Leo selesai membereskan kekacauan di kamar Vallen dan Morgan itu dengan sangat cepat karena tidak ingin majikannya merasa takut atau ngeri melihat mayat wanita yang hampir saja melukai dirinya itu.“Maaf, Nona Muda. Semua Tuan Muda lakukan adalah untuk keselamatan Anda sendiri dan calon bayi kalian,” ucap Leo memberikan sedikit pengertian kepada Vallen agar tidak terlalu menyalahkan Morgan atas apa yang baru saja terjadi.“Jangan membahas hal itu lagi sekarang!” kata Vallen dengan nada tegas dan enggan meliri ke arah Leo yang berdiri di depan pintu masuk kamarnya.“Baik, Nona Muda. Kalau begitu, aku permisi dulu. Kalau Anda butuh sesuatu, aku ada di depan kamar dan siap melakukan perintah Anda.” Leo membungkukkan badan dan langsung keluar dari dalam kamar itu. Berjaga di depan pintu kamar Vallen karena tidak ingin kecolongan lagi.Sebenarnya, semua itu tidak murni kesalahan Leo karena memang tadinya dia sudah berjaga di depan kamar Vallen seperti biasa. Namun, saat Vallen keluar dari
“Bukan apa-apa, Nona Muda. Apa ada yang bisa aku bantu? Kenapa Anda keluar dari dalam kamar?” tanya Leo beruntun seakan tidak ingin Vallen bertanya lebih lanjut tentang hal tadi.“Lupakan! Aku hanya ingin duduk di taman,” jawab Vallen dan melenggok pergi meninggalkan Leo di belakangnya.Vallen tahu bahwa Leo pasti akan menguntitnya dari belakang. Mengikuti ke mana saja kakinya melangkah, kecuali ke dalam kamar tidur dan ruang kerja Morgan. Memang seperti itu lah Morgan memberikannya perintah dan sejauh ini Leo selalu patuh pada tuan mudanya itu.“Siapa yang kau telpon tadi sampai kau bahkan bisa tertawa dengan lepas seperti itu, Leo?” tanya Vallen sekali lagi kepada Leo dan tetap saja Leo tidak ingin membahas masalah itu di depan Vallen.“Hanya teman lama yang bercerita tentang masa muda kami, Nona Muda.” Leo kembali berbohong kepada Vallen.“Lalu … ada apa dengan memenggal kepala? Aku mendengarnya dengan jelas tadi!”“Itu hanya gurauan kami semasa muda. Kalau ada yang sudah menikah d
Leo tentu saja ikut sedih mendengar ucapan Vallen yang menurutnya terlalu menyakitkan untuk seorang ibu yang masih tidak bisa menerima kepergian putri tercintanya. Namun, Leo hanya diam agar Vallen tidak merasa terganggu dengan perasaannya sekarang.“Nona Muda … sebaiknya kita ke dalam sekarang. terlalu lama berada di luar tidak baik untuk kesehatanmu dan calon bayi dalam kandunganmu itu, Nona Muda!” ajak Leo pada Vallen dengan sangat hati-hati karena takut menyinggung perasaan Vallen dalam hal itu.“Baiklah. Aku akan masuk sekarang, karena sepertinya cuaca terlalu dingin untukku,” sahut Vallen menurut. Tidak seperti biasanya yang mana ia akan terus membantah dan betah berlama-lama di luar mantion.“Tuan Muda akan melakukan perjalanan bisnis selama satu minggu ke depan. Dia ragu meninggalkan Anda, Nona Muda. Tapi, dia juga tidak berani membawa Anda dengan keadaan kehamilan Anda sekarang,” ungkap Leo seperti ingin menyampaikan satu hal penting kepada Vallen.Sambil terus berjalan kelua
