“Maaf, Tuan Muda. Sepertinya, keadaan janin di dalam kandungan nona muda sangat lemah. Dan bisa lebih membahayakan keadaan nona muda. Jika ia dipertahankan, maka keselamatan non muda akan menjadi taruhannya. Tapi, jika ingin melepaskan janin ini, sekarang adalah usia yang tepat dan sakitnya tidak akan seberapa karena janin masih berupa gumpalan darah yang baru akan berproses menjadi gumpalan daging. Semua keputusan aku serahkan padamu, Tuan Muda!” terang dokter Richard panjang lebar kepada Morgan.“Jika ingin menggugurkan janin ini, kita perlu membawa nona muda ke rumah sakit untuk perawatan dan tindakan lebih lanjut,” sambunng dokter Richard lagi.Tentu saja hal itu membuat Morgan menjadi sangat dilemma. Di satu sisi, ia berharap bahwa bayi dalam kandungan Vallen bisa selamat dan menggantikan Cleo nanntinya. Namun, ia juga tahu bahwa Vallen tidak menginginkan bayi itu.“Selamatkan saja ibunya!” ucap Morgan dengan tegas penuh keyakinan.“Baik, Tuan Muda. Kami akan segera melakukan obs
Cukup lama Morgan menatap punggung Vallen yang terbaring di ranjang pasien. Ia tidak meninggalkan Vallen walau sedetik pun. Ia ingin selalu menjaga Vallen dan berada di sisi wanitanya itu dalam keadaan apapun. Tidak ingin ada hal buruk lagi yang menimpa kekasihnya itu.Morgan sudah bertekad bahwa ia akan berusaha menebus semua kesalahannya di masa lampau. Meskipun nanti Vallen tetap tidak akan pernah bisa memberikan maafnya, akan tetapi Morgan tidak akan pernah menyerah. Ia percaya bahwa kegigihan dan keteguhan hati akan menampakkan hasilnya juga suatu saat. Cepat atau lambat.“Permisi, Tuan Muda.” Dokter Richard baru saja datang dan menghampiri Morgan.“Ya, katakan!” titahnya mendominan.“Operasi akan dilakukan dua jam lagi dan nona muda harus memulai puasanya. Mohon untuk tidak memberikan makanan dan minuman apapun kepada nona muda selama masa-masa ini,” terang dokter Richard kepada Morgan.“Jadi, maksudmu dia tidak boleh minum setetes air pun?” tanya Morgan dengan nada tinggi.Dokt
Leo dan dokter Richard tidak dapat menahan tawa ketika melihat Morgan diperlakukan seperti itu oleh Vallen. Mereka tidak pernah berpikir bahwa Vallen akan seberani itu kepada Morgan. Sekarang, entah apa lagi yang akan terjadi setelah Vallen menempelkan tangannya di pipi Morgan sampai membuat stemple jari berwarna merah di sana.“A-apa yang kau lakukan, Vall?” tanya Morgan seraya memegangi pipinya. Meski tidak terasa perih baginya, tetap saja tanda merah itu tampak sangat jelas.“Kau ayah yang bodoh! Kau ayah bajingan! Berani sekali kau mengatakan anakmu sebagai parasite? Apa kau tidak memakai akalmu ketika mengatakannya? Mengapa kau memarahi semua orang karena hal sepele? Dasar brengsek kau! Bajingan! Enyah dari hadapanku!” cecar Vallen pada Morgan dengan penuh emosi yang membara.Ia sudah tidak tahan lagi untuk menahan kemarahannya kepada lelaki itu. Rasanya ingin sekali ia mengumpat Morgan dengan kalimat yang lebih kasar dan ganas. Tapi, ia ingat saat ini ia sedang mengandung dan ia
