lembut. "Itu ..."Kyle tidak membiarkan Luana untuk mengajukan protes, tangannya yang hangat tersebut mengelus dalam gerakkan memutar bulatan indah itu, membuat Luana memejamkan mata dengan menahan napas.Kyle jelas tahu bahwa sejak SMA, tempat tersebut adalah kelemahan Luana,
"Tuh."Kyle melayangkan tatapan penuh cemburu ke layar besar tak jauh dari mereka.Bibirnya cemberut dengan ekspresi ditekuk dan kening berkerut menandakan betapa tak senangnya dirinya saat ini."Hah?"Luana hanya bisa melongo saat tahu apa yang dimaksud Kyle dengan selingkuh tadi, memandang layar televisi yang sedang ter-pause dengan gambar aktor tampan yang mirip Kyle di sana."Lihat, kamu sampai mem-pause tepat saat wajahnya muncul. Apakah diaterlihat sangat tampan bagimu, Luana?"Kyle bertanya dengan nada tak terima, sementara Luana hanya bisa melongo tak percaya bahwa Kyle cemburu pada pria yang ada di televisi!"Aku cemburu," ujarnya dengan ekspresi merajuk."Apakah kamu tertidur sambil membayangkan wajahnya menemani dirimu tidur tadi, Lun? Karena aku yang nggak kunjung pulang?"Kyle terus mengejar Luana dengan pertanyaan, gadis yang baru terbangun dari tidurnya tersebut, duduk di sofa dengan kebingungan menghadapiKyle yang cemburu tanpa sebab."Astaga, tapi itu ... itu cuma ak
Sebelum Luana berhasil menyambut uluran tangan Kyle yang terarah padanya, dua orang muncul dari belakang.Leanna dan Rion.Secara naluriah, tentu saja Luana tidakmenyambut uluran tangan dari Kyle tersebut."Kyle, aku cari ke mana-mana ternyata di sini, ayo katanya mau ajak makan siang, " ucap Leanna dengan ekspresi manja dan menarik lengan Kyle. Sebelum dia pergi, gadis itu menoleh kepada Luana dan Venus, tatapannya terlihat terkejut.Namun, sedetik kemudian diatersenyum manis dengan badan semakin menempel pada Kyle."Ah, kita bertemu lagi, Luana. Apakah kamu dan Kyle saling kenal?"Dia bertanya dengan wajah polos, karena tak ingin membuat Luana terlihat bodoh di depan gadis itu, Rion buru-buru berdehem dan menjawab."Dia sekretaris Tuan Kyle. Yah, sama seperti saya.""Aaaah."Leanna mengangguk mengerti dan melayangkan permintaan maaf pada Luana. "Maafkan aku yang nggak tahu. Apakah kamu sudah makan siang? Kita bisa makan bersama-sama," ujarnya ceria dan dengan santai masih saja me
"Ah, ini Venus. Kalian saling kenal?"Leanna bertanya dengan senyum lebar, dia adalah seorang gadis yang ceria dan penuh semangat, seperti kebalikan Kyle yang dingin layaknya kutub Utara.Baik Venus atau pun Kyle tidak saling menjawab, hanya saja keduanya sama-sama melayangkan tatapan tajam. "Kami tadi ke sini karena dipanggil ayahmu, Kyle. Lalu aku mengajak Venus mampir ke kantormu sekalian menyapamu."Meskipun leanna bicara panjang lebar, Kyle masih tidak berbicara dan terus menatap pria yang kini sama tingginya dengan dirinya tersebut.Venus sendiri balik menatap Kyle dengan acuhtak acuh sementara Kyle terus menatap tajam padanya."Kalian seperti saling kenal."Suasana yang canggung tersebut coba dicairkan oleh Leanna dengan ucapan seperti itu, yang justru tambah membuat suram suasana. Rion yang berdiri tak jauh dari mereka juga menunggu jawaban baik dari Kyle ataupun Venus.Bagaimana pun juga... aura permusuhan mereka terasa begitu nyata. "Apakah kamu tidak ingin bertanya tenta
Kyle melihat jam tangannya dan tiba-tiba wajah pria itu berubah sumringah."Sudah waktunya makan siang, aku akan mengajak Luana makan di tempat yang enak hari ini, kamu sudah memesankan tempatnya, 'kan, Rion?""Tentu saja, Tuan. Silakan menikmati makanan Anda."Jawaban Rion tersebut membuat Kyle tersenyum senang dan beranjak dari duduknya.Namun, belum juga berjalan ke luar ruangan, l tiba-tiba pintunya terbuka."Kyle Ivander."Seorang gadis dengan rambutberwarna pirang stroberi dan dress cerah seperti warna rambutnya, memanggil nama Kyle dengan wajah ceria.Hanya satu orang di dunia ini yang.memanggil Kyle dengan nama tersebut.Leanna."Apa kabarmu, sekarang sombong, ya, Sudah nggak pernah main ke rumahku lagi."Gadis itu, dengan gayanya yang anggun sekaligus ceria berjalan santai mendatangi Kyle yang masih berdiri diam di balik meja kerjanya sembari menatap lurus pada Leanna.Sementara itu, Rion terperanjat kaget karena gadis yang dikirim oleh ayah Kyle tersebut ternyata datang leb