“Bagaimana? Apa sudah ada kabar dari Vallen? Apa dia mau bertemu denganku?” tanya tuan Zang pada bawahannya.“Maafkan aku, Tuan Besar. Aku bahkan tidak diizinkan bertemu dengan Nona Muda oleh suaminya.” Bawahannya itu berkata dengan kepala tertunduk.“Suaminya? Morgan maksudmu?” tanya tuan Zang lagi meyakinkan dirinya.“Benar, Tuan Besar.”“Sial! Harusnya aku sejak dulu merestui pernikahan mereka. Aku tidak tahu kalau akan seperti ini jadinya. Semua karena aku yang memang terlalu lemah dan penakut!” ungkap tuan Zang mengutuk dirinya sendiri.Ia tidak pernah menyangka bahwa akan sampai di mana ia tidak bisa menemui putrinya sendiri seperti saat ini. Tidak akan mudah bagi dirinya untuk melawan atau menentang Morgan di saat ini. Morgan yang sekarang, tentu saja bukan lagi Morgan yang pernah ia tolak lamarannya dulu.Ia sudah berubah seratus delapan puluh derajat dan bahkan bisa dikatakan, Morgan yang dulu telah mati. Yang ada sekarang hanya lah Morgan yang baru, yang terlahir kembali den
“Sial! Bagaimana bisa dia mengubah jadwal dan lokasi pertemuan penting itu menjadi di mantion sialannya itu?” tanya Cristian kepada Lara – sekretarisnya dengan suara tinggi dan emosi.“Aku tidak tahu, Tuan. Tapi … Tuan Besar sendiri yang akan menghadiri pertemuan itu,” jawab Lara dengan kepala tertunduk dan tidak sedikit pun berani menatap ke arah Cristian.Entah sejak kapan, Crish yang biasanya lembut dan tidak pernah bertindak kasar. Sekarang berubah menjadi pria yang sangat arrogant dan temperamental. Ia kadang mengamuk tanpa alasan di dalam ruang kerjanya.Lara sudah tidak tahan lagi rasanya menghadapi kegilaan Critian itu setiap waktu. Belum lagi, Lara juga sering dijadikan pelampian nafsu oleh atasannya itu. Tentu, Lara tidak bisa berbuat apa-apa karena ia masih terikat kontrak dengan perusahaan ini. Apalagi, melawan Cristian sama saja artinya dengan mati atau hidup sengasara sampai mati.“Kenapa si tua bangka itu ingin menghadiri? Bukan kan biasanya aku yang dia utus? Apa sekar
“Bagaimana keadaannya sekarang, Dok?” tanya Cristian kepada dokter yang sengaja ia panggil ke kantornya dan memeriksa Lara dalam kamar yang ada di ruang kerjanya itu.“Maaf, Tuan. Apa boleh aku bertanya sesuatu?” tanya dokter itu kepada Cristian.“Tanyakan saja!” jawabnya ketus.“Apakah Nona ini sudah menikah? Atau memiliki kekasih misalnya?”“Kenapa kau bertanya seperti itu? Sekarang, jelaskan saja apa yang terjadi kepada dirinya!” bentak Cristian yang merasa kesal dengan pertanyaan dokter itu.Padahal, dia bisa saja menjawab bahwa Lara memang belum menikah dan sudah bisa dipastikan Lara tidak memiliki kekasih sama sekali. Cristian bahkan adalah yang pertama merenggut kesuciannya tiga bulan lalu. Mana mungkin wanita itu punya kekasih jika masih perawan.Namun, entah mengapa dia menjadi marah saat dokter bertanya perihal itu kepadanya. Seolah ia tidak bisa terima jika ada yang bertanya masalah pribadi Lara pada dirinya. Emosinya juga tidak terkontrol akhir-akhir ini.“Gadis ini hamil
“Aku ada di mana?” tanya Lara saat ia baru saja membuka matanya.“Kau ada di rumah sakit. Tenang lah dan jangan banyak bergerak!” jawab Steve ketika ia melihat Lara berusaha untuk bangkit dari pembaringannya.“A-apa yang terjadi?” tanya Lara lagi dengan panik.Wajahnya yang memang sudah pucat, sekarang menampilkan kecemasan yang semakin nyata. Hal itu jelas membuat Cristian merasa yakin bahwa Lara sudah tahu tentang kehamilannya itu dan mencoba menyembunyikannya dari dirinya.“Apa kau sudah tahu tentang kehamilanmu itu?” tanya Cristian dengan menaikkan sebelah alisnya.“Apa yang kau maksud, Tuan? Siapa yang hamil? Aku tidak!” jawab Lara dan mengalihkan pandangannya dari Cristian.“Jangan berpura-pura lagi padaku! Kau pikir aku tidak akan tahu kebenarannya?”“Kebenaran apa? Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kau maksud!”“Kau hamil anakku!”“Tidak! Dia bukan anakmu, Tuan!” bantah Lara dan langsung memeluk perutnya yang masih tampak rata.Lara tadinya ingin menyembunyikan ke
