“Pelankan suaramu saat kau berada di dalam wilayah kekuasaanku!” Sebuah suara bass yang tinggi dan seperti sedang meredam amarah terdengar setelah Cristian menghardik Vallen.Vallen dan Cristian serempak menoleh dan melihat kedatangan seorang penguasa nomor satu di dalam mantion ini. Wajahnya merah padam, rahangnya mengeras. Bahkan, urat lehernya terlihat jelas dari kejauhan. Kedua tangannya mengepal dengan sangat erat. Vallen tidak pernah melihat ia dalam keadaan semarah itu sebelumnya, entah itu pada dirinya ataupun pada orang lain.“Maaf, aku tidak bermaksud untuk bersikap lancang. Tadi, aku datang dan tidak ada siapapun di luar. Jadi, aku pikir kau mungkin sedang menikmati harimu di taman. Jadi, aku berinisiatif untuk berkeliling sambil melihat barangkali aku bisa menemukan adik dan keponakanku tercinta.” Cristian berkata secara spontan ketika melihat Morgan berdiri di depan mereka berdua.“Aku tidak butuh penjelasanmu tentang hal itu, Cris!” ucap Morgan dengan sarkas.“Aku tidak
“Pergilah dari sini! Siapa yang mengundangmu datang dan berkeliaran di wilayahku?” tanya Morgan dengan suara bernada tinggi pada Cristian.“Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku ke sini untuk melakukan negosiasi ulang denganmu tentang hal terakhir kali kita bahas.” Cristian membela dirinya.“Aku tidak berminat untuk membahas masalah itu sekarang,” jawab Morgan sinis.“Tapi, aku sudah mendapatkan jawaban dari ayahku. Dan dia setuju dengan persayaratan yang kau minta itu!” tegas Cristian mencoba meyakinkan Morgan.“Apa kau tuli? Aku tidak suka mengulang ucapanku dua kali!”Suara Morgan yang mendominan tidak dapat lagi dibantah oleh Cristian. Ia mengerti bahwa pria ini sedang dalam keadaan yang tidak baik saat ini. Raut kemarahan terlihat jelas di wajahnya dan Cristian tidak ingin mengambil resiko dengan tetap bertahan membujuknya.Cristian berpikir bahwa untuk saat ini sebaiknya ia pergi saja dulu dan akan datang lagi nanti. Morgan akan bersikap baik setelah beberapa saat dan tidak mungk
“Aku hanya ingin mengunjungi adikku saja. Tidak terasa, sebentar lagi dia akan menjadi seorang istri.” Cristian berkata dengan suara selembut mungkin.“Aku juga tidak mengira kalau sebentar lagi akan menjadi seorang istri dan setelah itu akan menjadi seorang ibu pula,” balas Vallen pada Cristian dan tersenyum bahagia.“Apa maksudmu?” tanya Cristian heran.Vallen hanya tersenyum simpul dan kemudian memeluk Cristian dengan erat. Siapa sangka pelukan itu diartikan lain oleh Cristian yang memang sangat mencintai Vallen. Namun, Vallen tidak mengerti sama sekali dengan apa yang dirasakan oleh Cristian.Cristian yang merasa jantungnya berdebar kencang saat itu, tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia ketika Vallen memeluknya seperti itu.“Bukan apa-apa. Kakak mau apa ke sini?” tanya Vallen pada Cristian ketika Vallen kembali teringat akan kedatangan Cristian ke kamarnya.“Oh, ya. Aku sampai lupa mengatakan maksud kedatanganku ke sini. Aku sebenarnya ingin mengajakmu keluar malam ini,” ajak Cr
