“Jangan gila kau!” ucap Vallen dengan ketus mendengar apa yang dikatakan oleh Morgan tadi.“Kau baru tahu kalau aku gila? Mau liat kegilaanku yang lain, hem?” tanya Morgan dengan senyum sumbang dan kini sudah menarik Vallen untuk duduk di atas pahanya.Vallen berusaha memberontak dan itu tentu saja hanya akan menjadi usaha yang sia-sia. Tidak ada yang bisa Vallen lakukan kecuali diam dan menanti hal apa yang akan dilakukan oleh Morgan padanya sekarang. Ia merasa menyesal sudah mengatakan dan bertanya tentang kaca besar itu pada lelaki kejam dan mesum ini.“Kenapa kau diam? Memberontak lah seperti biasa. Aku sangat suka melakukannya dengan perlawanan penuh,” ujar Morgan lagi dan mulai meraba-raba punggung Vallen yang terekspos dengan jari-jarinya.Pakaian tidur yang Vallen kenakan, ternyata memiliki potongan yang sangat menggoda di bagian punggung. Vallen tentu tidak menyadari hal itu tadinya. Morgan meraba-raba bagian belakang tubuh Vallen dengan gerakan yang sangat menggoda gairah.“
Menyadari bahwa Morgan menatapnya dengan penuh tanda tanya, Vallen menjadi mati gaya. Ia bahkan tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Jadi, ia hanya mematung di atas pangkuan Morgan. Memasang mode bisu yang tak tahu entah sampai kapan akan ia pasang.“Kau ingat kalau ahli waris keluarga Zang sebenarnya adalah dirimu? Bukannya kau mengalami hilang ingatan?” tanya Morgan penuh selidik.“A-aku … aku hanya menebak saja. Saat aku datang ke rumah mereka, kebetulan mereka sedang membahas persoalan itu.” Vallen menemukan jawaban yang menurutnya sangat pas.“Benar begitu?” tanya Morgan seperti ingin meyakinkan.“Te-tentu saja benar! Kau boleh bertanya pada keluarga mereka saat ini juga. Aku bahkan tidak mengerti mengapa mereka menolak diriku dan Cleo di tengah keluarga yang terlihat sangat harmonis itu.”Bahkan, sebelumnya saja Vallen tidak pernah membahas masalah itu di depan Morgan. Itu membuat Morgan berpikir bahwa semua yang dikatakan Cristian memang benar. Vallen memang lupa ingatan. I
“Di mana tuan mudamu itu?” tanya Cristian dengan angkuh dan jujur saja ia sudah mulai lelah serta bosan menunggu Morgan. “Mungkin sebentar lagi akan turun. Dia sedang mengerjakan sesuatu yang penting tadi, ketika aku datang memberitahukan kabar tentang kedatanganmu.” Leo menjawab panjang kali lebar. “Hal penting apa yang ia kerjakan di dalam mantion ini?” tanya Cristian dan mengernyitkan dahi. “Tentu saja tidak akan jauh-jauh dan ada hubungannya dengan nona muda.” “Nona Muda? Siapa yang kau maksud dengan nona muda?” Cristian merasa heran dengan jawaban Leo. Pasalnya, semua orang tahu bahwa Morgan adalah pria single. Biasanya, nona muda dipakai untuk istri si tuan muda atau anak gadis tuan rumah yang masih gadis. Sementara, Morgan sendiri adalah sebatang kara. Ia tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Itu sebabnya, Cristian merasa sangat heran dan tak masuk di akal ketika Leo mengatakan Morgan sedang melakukan hal penting dengan nona muda. Siapa nona muda yang Leo maksud?