“Syarat apa yang ingin kau ajukan padaku? Jangan macam-macam denganku!” ancam Vallen yang sebenarnya merasa sulit menahan godaan dari hembusan napas Morgan yang menerpa wajahnya saat ini.“Bagaimana kalau dengan berkeliling eropa? Aku ingin menikmati bulan madu yang tertunda denganmu.”“Bulan muda apanya? Aku bahkan sudah mengandung anak kedua! Kau bercanda, Mo!” tegas Vallen kepada Morgan dengan wajah memerah.“Apa yang salah? Tidak ada yang salah dengan hal itu! Kita bahkan bisa melakukan perjalanan bulan madu bahkan saat kau mengandung anak ke sepuluh sekali pun. Tidak ada larangan untuk hal itu dan aku rasa itu pasti akan sangat menyenangkan saat kita memiliki banyak anak di dalam mansion ini,” ungkap Morgan dengan pandangan penuh harap pada Vallen.Vallen mengingat dengan jelas bahwa Morgan memang sangat menyukai anak-anak. Bahkan dulu ia pernah mengatakan sangat ingin memiliki anak seperti kesebelasan sepak bola. Baginya, semakin banyak anak maka akan semakin membuat hidupnya me
“Ayo, Crish! Mami sudah siap berkemas, lebih baik pergi sekarang juga. Sebelum ayahmu pulang dan membuat semua rencana kita berantakan,” ajak Diana kepada Cristian.“Sabar, Mom. Aku sedang mengerjakan sesuatu,” sahut Cristian dan masih asik dengan ponselnya.“Ayolah! Nanti saja kau urus ponselmu dan game itu! Kau selalu saja tidak pernah bisa diandalkan! Saat seperti ini pun kami masih sibuk bermain game,” ketus Diana dan tidak lupa sedikit kata umpatan pada anak laki-lakinya itu.Cristian sebenarnya hanya sedang mengulur waktu karena ia tidak ingin Diana benar-benar pergi saat ini. Cristian juga masih punya hati dan tidak tega jika harus mengorbankan nyawa ibunya demi menyelamatkan nyawa Lara. Jadi, sejak tadi dia berusaha untuk menyusun rencana agar bisa menyelamatkan Lara dan juga Diana dalam waktu bersamaan.Namun, ternyata semua itu terlalu sulit untuk bisa dia lakukan. Pada akhirnya alarm peringatan dari Morgan pun datang. Ia tidak bisa lagi mengelak saat ini untuk membawa Diana
Di kediamannya, Diana merasa takut karena ia sudah mendengar tentang dirinya yang sedang dalam pencarian Morgan. Sebenarnya, ia tidak perlu terlalu takut saat ini andai itu hanya Morgan saja. Diana memang sudah memutuskan untuk membunuh Vallen dan ia ternyata salah sasaran. Ia menduga gadis yang dibawa oleh Leo di dalam mobilnya itu adalah Vallen.Mereka melukai gadis itu dan kemudian Diana baru menyadari bahwa ternyata itu adalah Cleo – putri semata wayang Vallen dan Morgan. Namun, lagi-lagi tembakannya salah sasaran karena Leo dengan beraninya memberikan tubuhnya sebagai perisai dalam melindungi Cleo dari tembakannya yang brutal itu tadi.“Bukannya aku sudah bilang pada Mami untuk tidak lagi pernah menganggunya! Tapi kenapa Mami masih tetap tidak mau mendengarkan aku?” tanya Cristian dengan sangat geram pada Diana yang bersembunyi di dalam kamarnya.“Diam lah kau, Anak durhaka! Kau bahkan tidak bisa aku andalkan dalam semua hal ini. Padahal, aku melakukan semua ini tentu adalah demi
