"Dasar kamu."Kembali Luana menutup muka dengan bantal karena benar-benar tak bisa mengendalikan raut wajah atas semua pujiannya tersebut."Emm, Lun, sini, gue peluk," Pinta Kyle seraya mengulurkan tangan dan memeluk gadis itu. "Ngelunjak, ya."Luana mengatakan itu, tapi tak keberatan dipeluk olehnya."Bukan, bukan ngelunjak. Gue liat llo dari tadi meluk diri lo sendiri, lo sebenarnya masih ketakutan, 'kan?"Kyle bertanya dengan suara lembut.Haaa, bagaimana sih dia selalu dan selalu saja sepeka ini? Kalau aku luluh dan jatuh cinta padanya bagaimana?Luana mendesah dalam hati. Hubungan cinta dengan Kyle pasti akan sulit mengingat dia siapa.Luana benar-benar takut patah hati lagi."Nggak usah takut lagi, semua udah berlalu dan semuanya udah gue beresin. Nggak bakalan ada yang ganggu lo lagi. Gue juga bakal meluk lo sampe lo bisa tidur tenang."Kyle berbicara dengan suara menenangkan sambil mengelus punggung Luana, sehingga dengan terbata gadis itu pun mengucapkan terima kasih."M-ma
Luana menghela napas dan memandang dirinya dengan putus asa lalu berkata."Yaudah gini aja, urusan kamu besok itu, ada hubungannya dengan masalahku tadi nggak?""Emm, ada," jawab Kyle sambil menganggukkan kepala dan mencium punggung tangan Luana yang kini digenggam olehnya.Sebenarnya hati Luana terus berdesir atas semua sentuhan Kyle, entah bagaimana ssentuhannya seperti sedang menggoda sehingga Luana merasa sedikit susah fokus."Tentang...?"Luana yang sedikit geli karena bibir Kyle yang kini mencium pergelangan tangan gadis itu, bertanya."Ya tadi, yang terjadi tadi. Gue bakal urus sampe tuntas dan cabut sampe akar. Gue nggak bakalan bisa tenang sebelum urusannya selesai," jawab Kyle, sambil menatap ke arah Luana dengan ekspresi serius."Ah, tapi kenapa.... ""Kenapa? Bukannya alasannya udah jelas? Mereka udah nyakitin lo jadi gue nggak bisa tinggal diem gitu aja," potong Kyle sambil mengendikkan bahu, seakan pertanyaan luana itu sudah jelas dan tak butuh jawaban."Maksudku, kenapa
"Kyle... "Luana menghela napas dengan perasaan bersalah karena lagi-lagi melukai hati Kyle dan segera duduk di pinggir ranjang untuk melihat semua bukti yang sudah dirangkum oleh pria itu. Saat tahu semaunya, bahwaVenus benar-benar sangat terlibat dalam kasus human trafficking bersama Julia, yang hampir menghilangkan keperawanan Luana, serta rekaman telepon bagaimana Julia berbicara dengan Venus bahwa Venus ternyata mengincar Luana sejak lama untuk dijual, tubuh gadis itu seketika lemas selemas-lemasnya."Jadi sebenarnya selama ini aku... tertipu mentah-mentah?"Luana menggumamkan kata itu dengan ekspresi hancur, terlebih saat ingat, bahwa ia telah menyakiti Kyle, orang yang sangat tulus menolongku dengan prasangka yang begitu kejam, membuat Luana merasa sangat bersalah sampai tak tahu harus berbuat apa."Ky, dia... dia pasti kecewa banget sama aku. Apakah setelah ini, dia nggak bakal mau ketemu aku?"Memikirkan Kyle yang pergi meninggalkan dirinys, hati Luana terasa hampa dan koso