Setelah Morgan benar-benar keluar dari kamar inap itu, Vallen membuang napas kasar dan itu dapat didengar oleh Leo dan juga dokter Richard. Sementara para perawat sudah lama keluar dari ruangan itu bahkan sebelum Morgan keluar tadi. Leo sudah menyadari bahwa keadaan tidak kondusif dan meminta mereka untuk keluar terlebih dahulu.Saat ini hanya ada keheningan yang tercipta di dalam ruangan dingin dan bau khas rumah sakit. Bau obat-obatan dan alkohol sangat jelas menyentuh indera penciuman. Dokter Richard tidak berani bersuara setelah melihat dan mendengar dengan jelas bagaimana Vallen memperlakukan Morgan tadi dan pria itu sama sekali tidak memberikan reaksi seperti biasa atau perlawanan karena sudah diperlakukan seperti itu apalagi oleh seorang wanita lemah seperti Vallen.“Nona Muda … apa Anda baik-baik saja?” tanya Leo menghampiri ranjang Vallen dan dengan kedua tangan yang ditautkan ke depan.“Aku … aku akan baik-baik saja.” Vallen menjawab seolah ia akan berusaha untuk baik-baik s
Dengan perasaan heran, Leo memberanikan diri menegakkan kepalanya. Ia ingin memastikan bahwa yang tadi tertawa itu adalah memang benar Vallen. Wanita yang beberapa saat lalu sedang berduka dan meraung karena kehilangan putri tercintanya – Cleo.Jelas, di atas ranjang pasien itu Vallen tampak sedang terbahak bahak. Sementara Leo masih tetap tidak mengerti apa yang sedang ditertawakan oleh Vallen. Ia pun tidak punya cukup keberanian untuk bertanya. Leo berpikir mungkin saja bahwa pikiran Vallen sedang terganggu karena stress kehilangan Cleo dan sekarang mendapati dirinya sedang mengandung anak dari pria yang sangat ia benci dan sangat ingin ia hindari.“Leo! Kau mulai sekarang akan menjadi pengawal pribadiku!” ucap Vallen penuh dengan nada memerintah.“Ma-maksud Anda, Nona Muda?” tanya Leo tergugu saking terkejutnya mendengar ucapan Vallen itu.“Apa kau tuli? Kau sudah mulai pikun sekarang?” bentak Vallen jelas merasa kesal.“Aku mendengarnya dengan jelas, Nona. Tapi, mana mungkin aku m
Seminggu sudah sejak perawatan insentif yang dijalani Vallen di rumah sakit ternama dan berkelas itu. Hari ini ia sudah diperbolehkan pulang karena memang keadaanya sudah memungkin untuk menjalani perawatan di rumah dan tentu saja masih terus dipantau oleh dokter ahli. Tadinya, Morgan malah ingin membawa salah satu perawat rumah sakit ini untuk membantu merawat Vallen di rumah. Namun, jelas sekali Vallen menolak keras dan bahkan memarahi Morgan dengan pikiran konyolnya itu.Seperti biasa, Morgan tidak dapat berkata apa-apa dan tidak menjawab satu kata pun yang dikatakan oleh Vallen kepadanya. Ia terlihat seperti kerbau yang dicocok hidungnya dan selalu mengikuti atau menuruti apa saja yang Vallen katakan serta perintahkan.Semua itu tentu bukan karena Morgan takut kepada Vallen dan bukan karena Morgan lemah terhadap wanita. Hanya saja, Morgan merasa semua yang dilakukan Vallen saat ini kepadanya adalah hukuman yang pantas dan sudah seharusnya ia terima. Selama ini Vallen sudah hidup l
Vallen merasa tersentuh dengan perlakuan Morgan yang lembut dan sama sekali tidak bereaksi apapun ketika ia memarahi lelaki itu. Hal itu membuat Vallen semakin memberikan nilai lebih untuk Morgan. Vallen sempat berpikir bahwa Morgan akan marah dan meradang ketika ia menghardik lelaki itu.“Kau tidak marah padaku?” tanya Vallen heran.“Tidak. Untuk apa aku marah?” jawab Morgan dan balik bertanya.“Harusnya kau marah dan mengamuk padaku!” ucap Vallen lagi kepada Morgan.“Untuk apa aku melakukannya? Aku tidak ingin melukai perasaanmu dan calon anak kita dengan suara hardikanku yang pasti akan membuat kalian terkejut dan ketakutan nantinya,” ungkap Morgan yang memang benar dan seperti itulah yang sekarang hal yang ditakutkannya.Jujur saja, Vallen masih sedikit sulit untuk percaya bahwa lelaki yang ada di depannya saat ini adalah Morgan yang selalu memberikannya penderitaan selama beberapa bulan belakangan. Tepatnya setelah ia memutuskan untuk kembali dan tertangkap oleh Morgan hingga ber