“Jangan bercanda, Sweety! Kau tidak bisa membohongiku dalam hal seperti ini! Leo tidak mungkin bisa terluka apalagi sampai harus dioperasi seperti itu. Dia tidak akan berani mati sebelum aku menyuruhnya untuk mati.” Morgan berkata dengan nada tidak percaya atas apa yang baru saja diucapkan oleh putrinya itu.“Kau harus memeriksanya ke sana sekarang juga!” titah Vallen yang merasa bahwa semua itu pasti lah benar adanya.“Aku akan menelponnya dulu untuk memastikan.” Morgan berkata lagi sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya dan kemdudian menekan tombol panggil di samping nama Leo.Tuuutt … tuuutt ….Tidak ada jawaban dari sana meski sudah beberapa kali Morgan mencoba untuk menghubungi Leo. Memang tidak seperti biasanya, karena Leo tidak pernah membuat Morgan menunggu meski hanya di panggilan kedua kali.Leo adalah kaki tangan kepercayaannya dan tidak pernah membuatnya kecewa selama ini. Mana mungkin Morgan membiarkan Leo pergi begitu saja tanpa pamit. Morgan mendecak kesal dan kemudian
Cleo sudah sampai dengan selamat di rumah sakit berkat perjuangan Leo dan juga pengorbanannya. Ia tidak akan pernah bisa sampai di tempat ini dan bertemu orang tuanya jika saja Leo tidak pasang badan dalam melindunginya dari tembakan orang tidak dikenal saat dalam perjalanan tadi.Saat sampai di rumah sakit, Morgan segera memeluk putrinya itu dengan rasa bahagia dan haru. Meski tetap saja awalnya ia mendapatkan penolakan dari Cleo dan itu tidak mengapa bagi Morgan. Ia mengerti karena Cleo masih dalam keadaan marah padanya perihal kondisi Vallen saat ini.“Tuan … maafkan aku kalau tidak bisa menjaganya dengan maksimal. Nona kecil terluka di lengannya karena pecahan kaca mobil,” ucap Leo saat menghantarkan Cleo ke dalam ruangan perawatan Vallen.“Kau! Kenapa bisa putriku terluka?” tanya Morgan dengan marah dan melayangkan satu pukulan keras pada perut Leo.“Daddy! Stop! Paman Leo sedang terluka!” teriak Cleo dengan sangat keras dan membuat rencana hantaman Morgan terhenti.“Itu sudah me
“Sayang … kapan kau akan bangun? Sudah empat jam kau belum juga membuka mata. Apa kau memang tidak ingin lagi bertemu denganku? Bagaimana dengan kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Apa kau sama sekali tidak ingin menunggunya datang? Dia pasti akan sangat sedih jika kau tidak menyambut kedatangannya nanti,” ungkap Morgan dengan untaian pertanyaan yang ia lemparkan kepada Vallen.Tubuh wanita itu masih tergelatak di atas ranjang rumah sakit dan belum ada tanda-tanda dia merespon setiap yang dikatakan oleh Morgan. Sejak Morgan menemaninya di dalam ruangan ini, tidak sebentar pun Morgan berhenti mengajak berbicara.Ia masih terus berharap bahwa Vallen bisa membuka matanya sebelum Cleo datang. Ia tahu bahwa Cleo akan mencecarnya dengan makian nanti karena sudah membuat Vallen seperti sekarang ini. Cleo sudah terlalu lama memendam rasa rindunya kepada Vallen. Namun, sekarang ketika mereka akan bertemu kejadian tak terduga ini terjadi.“Selamat siang, Tuan Muda. Kami ingin memeriksa k
Tiga jam sudah berlalu sejak Vallen berada di ruang perawatan dengan semua jenis alat medis yang menempel pada tubuhnya. Morgan merasa sangat teriris ketika melihat hal itu dan dia bahkan terus menangis menyalahkan dirinya.Sesekali ia akan mengelus perut buncit Vallen dan kemudian mengecupnya dengan sangat lembut. Vallen sudah melewati masa-masa kriti, tapi masih dalam masa observasi karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk ia bisa kembali sadar dari pingsannya.“Sayang … buka matamu sekarang. Apa kau tidak ingin melihat kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Aku rasa, sudah waktunya kau untuk tahu hal itu dan maafkan aku jika selama ini harus membuatmu menderita. Semua itu demi kebaikan dirimu dan juga putri kita – Cleo!” ungkap Morgan dengan suara yang sangat lembut seperti berbisik kepada Vallen yang masih memejamkan matanya.Morgan mengeluarkan ponselnya dan kemudian menghubungi Leo yang tadi ia perintahkan untuk menjemput seseorang dan sampai saat ini belum juga sampai