Luana mengingat wajah Kyle dengan ekspresi menyesal. Sangat yakin bahwa ia kena karma karena dulu telah sering mengabaikan chat dari Kyle, sehingga sekarang mengalaminya sendiri."Huft, mungkin dia sedang sibuk. Ayo kita tunggu sampai besok," ucap Luana, menyemangati diri sendiri dan yakin bahwa besok Kyle pasti akan menjawab chat darinya. Sialnya, bahkan sampai besok, chat Luana tetap tak dibalas oleh Kyle! "Kyle... kenapa sejahat ini sama aku, sihhh???"Di hari ketiga Kyle tak memedulikan semua chat dari Luana, Kyle berteriak frustasi.Bayangkan! Setiap hari Luana mengirim banyak chat pada Kyle, entah itu bertanya keadaan atau mengirim permintaan maaf, tapi apa? Semua chat Luana itu hanya dibaca olehnya!"Kenapa dia jadi dingin banget sama aku? Apa aku udah nggak ada kesempatan lagi buat dimaafin?" gumam Luana, putus asa.Rasanya sangat menyesakkan. Ini bahkan lebih sakit daripada patah hati."Please, kapan sih kamu mau ngebales chat aku??"Luana akhirnya hanya bisa mencak mencak
"Kyle."Luana memanggil pria itu dengan suara pelan. Ia mencoba bicara untuk memberi tahu bahwa dirinya merasa bersalah dan ingin memperbaiki hubungan mereka lebih awal pada remaja lelaki yang sedang memeluknya ini, tapi kata-katanya seakan tertahan di tenggorokan.Lidah Luana kelu. Rasa bersalah menghimpit dadanya dengan kuat."Lo terus ... aja bersikap kayak gini, lo tuh kayak nahan gue tau nggak, Lun. Lo nggak suka gue, tapi lo ngelarang gue pergi. Apa ini, Luana?"Pertanyaan pelan Kyle semakin menohok hati Luana. "Kalo gitu... aku, aku minta maaf, Kyle. Maaf kalo semua chat aku bikin kamu semakin tersiksa," ucap Luana, pelan.Akhirnya, hanya itu yang bisa ia ucapkan pada Kyle. Permintaan maaf.Luana tak tahu jika Kyle sangat menderita selama ini, luana mengirim banyak chat padanya karena ingin berbaikan, ia benar-benar tak tahu jika itu sangat mengganggu Kyle. "Lo tau nggak, lo tuh terus bikin gue berharap. Bikin gue yang awalnya mau nyerah, jadi terus pengin berusaha lagi dan
"Kyle... "Luana memanggil Kyle dengan putus asa. "Kata lo nggak usah dibahas lagi," tandas Kyle sedikit ketus."Baiklah, baiklah. Sekarang, kamu benar-benar mau tidur sini? Aku bakal temenin kamu. Atau... kamu mau masuk ke rumahku dan tidur di sana?" tawar Luana, mencoba mengambil hati Kyle. "Makasih. Nggak usah terlalu perhatian ama gue," sahutnya. Kali ini, lebih Ketus."Apa ada yang masih sakit, kamu terlihat lemas, Kyle."Luana tetap keras kepala mengajak Kyle bicara karena merasa sangat bersalah telah melukai hatinya."Nggak usah khawatirin gue."Kyle kembali menjawab dengan suara ketus."Ya udah kalo gitu. Apa di mobil ini ada selimut? Apa kamu perlu selimut? Bajumu tadi penuh darah, apa aku perlu masuk ke rumahku buat ngambilin kamu sesuatu? Aku punya hoodie milik kamu di rumah, kalo kamu mau ....""Nggak usah," potong Kyle. Menggeleng sambil masih tetap membenamkan wajahnya di kemudi dengan berbantalkan kedua lengan."Ky, maunya apa kalo gitu? Bilang sama aku," pinta Luana
Saat Luana masih tercengang dengan apa yang tengah terjadi, gadis itu mendengar suara pelan Kyle. "M-maaf."Dia mengatakan itu sambil mengusap wajahnya dengan kasar, sehingga Luana yang tadi hampir tantrum karena ditinggal saat enak-enaknya, ganti menjadi bingung."Maaf... kenapa?"Bibir Luana tentu saja dengan reflek menanyakan itu, sedangkan Kyle malah membuang muka ke jendela dan menarik napas panjang."Maaf udah nyium tanpa izin," jawabnya dengan suara lirih yang terdengar manis di telinga sang gadis, sehingga membuat Luana merasa sedikit terhibur kadang sepertinya dia tidak sedang balas dendam dengan meninggalkan dirinya di tengah-tengah ciuman mereka "Ehm, nggak papa," jawab Luana, pura-pura malu padahal senang luar biasa karena Kyle sepertinya masih, yah, memiliki perasaan padanya. Namun, suasana di antara mereka masih sangat canggung sehingga tak ada satupun yang berbicara."Ehm, Kyle. Kamu ... beneran nanti tidur di sini?"Luana akhirnya bertanya, mencoba mencairkan suasan