“Apakah benar yang dikatakan oleh Cleo?” tanya Cristian dengan suara yang mendominan di ruangan itu.“Kau bertanya untuk hal apa? Jangan seperti orang bodoh yang sedang bertanya!” ejek Morgan pada Cristian tanpa berniat untuk menjawab pertanyaannya.“Apa benar kau sudah memisahkan mereka berdua selama ini?” tanya Cristian lagi dengan menggertakkan giginya menahan emosi.“Jangan meninggikan suaramu di sini! Ini adalah wilayahku, kau bisa pulang tanpa kepala jika aku mau!” ucap Morgan dengan bengis dan tidak peduli bahwa di sana masih ada Cleo yang mendengarkan ucapannya.“Biadab! Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika sesuatu terjadi pada Vallen!” ucap Cristian penuh kesungguhan.“Kau ke sini ingin memohon kerja sama denganku, atau ingin berdiskusi dengan jalang simpananku yang tidak berharga itu?” tanya Morgan dengan kalimat yang sangat merendahkan Vallen di depan Cristian dan Cleo.“Kau? Kau menyebut mamiku dengan apa tadi? Jalang tidak berharaga? Jika memang dia tidak berharga bagim
“Dalam sekali bahasamu, Bocah!” sindir Morgan dengan nada mengejek.“Terserah padamu ingin menanggapinya seperti apa. Yang jelas, aku sudah memberikanmu peringatan!” balas Cleo lagi masih dengan sikap arrogant-nya.“Leo!” teriak Morgan dengan wajah gusar.“Ya, Tuan Muda.”Leo menyahut sembari sedikit berlari menghampiri Morgan yang memanggilnya dengan berteriak itu. Ia tidak mengerti apa lagi yang akan dikatakan atau diinginkan Morgan saat ini.Semenjak ada Vallen dan Cleo di mantion ini, Leo mendapati Morgan sering bertingkah aneh. Melakukan hal konyol dan tak jarang melakukan sesuatu yang membuatny bingung sendiri. Namun, tentu saja Leo tidak berani bertanya pada Morgan tentang hal itu. Ia masih ingin terus bekerja dan terlebih lagi ia masih sangat ingin untuk hidup.“Bawa bocah ini kembali ke kamarnya!” titah Morgan sambil menunjuk Cleo dengan tangan kidalnya.“Baik, Tuan Muda. Sesuai perintahmu,” jawab Leo patuh dan mendekat pada Cleo.“Mari, Nona Kecil. Sepertinya kita harus kemb
“Apa yang kau katakan?” tanya Cristian yang merasa penasaran mendengar ucapan Morgan itu.“Buka napa-apa. Aku rasa, sudah habis waktunya membicarakan masalah pribadi. Bukankah kau datang ke sini untuk urusan bisnis? Jadi, ayo kita bahas masalah bisnis,” jawab Morgan yang enggan memberikan penjelasan pada Cristian tentang hal itu.“Oke, baiklah. Mari kita bicarakan masalah bisnis,” balas Cristian menyetujui ucapan Morgan.Baginya, saat ini lebih baik menuruti saja apa yang Morgan katakan. Cristian tidak ingin membuat pria kejam itu terlalu marah dan membuat Vallen dalam kesulitan lagi. Setidaknya, untuk saat ini ia tidak ingin mengambil resiko tinggi.Jadi, dengan sedikit terpaksa akhirnya Cristian tidak membahas lagi masalah Vallen dan Cleo. Morgan memang benar dengan mengatakan bahw tujuannya datang ke tempat ini awalnya hanya lah untuk membicarakan masalah bisnis.Namun, karena memang Vallen dan Cleo berada di mantion ini makanya tadi di awal pertemuan ia langsung meminta bertemu de
Cristian duduk di kursi kebangsaannya dan masih memikirkan kata-kata Morgan tadi. Bagaimana pria itu bisa berkata dengan seenaknya seperti itu? Cristian tidak habis pikir mengapa Morgan dengan mudahnya meminta bagian yang lebih besar dari pada bagian untuk perusahaannya.Itu sungguh tidak masuk di akal dan Cristian pribadi tidak akan pernah setuju andai tuan Zang pun menyetujui hal itu. Bagi Cristian, tentu saja keputusan itu akan sangat merugikan perusahaan mereka di kemudian hari. Memberikan keuntungan besar pada Morgan hanya akan memperkaya pria itu saja.Sementara, nasib perusahaan mereka tidak bisa dipastikan akan menjadi seperti apa ke depannya nanti. Hal itu yang menjadi pertimbangan besar bagi Cristian.Ia bahkan berniat membatalkan saja rencana itu dan akan mencari investor atau rekan bisnis lain selain Morgan. Tentu yang lain tidak akan membuat permintaan konyol seperti yang dikatakan Morgan padanya tadi.Belum lagi, masalah Morgan yang menitipkan pesan untuk tuan Zang untuk