Singkatnya, malam itu akhirnya Vallen pergi bersama Cristian ke sebuah club malam yang biasa didatangi oleh kalangan atas dan sosialita. Cristian seperti sudah mempersiapkan segalanya dengan sangat cermat. Di dalam club itu hanya ada beberapa pasang manusia dan kebanyakan dari mereka adalah teman-teman yang sangat dikenal oleh Vallen.“Kak, apakah mereka semua datang untuk menghadiri pesta lajangku?” tanya Vallen dengan ekspresi bahagia.“Tentu saja! Aku sudah meminta mereka datang hanya demi dirimu!” jawab Cristian dan mengusap kepala Vallen layaknya seorang kakak yang menyayangi adik kecilnya.“Terima kasih, Kak. Sepertinya malam ini aku akan berpesta dengan happy!” seru Vallen dan tertawa sambil menari di lantai dansa mengikuti music DJ yang memekakkan telinga.“Nikmati malam indahmu ini, Sayang!” balas Cristian dan duduk di sebuah kursi memperhatikan Vallen yang berbaur dengan beberapa orang wanita.Mereka adalah teman-teman Vallen yang memang diundang oleh Cristian untuk memeriah
Malam itu tidak tahu apa yang terjadi pada Vallen, tiba-tiba saja keesokan paginya dia sudah terbangun di atas ranjang di kamar tidurnya. Vallen tidak mengingat apapun yang terjadi semalam. Ketika bangun, kepalanya merasa sedikit pusing.“Apa yang terjadi semalam?” gumamnya dan langsung mencoba untuk bangkit dari kasur. Namun, tiba-tiba tubuhnya kembali terhempas ke kasur.“Ah!” pekiknya dan masih memegangi kepalanya dengan sebelah tangan.“Kau sudah bangun?” tanya Diana yang tiba-tiba saja sudah menerobos masuk ke dalam kamar Vallen.“Mami! Di mana Chris?” tanya Vallen pada ibu tirinya itu.“Tentu saja dia ke kantor pagi ini. Ini, minum lah teh jahe untuk mengurangi pusingmu. Kau mabuk berat semalaman, dan Chris membawamu pulang dengan paksa. Jangan salahkan dia,” ungkap Diana menjelaskan keadaan itu pada Vallen.Tentu saja Diana sedang berbohong pada Vallen dan itu semua adalah hasil rencananya dengan Christian. Tidak ada yang tahu persis apa yang terjadi dengan Vallen di bar itu se
Malam pertunangan yang sangat dinantikan oleh Vallen dan Morgan pun akan segera datang. Hanya menunggu hitungan jam saja. Tidak sampai dalam tiga jam ke depan, mereka akan bertunangan. Lalu seminggu kemudian pesta pernikahan akan digelar pula dengan sangat mewah dan meriah pastinya.Tuan Zang meski tidak menyukai Morgan, ia masih harus membuat Vallen punya muka di hadapan semua orang. Vallen sebagai putri tunggalnya dari istri pertama dan yang paling berhak menjadi ahli waris, mana mungkin tidak menggelar resepsi pernikahan dengan mewah.“Di mana Chris?” tanya Vallen pada Diana ketika ia tidak melihat Christian di mana pun sejak siang.“Dia masih ada pekerjaan, Sayang. Sabar lah sebentar lagi, dia pasti tidak akan melewatkan pesta pertunangan adik kesayangannya ini,” jawab Diana dengan sebuah senyum palsu.“Benarkah? Bagaimana kalau dia lupa? Aku sama sekali tidak bisa menghubungi ponselnya.”“Dia tidak akan lupa. Mami sudah mengingatkanya tadi pagi sebelum berangkat ke kantor.”“Kala
“Sayang … apa kau sudah bersiap?” tanya Morgan pada sambungan telepon dengan Vallen.“Tentu. Aku sedang bersiap-siap sekarang. Apa yang sedang kau lakukan?” Vallen bertanya balik pada Morgan.“Aku sedang memikirkanmu!” jawab Morgan singkat, padat, dan jelas.“Itu wajib! Kalau kau tidak memikirkanku, maka aku akan membunuhmu!” ancam Vallen yang sudah pasti bukan lah sebuah ancaman yang bisa dianggap serius.“Aku rela mati, Sayang. Asalkan mati dalam cintamu!” ucap Morgan lagi.Vallen sungguh tidak bisa melawan dan membalas lagi ucapan Morgan itu. Pria itu selalu saja bisa membuat hatinya berbunga-bunga dan berdebar tak menentu. Morgan tahu bagaimana caranya membuat Vallen menjadi bahagia dan merasa sangat dicintai dengan setulus serta sepenuh jiwa dan raga.“Terima kasih, Sayang. Tapi, aku tidak akan pernah membiarkanmu mati terlebih dahulu,” ungkap Vallen dengan suara yang sendu.“Why? Ketika aku pergi terlebih dahulu, kau harus tetap hidup dan bahagia menjaga serta merawat anak-anak