"Aduh, bagaimana ini.... "Dengan sangat perlahan, Luana pun mengangkat tangan dari pinggang Kyle yang hangat dan memundurkan punggung untuk memisahkan jarak antara mereka berdua.Huft.Luana akhirnya menghela napas lega. Untunglah, Kyle masih memejamkan mata, mungkin sedang tertidur pulas.Luana baru saja berpikir begitu, tapi saat ketika akhirnya ia bisa lepas dari memeluk Kyle dan membelakanginya hendak bangun dari tempat tidur, tangan Kyle meraih pinggang gadis itu. "Selamat pagi, Luana."Kyle menyapa dengan manis. Wajah Luana tentu saja seketika berwarna merah seperti kepiting rebus saat menyadari satu hal.Kyle ternyata sudah bangun sejak tadi!Ya ampun, malunya. Bagaimana jika Kyle tahu, bahwa saat ini Luana sudah memiliki perasaan padanya? Mau ditaruh di mana mukanya?!"P-pagi, Kyle."Luana akhirnya menjwab sapaan Kyle tanpa berani menoleh untuk melihat wajah remaja lelaki di belakangnya tersebut."Mau ke mana?"Kyle bertanya dengan suara manja, yang membuat jantung Luana l
Setelah diam beberapa saat, dengan suara berat Kyle menjawab. "Sebenarnya itu juga hal yang terus mengganggu pikiranku beberapa hari ini, Rion. Masalah tentang jika suatu hari Luana ingin mengandung buah cinta kami berdua." "Astaga, lalu apakah Anda sudah menemukan jalan keluar, Tuan?" Dengan sangat berat hati, Kyle menggeleng. "Enggak. Ehm, untuk saat ini belum. Aku sama sekali nggak menemukan jalan keluar atas masalah itu." Kyle berkata seraya mengusap wajahnya dengan gerakan kasar menandakan betapa putus asanya dirinya. Pria itu sama sekali tidak masalah jika tak bisa memiliki keturunan untuk menjaga Luana dari kematian, tapi bagaimana dengan Luana? Gadis itu mungkin saja memiliki pemikiran berbeda. Itulah yang dikhawatirkan oleh Kyle. "Jadi ... apakah Anda akan menyerah untuk menikah dengannya? Karena jika menikah maka masalah itu pasti ..." "Aku tetap nggak akan menyerah untuk menjadikan dirinya istriku. Tapi tentang masalah mengandung bayiku setelah kami menikah ters
"Ah, Tuan."Tiba-tiba Rion teringat kembali tentang percakapannya dengan ayah Kyle tadi pagi tentang cinta Kyle kepada Luana sehingga ingin bertanya sedikit kepada bos-nya tersebut."Menurut Anda, apakah jika kalian sudah menikah besok, Anda akan membiarkan Luana meninggal demi melahirkan buah hati Anda?"Pertanyaan ringan dari Rion tersebut serta merta membuat Kyle menutup dengan keras map yang sedang dibacanya dan menghadiahi Rion tatapan tajam."Apa maksudmu?"Kyle bertanya dengan suara dingin yang membuat Rion seketika gelagapan karena tak menyangka kalau Kyle akan bereaksi seperti itu.Dia buru-buru menggeser kursi di depan meja Kyle dan duduk dengan ekspresi pucat."Tolong jangan tersinggung atas ucapan saya, Tuan. Saya hanya tiba-tiba teringat akan ibu Anda melihat kemesraan Anda dan Luana tadi. Saya berpikir ... mungkin ayah dan ibu Anda dulu juga semesra ini hubungannya, sebelum akhirnya ibu Anda meninggal dunia," ralat Rion buru-buru.Rion menyembunyikan maksud sebenarnya da