“Mami …,” teriak Cleo saat melihat Vallen dari kejauhan.“Sayangku!” seru Vallen dengan mata berkaca-kaca dan merentangkan tangannya.Ia siap menangkap buah hatinya yang tengah berlari dengan gembira ke arahnya saat ini. Vallen bahkan sedikit membungkuk agar bisa memeluk Cleo dengan posisi sempurna. Hari ini, mereka diberikan izin untuk bertemu oleh Morgan.Entah angin apa yang sudah menerpa dirinya, sehingga tiba-tiba saja Morgan berubah menjadi sedikit pendiam dan baik hati. Namun, semua itu tidak membuat kebencian Vallen padanya sirna. Sekalipun sekarang pria itu memperbolehkan dirinya bertemu dengan Cleo, perasaan benci itu tetap saja ada dan tak akan mudah hilang dari dalam hati dan pikirannya.Kedua ibu dan anak itu saling berpelukan melepaskan kerinduan. Di taman belakang, tempat di mana Cleo biasa bermain dengan kelinci lucu dan ditemani oleh Leo.“Apakah Mami baik-baik saja? Apakah Monster itu melukaimu?” tanya Cleo yang langsung menginterogasi Vallen ketika pelukan mereka su
“Ayo, Crish! Mami sudah siap berkemas, lebih baik pergi sekarang juga. Sebelum ayahmu pulang dan membuat semua rencana kita berantakan,” ajak Diana kepada Cristian.“Sabar, Mom. Aku sedang mengerjakan sesuatu,” sahut Cristian dan masih asik dengan ponselnya.“Ayolah! Nanti saja kau urus ponselmu dan game itu! Kau selalu saja tidak pernah bisa diandalkan! Saat seperti ini pun kami masih sibuk bermain game,” ketus Diana dan tidak lupa sedikit kata umpatan pada anak laki-lakinya itu.Cristian sebenarnya hanya sedang mengulur waktu karena ia tidak ingin Diana benar-benar pergi saat ini. Cristian juga masih punya hati dan tidak tega jika harus mengorbankan nyawa ibunya demi menyelamatkan nyawa Lara. Jadi, sejak tadi dia berusaha untuk menyusun rencana agar bisa menyelamatkan Lara dan juga Diana dalam waktu bersamaan.Namun, ternyata semua itu terlalu sulit untuk bisa dia lakukan. Pada akhirnya alarm peringatan dari Morgan pun datang. Ia tidak bisa lagi mengelak saat ini untuk membawa Diana
Di kediamannya, Diana merasa takut karena ia sudah mendengar tentang dirinya yang sedang dalam pencarian Morgan. Sebenarnya, ia tidak perlu terlalu takut saat ini andai itu hanya Morgan saja. Diana memang sudah memutuskan untuk membunuh Vallen dan ia ternyata salah sasaran. Ia menduga gadis yang dibawa oleh Leo di dalam mobilnya itu adalah Vallen.Mereka melukai gadis itu dan kemudian Diana baru menyadari bahwa ternyata itu adalah Cleo – putri semata wayang Vallen dan Morgan. Namun, lagi-lagi tembakannya salah sasaran karena Leo dengan beraninya memberikan tubuhnya sebagai perisai dalam melindungi Cleo dari tembakannya yang brutal itu tadi.“Bukannya aku sudah bilang pada Mami untuk tidak lagi pernah menganggunya! Tapi kenapa Mami masih tetap tidak mau mendengarkan aku?” tanya Cristian dengan sangat geram pada Diana yang bersembunyi di dalam kamarnya.“Diam lah kau, Anak durhaka! Kau bahkan tidak bisa aku andalkan dalam semua hal ini. Padahal, aku melakukan semua ini tentu adalah demi