Di dalam kamarnya, Vallen masih terisak ketika ia tidak bisa membayangkan hal menyakitkan itu terjadi dalam hidupnya. Lagi … ia disakiti oleh pria yang dicintainya. Dan kali ini benar-benar sudah tidak bisa untuk ia maafkan. Vallen tidak akan pernah memberikan kesempatan pada seseorang yang sudah berkhianat darinya. Ia tidak ingin terlihat rendah dengan memberikan maaf lalu menerimanya, seolah tidak ada yang pernah terjadi dalam hubungan mereka sebelumnya.Ia menghapus sisa-sisa air matanya yang kini menyisahkan sesenggukan dan juga isakan tidak bersuara. Ia mencoba kuat dan tegar dengan semua yang sudah terjadi. Vallen merasa bahwa semua ini memang sudah tidak bisa lagi untuk diperbaiki.“Baik. Aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani menyakitiku. Aku tidak akan pernah tinggal diam dengan semua ini,” gumam Vallen dengan penuh tekad.Sementara itu, dia mengambil ponselnya dan melihat tidak ada hal yang perlu ia khawatirkan lagi sekarang. Vallen berpikir keras seolah sedang meng
“Sayang … ada apa denganmu? Apa yang terjadi sampai kau berkata dan bersikap kasar padaku?” tanya Morgan heran kepada Vallen.Namun, wanita mengandung itu memilih berjalan meninggalkan Morgan yang menatapnya dengan heran dan juga bingung. Ia tidak mengerti sama sekali di mana letak kesalahannya pada Vallen kali ini. Ia mengekor di belakang Vallen karena merasa masih butuh penjelasan dari sang pujaan hatinya.Sementara itu, para koki dan pelayan kembali melanjutkan pekerjaannya di bawah arahan dan pantauan dari bibi Jane. Bibi Jane memang hanya bertugas sebagai pengawas para pekerja di rumah itu semenjak ia sudah tidak lagi kuat untuk beraktifitas seperti biasa. Morgan menaikkan jabatannya karena memang sejak dulu pun Morgan tidak memberikan pekerjaan yang rumit untuk bibi Jane.“Sayang … tunggu aku! Apa ini semua?” tanya Morgan yang terus mengikut Vallen.“Apa semua ini? Apa maksudmu dengan pertanyaan itu? Aku sungguh tidak mengerti!” jawba Vallen dengan kembali bertanya.“Maksudku …
“Nona Muda … apa yang sedang kau lakukan?” tanya seorang pelayan di dapur kepada Vallen.“Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya sedang ingin memasak sop iga sapi dengan tanganku sendiri,” jawab Vallen dan tetap melanjutkan pekerjaannya.“Biarkan koki saja yang memasaknya, Nona. Nanti tuan muda bisa marah besar kalau dia tahu Anda berada di dapur lagi,” ucap pelayan itu dengan sangat takut.“Kenapa dia harus marah? Aku tidak memasak untuk dirinya, dan aku memang sedang ingin memasak sendiri. Justru kalau dia melarangku, maka aku lah yang akan marah besar!” ungkap Vallen kepada pelayan itu dengan nada tinggi dan emosi.Pelayan yang mendengar ucapan Vallen itu tentu saja langsung merasa tidak berdaya. Para koki yang sejak tadi berdiri di dapur pun hanya bisa diam dan menyaksikan tangan majikannya bergerak cepat mempersiapkan segalanya. Vallen tidak terlihat seperti istri seorang yang berkuasa sama sekali. Dia sangat lihai mengerjakan pekerjaan memasaknya dan sejak tadi para koki hanya m