“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Morgan dengan sarkas pada Vallen malam ini.“Apa pedulimu?” Vallen tidak menjawab pertanyaan Morgan. Namun, justru berbalik tanya dengan nada menantang.“Jangan kurang ajar padaku! Aku bisa melakukan apapun padamu! Aku berhak tahu apa saja yang kau lakukan selama kau masih berada di dalam cengkaramanku!” balas Morgan pada Vallen tentu saja dengan nada tidak senang.Ia baru saja datang ke kamar Vallen dengan maksud baik ingin mengunjungi wanita itu. Namun, tidak disangka jawaban Vallen justru membuat emosinya memuncak dan amarahnya timbul.“Kau hanya berbasa basi dan membuang buang energi saja dengan bertanya padaku!” ucap Vallen lagi dengan tegas dan masih terus melanjutkan aktifitas merawat wajahnya dengan serangkaian produk mahal yang memang disediakan oleh Morgan untuknya.Entah mengapa, meski Morgan membenci Vallen setengah mati dan ingin rasanya menghabisi nyawa wanita itu, ia masih tetap peduli dengan semua benda dan kebiasaan yang disukai Va
“Ayo, Crish! Mami sudah siap berkemas, lebih baik pergi sekarang juga. Sebelum ayahmu pulang dan membuat semua rencana kita berantakan,” ajak Diana kepada Cristian.“Sabar, Mom. Aku sedang mengerjakan sesuatu,” sahut Cristian dan masih asik dengan ponselnya.“Ayolah! Nanti saja kau urus ponselmu dan game itu! Kau selalu saja tidak pernah bisa diandalkan! Saat seperti ini pun kami masih sibuk bermain game,” ketus Diana dan tidak lupa sedikit kata umpatan pada anak laki-lakinya itu.Cristian sebenarnya hanya sedang mengulur waktu karena ia tidak ingin Diana benar-benar pergi saat ini. Cristian juga masih punya hati dan tidak tega jika harus mengorbankan nyawa ibunya demi menyelamatkan nyawa Lara. Jadi, sejak tadi dia berusaha untuk menyusun rencana agar bisa menyelamatkan Lara dan juga Diana dalam waktu bersamaan.Namun, ternyata semua itu terlalu sulit untuk bisa dia lakukan. Pada akhirnya alarm peringatan dari Morgan pun datang. Ia tidak bisa lagi mengelak saat ini untuk membawa Diana
Di kediamannya, Diana merasa takut karena ia sudah mendengar tentang dirinya yang sedang dalam pencarian Morgan. Sebenarnya, ia tidak perlu terlalu takut saat ini andai itu hanya Morgan saja. Diana memang sudah memutuskan untuk membunuh Vallen dan ia ternyata salah sasaran. Ia menduga gadis yang dibawa oleh Leo di dalam mobilnya itu adalah Vallen.Mereka melukai gadis itu dan kemudian Diana baru menyadari bahwa ternyata itu adalah Cleo – putri semata wayang Vallen dan Morgan. Namun, lagi-lagi tembakannya salah sasaran karena Leo dengan beraninya memberikan tubuhnya sebagai perisai dalam melindungi Cleo dari tembakannya yang brutal itu tadi.“Bukannya aku sudah bilang pada Mami untuk tidak lagi pernah menganggunya! Tapi kenapa Mami masih tetap tidak mau mendengarkan aku?” tanya Cristian dengan sangat geram pada Diana yang bersembunyi di dalam kamarnya.“Diam lah kau, Anak durhaka! Kau bahkan tidak bisa aku andalkan dalam semua hal ini. Padahal, aku melakukan semua ini tentu adalah demi