“Jangan bercanda, Sweety! Kau tidak bisa membohongiku dalam hal seperti ini! Leo tidak mungkin bisa terluka apalagi sampai harus dioperasi seperti itu. Dia tidak akan berani mati sebelum aku menyuruhnya untuk mati.” Morgan berkata dengan nada tidak percaya atas apa yang baru saja diucapkan oleh putrinya itu.“Kau harus memeriksanya ke sana sekarang juga!” titah Vallen yang merasa bahwa semua itu pasti lah benar adanya.“Aku akan menelponnya dulu untuk memastikan.” Morgan berkata lagi sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya dan kemdudian menekan tombol panggil di samping nama Leo.Tuuutt … tuuutt ….Tidak ada jawaban dari sana meski sudah beberapa kali Morgan mencoba untuk menghubungi Leo. Memang tidak seperti biasanya, karena Leo tidak pernah membuat Morgan menunggu meski hanya di panggilan kedua kali.Leo adalah kaki tangan kepercayaannya dan tidak pernah membuatnya kecewa selama ini. Mana mungkin Morgan membiarkan Leo pergi begitu saja tanpa pamit. Morgan mendecak kesal dan kemudian
Cleo sudah sampai dengan selamat di rumah sakit berkat perjuangan Leo dan juga pengorbanannya. Ia tidak akan pernah bisa sampai di tempat ini dan bertemu orang tuanya jika saja Leo tidak pasang badan dalam melindunginya dari tembakan orang tidak dikenal saat dalam perjalanan tadi.Saat sampai di rumah sakit, Morgan segera memeluk putrinya itu dengan rasa bahagia dan haru. Meski tetap saja awalnya ia mendapatkan penolakan dari Cleo dan itu tidak mengapa bagi Morgan. Ia mengerti karena Cleo masih dalam keadaan marah padanya perihal kondisi Vallen saat ini.“Tuan … maafkan aku kalau tidak bisa menjaganya dengan maksimal. Nona kecil terluka di lengannya karena pecahan kaca mobil,” ucap Leo saat menghantarkan Cleo ke dalam ruangan perawatan Vallen.“Kau! Kenapa bisa putriku terluka?” tanya Morgan dengan marah dan melayangkan satu pukulan keras pada perut Leo.“Daddy! Stop! Paman Leo sedang terluka!” teriak Cleo dengan sangat keras dan membuat rencana hantaman Morgan terhenti.“Itu sudah me
“Sayang … kapan kau akan bangun? Sudah empat jam kau belum juga membuka mata. Apa kau memang tidak ingin lagi bertemu denganku? Bagaimana dengan kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Apa kau sama sekali tidak ingin menunggunya datang? Dia pasti akan sangat sedih jika kau tidak menyambut kedatangannya nanti,” ungkap Morgan dengan untaian pertanyaan yang ia lemparkan kepada Vallen.Tubuh wanita itu masih tergelatak di atas ranjang rumah sakit dan belum ada tanda-tanda dia merespon setiap yang dikatakan oleh Morgan. Sejak Morgan menemaninya di dalam ruangan ini, tidak sebentar pun Morgan berhenti mengajak berbicara.Ia masih terus berharap bahwa Vallen bisa membuka matanya sebelum Cleo datang. Ia tahu bahwa Cleo akan mencecarnya dengan makian nanti karena sudah membuat Vallen seperti sekarang ini. Cleo sudah terlalu lama memendam rasa rindunya kepada Vallen. Namun, sekarang ketika mereka akan bertemu kejadian tak terduga ini terjadi.“Selamat siang, Tuan Muda. Kami ingin memeriksa k
Tiga jam sudah berlalu sejak Vallen berada di ruang perawatan dengan semua jenis alat medis yang menempel pada tubuhnya. Morgan merasa sangat teriris ketika melihat hal itu dan dia bahkan terus menangis menyalahkan dirinya.Sesekali ia akan mengelus perut buncit Vallen dan kemudian mengecupnya dengan sangat lembut. Vallen sudah melewati masa-masa kriti, tapi masih dalam masa observasi karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk ia bisa kembali sadar dari pingsannya.“Sayang … buka matamu sekarang. Apa kau tidak ingin melihat kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Aku rasa, sudah waktunya kau untuk tahu hal itu dan maafkan aku jika selama ini harus membuatmu menderita. Semua itu demi kebaikan dirimu dan juga putri kita – Cleo!” ungkap Morgan dengan suara yang sangat lembut seperti berbisik kepada Vallen yang masih memejamkan matanya.Morgan mengeluarkan ponselnya dan kemudian menghubungi Leo yang tadi ia perintahkan untuk menjemput seseorang dan sampai saat ini belum juga sampai