Sementara Kyle pusing memikirkan bagaimana bisa begitu banyak pria tampan di hotel tempat Luana bekerja, gadis itu sedang sibuk dengan hal lain.Sejak pagi dia terus memelototi layar komputer di depannya untuk mencari tahu lebih dalam bagaimana kondisi tempat kerja barunya yang katanya meski merupakan hotel bintang empat, tapi menggunakan standar bintang lima ala Zeus Group.Hotel itu didesain dengan konsep.menyatu dengan alam sehingga suasana asri begitu terasa dari hanya melihat gambarnya di layar komputer.Semua kamar hotel dilengkapi dengan balkon sehingga setiap pengunjung bisa melihat pemandangan kota dan sekitarnya dengan leluasa.Hotel yang kini sepi tersebut juga menawarkan fasilitas yang memadai seperti sarana olahraga, restaurant, bar area rekreasi serta memiliki lobbyberukuran seratus meter persegi.Bangunan yang didominasi warna gading dan gold tersebut terletak di dekat pusat perbelanjaan tersebut memiliki lebih dari lima puluhan kamar dengan empat kamar jenis suite.Se
Setelah diam beberapa saat, dengan suara berat Kyle menjawab. "Sebenarnya itu juga hal yang terus mengganggu pikiranku beberapa hari ini, Rion. Masalah tentang jika suatu hari Luana ingin mengandung buah cinta kami berdua." "Astaga, lalu apakah Anda sudah menemukan jalan keluar, Tuan?" Dengan sangat berat hati, Kyle menggeleng. "Enggak. Ehm, untuk saat ini belum. Aku sama sekali nggak menemukan jalan keluar atas masalah itu." Kyle berkata seraya mengusap wajahnya dengan gerakan kasar menandakan betapa putus asanya dirinya. Pria itu sama sekali tidak masalah jika tak bisa memiliki keturunan untuk menjaga Luana dari kematian, tapi bagaimana dengan Luana? Gadis itu mungkin saja memiliki pemikiran berbeda. Itulah yang dikhawatirkan oleh Kyle. "Jadi ... apakah Anda akan menyerah untuk menikah dengannya? Karena jika menikah maka masalah itu pasti ..." "Aku tetap nggak akan menyerah untuk menjadikan dirinya istriku. Tapi tentang masalah mengandung bayiku setelah kami menikah ters
"Ah, Tuan."Tiba-tiba Rion teringat kembali tentang percakapannya dengan ayah Kyle tadi pagi tentang cinta Kyle kepada Luana sehingga ingin bertanya sedikit kepada bos-nya tersebut."Menurut Anda, apakah jika kalian sudah menikah besok, Anda akan membiarkan Luana meninggal demi melahirkan buah hati Anda?"Pertanyaan ringan dari Rion tersebut serta merta membuat Kyle menutup dengan keras map yang sedang dibacanya dan menghadiahi Rion tatapan tajam."Apa maksudmu?"Kyle bertanya dengan suara dingin yang membuat Rion seketika gelagapan karena tak menyangka kalau Kyle akan bereaksi seperti itu.Dia buru-buru menggeser kursi di depan meja Kyle dan duduk dengan ekspresi pucat."Tolong jangan tersinggung atas ucapan saya, Tuan. Saya hanya tiba-tiba teringat akan ibu Anda melihat kemesraan Anda dan Luana tadi. Saya berpikir ... mungkin ayah dan ibu Anda dulu juga semesra ini hubungannya, sebelum akhirnya ibu Anda meninggal dunia," ralat Rion buru-buru.Rion menyembunyikan maksud sebenarnya da
Rion ingin berkata bahwa cinta Kyle kepada Luana tidaklah sedangkal itu, dia bahkan rela menghancurkan dunia demi bisa bersama dengan Luana. Rion yakin jika usaha ayah Kyle ini akan sia-sia saja bahkan jika yang datang itu Leanna yang merupakan teman masa kecil Kyle. Namun, Rion tidak bisa menjamin jika Luana lagi-lagi tahu bahwa Kyle kembali dijodohkan saat dia dalam posisi yang 'katanya' diuji sebagai menantu baik, apakah gadis itu akan bertahan?Dia bisa merasakan bagaimana putus adanya Luana jika tahu hal ini, karena itu Rion bertekad untuk menyembunyikan kabar berita ini sampai Luana selesai melakukan misinya.Rion mengepalkan tangan dan benar-benar bertekad untuk menutup sumber berita apa pun tentang hal ini dari Luana, sehingga dia bisa bekerja dengan tenang."Aku tahu mungkin kamu memandang aku sebagai orangtua egois, tapi aku benar-benar tidak ingin Kyle di masa depan akan menjadi pria menyedihkan seperti aku, karena itu aku melakukan semua ini."Rion berusaha membujuk ayah