Jujur saja Vallen merasa sangat bahagia mendengar apa yang diucapkan oleh Morgan kepadanya tadi. Namun, di satu sisi tetap saja Vallen tidak ingin terlalu lunak kepada Morgan karena bagaimanapun juga ia tetap ingin memberikan pria itu pelajaran dan pembalasan tipis-tipis.“Apa kau senang dengan semua itu? Apakah semua itu cukup membuatmu puas?” tanya Morgan kepada Vallen dengan tatapan serius.“Cukup menghibur!” sahut Vallen singkat dan langsung membuang muka.“A-apa maksudmu dengan kata cukup menghibur? A-ku …,” ucap Morgan terputus ketika ia kembali teringat bahwa mood Vallen memang tidak stabil saat ini.“Sabar, Morgan. Sabar! Kau harus bisa menahan dirimu dari amarah. Dan ingat! Vallen sedang mengandung calon ahli warismu sekarang ini. Kau harus lebih banyak mengalah,” gumam Morgan berusaha meredakan emosinya karena mendengar jawaban Vallen yang ia sendiri merasa itu adalah jawaban yang cukup membuat kesal dirinya.Meski hanya sebuah gumaman saja, akan tetapi Vallen masih dapat me
“Ayo, Crish! Mami sudah siap berkemas, lebih baik pergi sekarang juga. Sebelum ayahmu pulang dan membuat semua rencana kita berantakan,” ajak Diana kepada Cristian.“Sabar, Mom. Aku sedang mengerjakan sesuatu,” sahut Cristian dan masih asik dengan ponselnya.“Ayolah! Nanti saja kau urus ponselmu dan game itu! Kau selalu saja tidak pernah bisa diandalkan! Saat seperti ini pun kami masih sibuk bermain game,” ketus Diana dan tidak lupa sedikit kata umpatan pada anak laki-lakinya itu.Cristian sebenarnya hanya sedang mengulur waktu karena ia tidak ingin Diana benar-benar pergi saat ini. Cristian juga masih punya hati dan tidak tega jika harus mengorbankan nyawa ibunya demi menyelamatkan nyawa Lara. Jadi, sejak tadi dia berusaha untuk menyusun rencana agar bisa menyelamatkan Lara dan juga Diana dalam waktu bersamaan.Namun, ternyata semua itu terlalu sulit untuk bisa dia lakukan. Pada akhirnya alarm peringatan dari Morgan pun datang. Ia tidak bisa lagi mengelak saat ini untuk membawa Diana
Di kediamannya, Diana merasa takut karena ia sudah mendengar tentang dirinya yang sedang dalam pencarian Morgan. Sebenarnya, ia tidak perlu terlalu takut saat ini andai itu hanya Morgan saja. Diana memang sudah memutuskan untuk membunuh Vallen dan ia ternyata salah sasaran. Ia menduga gadis yang dibawa oleh Leo di dalam mobilnya itu adalah Vallen.Mereka melukai gadis itu dan kemudian Diana baru menyadari bahwa ternyata itu adalah Cleo – putri semata wayang Vallen dan Morgan. Namun, lagi-lagi tembakannya salah sasaran karena Leo dengan beraninya memberikan tubuhnya sebagai perisai dalam melindungi Cleo dari tembakannya yang brutal itu tadi.“Bukannya aku sudah bilang pada Mami untuk tidak lagi pernah menganggunya! Tapi kenapa Mami masih tetap tidak mau mendengarkan aku?” tanya Cristian dengan sangat geram pada Diana yang bersembunyi di dalam kamarnya.“Diam lah kau, Anak durhaka! Kau bahkan tidak bisa aku andalkan dalam semua hal ini. Padahal, aku melakukan semua ini tentu adalah demi