Di dalam kamarnya, Vallen masih terisak ketika ia tidak bisa membayangkan hal menyakitkan itu terjadi dalam hidupnya. Lagi … ia disakiti oleh pria yang dicintainya. Dan kali ini benar-benar sudah tidak bisa untuk ia maafkan. Vallen tidak akan pernah memberikan kesempatan pada seseorang yang sudah berkhianat darinya. Ia tidak ingin terlihat rendah dengan memberikan maaf lalu menerimanya, seolah tidak ada yang pernah terjadi dalam hubungan mereka sebelumnya.Ia menghapus sisa-sisa air matanya yang kini menyisahkan sesenggukan dan juga isakan tidak bersuara. Ia mencoba kuat dan tegar dengan semua yang sudah terjadi. Vallen merasa bahwa semua ini memang sudah tidak bisa lagi untuk diperbaiki.“Baik. Aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani menyakitiku. Aku tidak akan pernah tinggal diam dengan semua ini,” gumam Vallen dengan penuh tekad.Sementara itu, dia mengambil ponselnya dan melihat tidak ada hal yang perlu ia khawatirkan lagi sekarang. Vallen berpikir keras seolah sedang meng
“Sayang … ada apa denganmu? Apa yang terjadi sampai kau berkata dan bersikap kasar padaku?” tanya Morgan heran kepada Vallen.Namun, wanita mengandung itu memilih berjalan meninggalkan Morgan yang menatapnya dengan heran dan juga bingung. Ia tidak mengerti sama sekali di mana letak kesalahannya pada Vallen kali ini. Ia mengekor di belakang Vallen karena merasa masih butuh penjelasan dari sang pujaan hatinya.Sementara itu, para koki dan pelayan kembali melanjutkan pekerjaannya di bawah arahan dan pantauan dari bibi Jane. Bibi Jane memang hanya bertugas sebagai pengawas para pekerja di rumah itu semenjak ia sudah tidak lagi kuat untuk beraktifitas seperti biasa. Morgan menaikkan jabatannya karena memang sejak dulu pun Morgan tidak memberikan pekerjaan yang rumit untuk bibi Jane.“Sayang … tunggu aku! Apa ini semua?” tanya Morgan yang terus mengikut Vallen.“Apa semua ini? Apa maksudmu dengan pertanyaan itu? Aku sungguh tidak mengerti!” jawba Vallen dengan kembali bertanya.“Maksudku …
“Nona Muda … apa yang sedang kau lakukan?” tanya seorang pelayan di dapur kepada Vallen.“Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya sedang ingin memasak sop iga sapi dengan tanganku sendiri,” jawab Vallen dan tetap melanjutkan pekerjaannya.“Biarkan koki saja yang memasaknya, Nona. Nanti tuan muda bisa marah besar kalau dia tahu Anda berada di dapur lagi,” ucap pelayan itu dengan sangat takut.“Kenapa dia harus marah? Aku tidak memasak untuk dirinya, dan aku memang sedang ingin memasak sendiri. Justru kalau dia melarangku, maka aku lah yang akan marah besar!” ungkap Vallen kepada pelayan itu dengan nada tinggi dan emosi.Pelayan yang mendengar ucapan Vallen itu tentu saja langsung merasa tidak berdaya. Para koki yang sejak tadi berdiri di dapur pun hanya bisa diam dan menyaksikan tangan majikannya bergerak cepat mempersiapkan segalanya. Vallen tidak terlihat seperti istri seorang yang berkuasa sama sekali. Dia sangat lihai mengerjakan pekerjaan memasaknya dan sejak tadi para koki hanya m