Rion ingin berkata bahwa cinta Kyle kepada Luana tidaklah sedangkal itu, dia bahkan rela menghancurkan dunia demi bisa bersama dengan Luana. Rion yakin jika usaha ayah Kyle ini akan sia-sia saja bahkan jika yang datang itu Leanna yang merupakan teman masa kecil Kyle. Namun, Rion tidak bisa menjamin jika Luana lagi-lagi tahu bahwa Kyle kembali dijodohkan saat dia dalam posisi yang 'katanya' diuji sebagai menantu baik, apakah gadis itu akan bertahan?Dia bisa merasakan bagaimana putus adanya Luana jika tahu hal ini, karena itu Rion bertekad untuk menyembunyikan kabar berita ini sampai Luana selesai melakukan misinya.Rion mengepalkan tangan dan benar-benar bertekad untuk menutup sumber berita apa pun tentang hal ini dari Luana, sehingga dia bisa bekerja dengan tenang."Aku tahu mungkin kamu memandang aku sebagai orangtua egois, tapi aku benar-benar tidak ingin Kyle di masa depan akan menjadi pria menyedihkan seperti aku, karena itu aku melakukan semua ini."Rion berusaha membujuk ayah
Pagi hari di kantor. "Selamat pagi, Tuan." Luana segera berdiri dari tempat duduknya dan menyapa Kyle yang baru saja dari luar bersama dengan Rion di belakangnya. Kyle berhenti berjalan menuju ruangannya dan menoleh kepada Luana yang sedang berdiri di balik meja kerja. Pria itu berjalan mendekat dan melayangkan kecupan lembut di pipi sang gadis yang membuat Rion terperanjat kaget, sedang Kyle sendiri tersenyum penuh kasih kepada gadis mungil itu. "Maaf morning kiss-nya telat," ucapnya lembut, yang dibalas Luana dengan gelengan. "Tidak apa, saya tahu Anda sibuk." Kyle menaruh tangannya di pipi Luana dan membelai penuh kasih sayang dengan sorot mata penuh minta maaf. "Sudah makan?" "Sudah." Semenjak Luana menginap di tempat tinggal Kyle selama seminggu, Kyle memang membuat peraturan bahwa harus ada morning kiss sebelum keduanya sama-sama berangkat bekerja. Namun, karena hari ini dia sudah harus berangkat bekerja sejak pukul enam pagi maka morning kiss tersebut pun telat d
Luana menyingkirkan tangan Kyle dari pundaknya dan menarik napas panjang sambil memejamkan mata. Ini seperti disuruh memilih antara mati di tangan para hantu demi menikah dengan orang yang dicintai atau hidup dengan melepaskan satu-satunya pria yang sangat dicintainya tersebut. "Mau bagaimana lagi, Lun? Aku jugannggak punya kuasa untuk menolaknperintah ayah. Aku ingin membuktikan pada ayah kalau wanita pilihanku ini benar-benar bisa diharapkan. Kamu bisa membantu aku,'kan, Lun?" "Terima kasih atas kepercayaanmu padaku yang begitu besar ini, Kyle. Meski aku .. aku merasa nggak yakin kalau bisa mengatasi semua ini," tukas Luana dengan lemas lunglai. "Kamu pasti bisa, Lun. Kamu selalu bisa menghadapi kesulitan apa pun, jadi kali ini pun aku yakin kamu pasti bisa menyingkirkan rumor tersebut." Melihat keyakinan di mata Kyle, tiba-tiba Luana teringat akan sesuatu. "Aaah, sebentar. Kenapa nggak kamu buktikan sendiri apakah tempat itunberhantu atau enggak? Bukankah kamu berteman dengan
"K-kamu serius? Berhantu?" Luana bahkan tidak tahu sekarang harus berekspresi bagaimana, dia sudah sangat terkejut ketika diberi tahu bahwa akan dipindah kerja karena ayah Kyle yang tak ingin melihat calon menantunya dirumorkan sebagai wanita penggoda. Lalu sekarang, tempat kerja barunya adalah.. hotel berhantu? Ingin sekali rasanya Luana berteriak melontarkan pertanyaan kepada pemilik utama Zeus grup tersebut seperti ini: "Are you kidding me?" Luana bertanya, hanya bisa tertawa sumbang sambil menyugar rambutnya. Sepertinya, sepertinya ini hanya alasan Tuan Besar itu untuk mengusir Luana jauh-jauh dari sisi Kyle, putranya, bukan karena ingin memberi tantangan padanya untuk membuktikan kualitas yang dia miliki. Dia memandang pria yang terasa semakin sulit digapai tersebut dengan sorot putus asa dan bahu lunglai. "Apakah kamu serius saat mengatakan hal itu, Kyle? Serius, apakah hotel itu benar-benar dirumorkan berhantu?" Kyle mengangguk pelan seakan itu bukanlah sebuah masalah