“Jangan bercanda, Sweety! Kau tidak bisa membohongiku dalam hal seperti ini! Leo tidak mungkin bisa terluka apalagi sampai harus dioperasi seperti itu. Dia tidak akan berani mati sebelum aku menyuruhnya untuk mati.” Morgan berkata dengan nada tidak percaya atas apa yang baru saja diucapkan oleh putrinya itu.“Kau harus memeriksanya ke sana sekarang juga!” titah Vallen yang merasa bahwa semua itu pasti lah benar adanya.“Aku akan menelponnya dulu untuk memastikan.” Morgan berkata lagi sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya dan kemdudian menekan tombol panggil di samping nama Leo.Tuuutt … tuuutt ….Tidak ada jawaban dari sana meski sudah beberapa kali Morgan mencoba untuk menghubungi Leo. Memang tidak seperti biasanya, karena Leo tidak pernah membuat Morgan menunggu meski hanya di panggilan kedua kali.Leo adalah kaki tangan kepercayaannya dan tidak pernah membuatnya kecewa selama ini. Mana mungkin Morgan membiarkan Leo pergi begitu saja tanpa pamit. Morgan mendecak kesal dan kemudian
Cleo sudah sampai dengan selamat di rumah sakit berkat perjuangan Leo dan juga pengorbanannya. Ia tidak akan pernah bisa sampai di tempat ini dan bertemu orang tuanya jika saja Leo tidak pasang badan dalam melindunginya dari tembakan orang tidak dikenal saat dalam perjalanan tadi.Saat sampai di rumah sakit, Morgan segera memeluk putrinya itu dengan rasa bahagia dan haru. Meski tetap saja awalnya ia mendapatkan penolakan dari Cleo dan itu tidak mengapa bagi Morgan. Ia mengerti karena Cleo masih dalam keadaan marah padanya perihal kondisi Vallen saat ini.“Tuan … maafkan aku kalau tidak bisa menjaganya dengan maksimal. Nona kecil terluka di lengannya karena pecahan kaca mobil,” ucap Leo saat menghantarkan Cleo ke dalam ruangan perawatan Vallen.“Kau! Kenapa bisa putriku terluka?” tanya Morgan dengan marah dan melayangkan satu pukulan keras pada perut Leo.“Daddy! Stop! Paman Leo sedang terluka!” teriak Cleo dengan sangat keras dan membuat rencana hantaman Morgan terhenti.“Itu sudah me
“Sayang … kapan kau akan bangun? Sudah empat jam kau belum juga membuka mata. Apa kau memang tidak ingin lagi bertemu denganku? Bagaimana dengan kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Apa kau sama sekali tidak ingin menunggunya datang? Dia pasti akan sangat sedih jika kau tidak menyambut kedatangannya nanti,” ungkap Morgan dengan untaian pertanyaan yang ia lemparkan kepada Vallen.Tubuh wanita itu masih tergelatak di atas ranjang rumah sakit dan belum ada tanda-tanda dia merespon setiap yang dikatakan oleh Morgan. Sejak Morgan menemaninya di dalam ruangan ini, tidak sebentar pun Morgan berhenti mengajak berbicara.Ia masih terus berharap bahwa Vallen bisa membuka matanya sebelum Cleo datang. Ia tahu bahwa Cleo akan mencecarnya dengan makian nanti karena sudah membuat Vallen seperti sekarang ini. Cleo sudah terlalu lama memendam rasa rindunya kepada Vallen. Namun, sekarang ketika mereka akan bertemu kejadian tak terduga ini terjadi.“Selamat siang, Tuan Muda. Kami ingin memeriksa k
Tiga jam sudah berlalu sejak Vallen berada di ruang perawatan dengan semua jenis alat medis yang menempel pada tubuhnya. Morgan merasa sangat teriris ketika melihat hal itu dan dia bahkan terus menangis menyalahkan dirinya.Sesekali ia akan mengelus perut buncit Vallen dan kemudian mengecupnya dengan sangat lembut. Vallen sudah melewati masa-masa kriti, tapi masih dalam masa observasi karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk ia bisa kembali sadar dari pingsannya.“Sayang … buka matamu sekarang. Apa kau tidak ingin melihat kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Aku rasa, sudah waktunya kau untuk tahu hal itu dan maafkan aku jika selama ini harus membuatmu menderita. Semua itu demi kebaikan dirimu dan juga putri kita – Cleo!” ungkap Morgan dengan suara yang sangat lembut seperti berbisik kepada Vallen yang masih memejamkan matanya.Morgan mengeluarkan ponselnya dan kemudian menghubungi Leo yang tadi ia perintahkan untuk menjemput seseorang dan sampai saat ini belum juga sampai