“Jangan bercanda, Sweety! Kau tidak bisa membohongiku dalam hal seperti ini! Leo tidak mungkin bisa terluka apalagi sampai harus dioperasi seperti itu. Dia tidak akan berani mati sebelum aku menyuruhnya untuk mati.” Morgan berkata dengan nada tidak percaya atas apa yang baru saja diucapkan oleh putrinya itu.“Kau harus memeriksanya ke sana sekarang juga!” titah Vallen yang merasa bahwa semua itu pasti lah benar adanya.“Aku akan menelponnya dulu untuk memastikan.” Morgan berkata lagi sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya dan kemdudian menekan tombol panggil di samping nama Leo.Tuuutt … tuuutt ….Tidak ada jawaban dari sana meski sudah beberapa kali Morgan mencoba untuk menghubungi Leo. Memang tidak seperti biasanya, karena Leo tidak pernah membuat Morgan menunggu meski hanya di panggilan kedua kali.Leo adalah kaki tangan kepercayaannya dan tidak pernah membuatnya kecewa selama ini. Mana mungkin Morgan membiarkan Leo pergi begitu saja tanpa pamit. Morgan mendecak kesal dan kemudian
Cleo sudah sampai dengan selamat di rumah sakit berkat perjuangan Leo dan juga pengorbanannya. Ia tidak akan pernah bisa sampai di tempat ini dan bertemu orang tuanya jika saja Leo tidak pasang badan dalam melindunginya dari tembakan orang tidak dikenal saat dalam perjalanan tadi.Saat sampai di rumah sakit, Morgan segera memeluk putrinya itu dengan rasa bahagia dan haru. Meski tetap saja awalnya ia mendapatkan penolakan dari Cleo dan itu tidak mengapa bagi Morgan. Ia mengerti karena Cleo masih dalam keadaan marah padanya perihal kondisi Vallen saat ini.“Tuan … maafkan aku kalau tidak bisa menjaganya dengan maksimal. Nona kecil terluka di lengannya karena pecahan kaca mobil,” ucap Leo saat menghantarkan Cleo ke dalam ruangan perawatan Vallen.“Kau! Kenapa bisa putriku terluka?” tanya Morgan dengan marah dan melayangkan satu pukulan keras pada perut Leo.“Daddy! Stop! Paman Leo sedang terluka!” teriak Cleo dengan sangat keras dan membuat rencana hantaman Morgan terhenti.“Itu sudah me
“Sayang … kapan kau akan bangun? Sudah empat jam kau belum juga membuka mata. Apa kau memang tidak ingin lagi bertemu denganku? Bagaimana dengan kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Apa kau sama sekali tidak ingin menunggunya datang? Dia pasti akan sangat sedih jika kau tidak menyambut kedatangannya nanti,” ungkap Morgan dengan untaian pertanyaan yang ia lemparkan kepada Vallen.Tubuh wanita itu masih tergelatak di atas ranjang rumah sakit dan belum ada tanda-tanda dia merespon setiap yang dikatakan oleh Morgan. Sejak Morgan menemaninya di dalam ruangan ini, tidak sebentar pun Morgan berhenti mengajak berbicara.Ia masih terus berharap bahwa Vallen bisa membuka matanya sebelum Cleo datang. Ia tahu bahwa Cleo akan mencecarnya dengan makian nanti karena sudah membuat Vallen seperti sekarang ini. Cleo sudah terlalu lama memendam rasa rindunya kepada Vallen. Namun, sekarang ketika mereka akan bertemu kejadian tak terduga ini terjadi.“Selamat siang, Tuan Muda. Kami ingin memeriksa k
Tiga jam sudah berlalu sejak Vallen berada di ruang perawatan dengan semua jenis alat medis yang menempel pada tubuhnya. Morgan merasa sangat teriris ketika melihat hal itu dan dia bahkan terus menangis menyalahkan dirinya.Sesekali ia akan mengelus perut buncit Vallen dan kemudian mengecupnya dengan sangat lembut. Vallen sudah melewati masa-masa kriti, tapi masih dalam masa observasi karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk ia bisa kembali sadar dari pingsannya.“Sayang … buka matamu sekarang. Apa kau tidak ingin melihat kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Aku rasa, sudah waktunya kau untuk tahu hal itu dan maafkan aku jika selama ini harus membuatmu menderita. Semua itu demi kebaikan dirimu dan juga putri kita – Cleo!” ungkap Morgan dengan suara yang sangat lembut seperti berbisik kepada Vallen yang masih memejamkan matanya.Morgan mengeluarkan ponselnya dan kemudian menghubungi Leo yang tadi ia perintahkan untuk menjemput seseorang dan sampai saat ini belum juga sampai