"Kamu ingat nggak, Lun, waktu dulu aku pernah bilang kalau dijodohkan oleh ayah dan para petinggi perusahaan?" "Ah, aku ingat, dan aku baru tahu hari ini kalo gadis itu adalah Jasmine. Hm, kalo pilihan ayahmu adalah gadis seperti Jasmine, dia pasti nggak akan mudah menerima diriku, ya, 'kan Seperti orang tua Rexy." Gadis itu tiba-tiba menunduk, entah kenapa dadanya tiba-tiba terasa sangat sakit hanya karena membayangkan bahwa ayah Kyle ternyata sama dengan ayah Rexy, mantan pacarnya. Melihat Luana yang tiba-tiba bersedih, buru-buru Kyle menjelaskan. "Nggak, bukan gitu, Luana. Ayahku nggak kayak orang tua si berengsek ituyang melihat orang lewat strata sosial. Dia nggak peduli latar belakangmu kayak apa, Luana. Percayalah padaku. Tapi dia sangat peduli dengan image perusahaan dan image-ku." Jawaban dari Kyle sama sekali tidak membuat Luana lega. "lya, lalu? Apakah itu artinya kita ... kita nggak bakal bisa menikah, Kyle?" tanya Luana pesimis. Kyle segera meraih pipi gadis itu da
Kyle tersenyum lebar sambil berbaring miring dengan satu tangan sebagai bantal sedang tangan yang lain membelai pipi Luana. "Terima kasih banyak, ya, Lun." Senyum pria itu begitu cerah dengan.mata berbinar-binar, wajahnya segar seperti orang yang baru saja mendapatkan jackpot. Luana balas menggenggam tangan Kyle yang berada di pipinya dan mengangguk sambil tersenyum manis. "Sama-sama." Memang seperti tidak masuk di akal,.tapi apa yang dikatakan oleh Kyle benar. Luana adalah obat yang amat sangat manjur untuk dirinya secara harfiah. Setelah Kyle seperti biasa meminta Luana untuk 'membantunya' dengan segala sentuhan dan keindahan tubuh sang gadis agar cairan kental milik Kyle bisa keluar, perlahan-lahan luka di tubuh Kyle pun membaik. Bahkan bibirnya yang tadi sedikit lebam kebiruan kini terlihat baik-baik saja. Hanya tersisa sedikit warna merah di ujung bibir pria tersebut. Luana mengulurkan tangan dan mengelus rambut Kyle dengan penuh kasih sayang. "Aku senang lihat kamu sem
"Jadi bagaimana? Apakah aku salah?" tanya Luana dengan gelisah. Kyle mengusap lembut pipi gadis itu untuk menghilangkan kekhawatiran di matanya sebelum kemudian menarik napas panjang. "Kamu nggak salah. Yang salah itu Jasmine," jawab Kyle. "Astaga, Jasmine benar-benar keterlaluan! Bisa-bisanya Jasmine mengarang hal seperti itu, dia benar-benar harus dienyahkan," geram Kyle dengan kesal. "Apa yang dia katakan benar-benar nggak masuk akal, bayi monster yang memakan daging manusia? Kenapa nggak sekalian memakan beruang atau serigala?" Pria itu menyugar rambutnya dan tertawa hambar dan berakhir dengan senyum pahit saat lagi-lagi tahu bahwa Jasmine yang tadi siang dia beri ampunan ternyata telah menyebar berita buruk seperti ini tentangnya. Gadis itu benar-benar sampah! Kyle harus mencari kesempatan untuk melenyapkan dirinya diam-diam, agar tidak terus mengganggu kehidupannya seperti sekarang. "J-jadi semua yang dikatakan Jasmine utu salah?" Ragu-ragu Luana memberanikan diri unt