Di dalam kamarnya, Vallen masih terisak ketika ia tidak bisa membayangkan hal menyakitkan itu terjadi dalam hidupnya. Lagi … ia disakiti oleh pria yang dicintainya. Dan kali ini benar-benar sudah tidak bisa untuk ia maafkan. Vallen tidak akan pernah memberikan kesempatan pada seseorang yang sudah berkhianat darinya. Ia tidak ingin terlihat rendah dengan memberikan maaf lalu menerimanya, seolah tidak ada yang pernah terjadi dalam hubungan mereka sebelumnya.Ia menghapus sisa-sisa air matanya yang kini menyisahkan sesenggukan dan juga isakan tidak bersuara. Ia mencoba kuat dan tegar dengan semua yang sudah terjadi. Vallen merasa bahwa semua ini memang sudah tidak bisa lagi untuk diperbaiki.“Baik. Aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani menyakitiku. Aku tidak akan pernah tinggal diam dengan semua ini,” gumam Vallen dengan penuh tekad.Sementara itu, dia mengambil ponselnya dan melihat tidak ada hal yang perlu ia khawatirkan lagi sekarang. Vallen berpikir keras seolah sedang meng
“Sayang … ada apa denganmu? Apa yang terjadi sampai kau berkata dan bersikap kasar padaku?” tanya Morgan heran kepada Vallen.Namun, wanita mengandung itu memilih berjalan meninggalkan Morgan yang menatapnya dengan heran dan juga bingung. Ia tidak mengerti sama sekali di mana letak kesalahannya pada Vallen kali ini. Ia mengekor di belakang Vallen karena merasa masih butuh penjelasan dari sang pujaan hatinya.Sementara itu, para koki dan pelayan kembali melanjutkan pekerjaannya di bawah arahan dan pantauan dari bibi Jane. Bibi Jane memang hanya bertugas sebagai pengawas para pekerja di rumah itu semenjak ia sudah tidak lagi kuat untuk beraktifitas seperti biasa. Morgan menaikkan jabatannya karena memang sejak dulu pun Morgan tidak memberikan pekerjaan yang rumit untuk bibi Jane.“Sayang … tunggu aku! Apa ini semua?” tanya Morgan yang terus mengikut Vallen.“Apa semua ini? Apa maksudmu dengan pertanyaan itu? Aku sungguh tidak mengerti!” jawba Vallen dengan kembali bertanya.“Maksudku …
“Nona Muda … apa yang sedang kau lakukan?” tanya seorang pelayan di dapur kepada Vallen.“Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya sedang ingin memasak sop iga sapi dengan tanganku sendiri,” jawab Vallen dan tetap melanjutkan pekerjaannya.“Biarkan koki saja yang memasaknya, Nona. Nanti tuan muda bisa marah besar kalau dia tahu Anda berada di dapur lagi,” ucap pelayan itu dengan sangat takut.“Kenapa dia harus marah? Aku tidak memasak untuk dirinya, dan aku memang sedang ingin memasak sendiri. Justru kalau dia melarangku, maka aku lah yang akan marah besar!” ungkap Vallen kepada pelayan itu dengan nada tinggi dan emosi.Pelayan yang mendengar ucapan Vallen itu tentu saja langsung merasa tidak berdaya. Para koki yang sejak tadi berdiri di dapur pun hanya bisa diam dan menyaksikan tangan majikannya bergerak cepat mempersiapkan segalanya. Vallen tidak terlihat seperti istri seorang yang berkuasa sama sekali. Dia sangat lihai mengerjakan pekerjaan memasaknya dan sejak tadi para koki hanya m