Di dalam kamarnya, Vallen masih terisak ketika ia tidak bisa membayangkan hal menyakitkan itu terjadi dalam hidupnya. Lagi … ia disakiti oleh pria yang dicintainya. Dan kali ini benar-benar sudah tidak bisa untuk ia maafkan. Vallen tidak akan pernah memberikan kesempatan pada seseorang yang sudah berkhianat darinya. Ia tidak ingin terlihat rendah dengan memberikan maaf lalu menerimanya, seolah tidak ada yang pernah terjadi dalam hubungan mereka sebelumnya.Ia menghapus sisa-sisa air matanya yang kini menyisahkan sesenggukan dan juga isakan tidak bersuara. Ia mencoba kuat dan tegar dengan semua yang sudah terjadi. Vallen merasa bahwa semua ini memang sudah tidak bisa lagi untuk diperbaiki.“Baik. Aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani menyakitiku. Aku tidak akan pernah tinggal diam dengan semua ini,” gumam Vallen dengan penuh tekad.Sementara itu, dia mengambil ponselnya dan melihat tidak ada hal yang perlu ia khawatirkan lagi sekarang. Vallen berpikir keras seolah sedang meng
“Sayang … ada apa denganmu? Apa yang terjadi sampai kau berkata dan bersikap kasar padaku?” tanya Morgan heran kepada Vallen.Namun, wanita mengandung itu memilih berjalan meninggalkan Morgan yang menatapnya dengan heran dan juga bingung. Ia tidak mengerti sama sekali di mana letak kesalahannya pada Vallen kali ini. Ia mengekor di belakang Vallen karena merasa masih butuh penjelasan dari sang pujaan hatinya.Sementara itu, para koki dan pelayan kembali melanjutkan pekerjaannya di bawah arahan dan pantauan dari bibi Jane. Bibi Jane memang hanya bertugas sebagai pengawas para pekerja di rumah itu semenjak ia sudah tidak lagi kuat untuk beraktifitas seperti biasa. Morgan menaikkan jabatannya karena memang sejak dulu pun Morgan tidak memberikan pekerjaan yang rumit untuk bibi Jane.“Sayang … tunggu aku! Apa ini semua?” tanya Morgan yang terus mengikut Vallen.“Apa semua ini? Apa maksudmu dengan pertanyaan itu? Aku sungguh tidak mengerti!” jawba Vallen dengan kembali bertanya.“Maksudku …
“Nona Muda … apa yang sedang kau lakukan?” tanya seorang pelayan di dapur kepada Vallen.“Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya sedang ingin memasak sop iga sapi dengan tanganku sendiri,” jawab Vallen dan tetap melanjutkan pekerjaannya.“Biarkan koki saja yang memasaknya, Nona. Nanti tuan muda bisa marah besar kalau dia tahu Anda berada di dapur lagi,” ucap pelayan itu dengan sangat takut.“Kenapa dia harus marah? Aku tidak memasak untuk dirinya, dan aku memang sedang ingin memasak sendiri. Justru kalau dia melarangku, maka aku lah yang akan marah besar!” ungkap Vallen kepada pelayan itu dengan nada tinggi dan emosi.Pelayan yang mendengar ucapan Vallen itu tentu saja langsung merasa tidak berdaya. Para koki yang sejak tadi berdiri di dapur pun hanya bisa diam dan menyaksikan tangan majikannya bergerak cepat mempersiapkan segalanya. Vallen tidak terlihat seperti istri seorang yang berkuasa sama sekali. Dia sangat lihai mengerjakan pekerjaan memasaknya dan sejak tadi para koki hanya m