“Syarat apa yang ingin kau ajukan padaku? Jangan macam-macam denganku!” ancam Vallen yang sebenarnya merasa sulit menahan godaan dari hembusan napas Morgan yang menerpa wajahnya saat ini.“Bagaimana kalau dengan berkeliling eropa? Aku ingin menikmati bulan madu yang tertunda denganmu.”“Bulan muda apanya? Aku bahkan sudah mengandung anak kedua! Kau bercanda, Mo!” tegas Vallen kepada Morgan dengan wajah memerah.“Apa yang salah? Tidak ada yang salah dengan hal itu! Kita bahkan bisa melakukan perjalanan bulan madu bahkan saat kau mengandung anak ke sepuluh sekali pun. Tidak ada larangan untuk hal itu dan aku rasa itu pasti akan sangat menyenangkan saat kita memiliki banyak anak di dalam mansion ini,” ungkap Morgan dengan pandangan penuh harap pada Vallen.Vallen mengingat dengan jelas bahwa Morgan memang sangat menyukai anak-anak. Bahkan dulu ia pernah mengatakan sangat ingin memiliki anak seperti kesebelasan sepak bola. Baginya, semakin banyak anak maka akan semakin membuat hidupnya me
“Tuan … apakah Nona Muda sedang mengidam itu?” tanya Leo dengan wajah yang tampak sedikit gugup.“Tentu! Dia sedang mengandung dan dia sangat ingin makan salad buah buatanmu!” jawab Morgan dengan ketus dan memandang wajah gugup Leo dengan jelas.“Kenapa harus aku, Tuan Muda? Bukan kah Nona Muda sedang mengandung anakmu?” tanya Leo dengan rasa heran.“Mana aku tau! Yang jelas dia mau kau yang membuatkannya!” jawab Morgan dengan nada tinggi.“Tapi … aku tidak pandai membuat itu, Tuan!” kata Leo dengan sangat jujur kepada Morgan.“Lalu kau pikir aku bisa?” tanya Morgan kepada Leo dan membuat Leo semakin merasa bingung.Baru kali ini Leo tahu bahwa seorang wanita hamil bahkan mengidam hal-hal yang dibuat dan juga diberikan oleh orang lain selain suaminya. Meski pun Leo tahu bahwa rasa ingin atau mengidam saat hamil itu adalah rasa yang alami datang saat itu juga dan tanpa dibuat-buat sama sekali, tetap saja dia merasa aneh dengan proses mengidam yang Vallen jalani saat hamil ini.Dia sama
“Apa yang sedang mereka lakukan sekarang?” tanya Morgan yang juga penasaran dengan kegiatan Vallen bersama Leo di dapur.Ia tentu saja percaya bahwa Leo tidak akan mungkin menyakiti Vallen atau pun membuatnya dalam bahaya. Namun, Morgan merasa akhir-akhir ini ia sangat ingin selalu bersama dengan Vallen. Ia tidak bisa jika tidak memandang Vallen dalam satu jam.Rasa rindunya bisa seperti orang yang belum bertemu selama satu tahun, padahal baru satu jam tidak bertemu. Itu sebabnya Morgan memutuskan untuk tidak pergi dalam pertemuan rapat antara pemegang saham yang akan diadakan lusa. Ia tidak ingin meninggalkan Vallen dan ia juga tentu tidak teg ajika harus membawa Vallen yang sedang mengandung bepergian dengan jet pribadinya.“Tuan … tamu Anda sudah datang,” lapor seorang pelayan yang berdiri di ambang pintu setelah mengetuk dan membuka pintu ruang kerja Morgan.“Suruh dia masuk!” titah Morgan dengan nada tegas dan dingin.Dalam hitungan detik, tampak sosok pria jangkung yang tampan d
Tawa Morgan pecah ketika mendengar hal yang baru saja dikatakan oleh Cristian kepadanya. Ia tidak menyangka Cristian datang ke mansionnya ini hanya untuk hal yang seperti itu. Sungguh hal konyol yang bahkan dia tidak bisa untuk tidak tertawa ketika mendengarnya.Cristian tahu bahwa saat ini Morgan pasti sedang menyepelekan dirinya karena berkata seperti itu. Melindungi Vallen tentu saja bukan lah hal yang sulit bagi seorang Morga yang berkuasa dalam segala hal. Dia bisa melakukan segala macam cara untuk melindungi Vallen dari serangan orang luar.“Kau boleh tertawa saat ini karena kau berhak untuk itu. Tapi ingat. Aku tidak akan memintamu melakukannya dua kali. Semua tergantung padamu dan aku tidak akan menerima permohonanmu lagi seuatu saat nanti,” terang Cristian dengan sedikit kesombongan yang bisa dia perlihatkan kepada Morgan saat ini.“Cih! Sombong sekali cara bicaramu! Kau pikir aku di sini hanya duduk dan menunggu orang menyakiti istriku?” tanya Morgan dengan menaikkan sebelah
Cristian memasang wajah jahat di depan Morgan dan senyum sinis tersembul dari sudut bibirnya yang tampak menghitam. Cristian pecandu rokok dan itu membuat bibirnya tidak lagi berwarna merah muda seperti dulu.“Kau ingin mati di sini, hah?” tanya Morgan pada Cristian dengan kasar dan kemudian tatapan membunuh ia layangkan pada Cristian.“Kalau kau membunuhku di sini, apa kau pikir istrimu itu bisa tetap selamat? Hanya aku yang tahu rahasia tentang rencana ibuku pada Vallen. Kau tidak akan pernah bisa tahu kalau bukan dari aku,” sahut Cristian dengan sombongnya.“Apa yang tidak bisa aku ketahui di dunia ini? Semuanya bisa kalau aku sudah mengerahkan anggota dan juga orang-orang kepercayaanku!” ucap Morgan pula kepada Cristian.“Ckckck … terlalu percaya diri dan sombong! Sudah aku katakan, hanya aku yang tahu dan hanya aku yang bisa membantumu. Tapi … kau mengabaikan tawaran dariku.”“Jika pun aku tidak tahu rencana busuk ibumu itu, aku pasti tetap bisa menyelamatkan dan melindungi istri
“Hmm … rasanya enak. Apa kau membuatnya sendiri?” tanya Morgan pada Vallen sambil menikmati salad buah yang baru saja disuapi oleh Vallen padanya.“Tentu … aku susah payah membuatnya dan Leo hanya memandangiku. Dia sama sekali tidak ada niat untuk membantuku. Apa dia tidak tahu kalau aku sedang hamil dan tidak boleh terlalu banyak bergerak? Sungguh, tidak patut untuk kau pertahankan di sisimu lagi!” jelas Vallen saat menjawab pertanyaan Morgan dengan sangat panjang lebar.“Benar kah? Apa yang dikatakan oleh istriku itu benar, Leo?” tanya Morgan langsung kepada Leo yang masih berdiri tidak jauh dari tempat Morgan dan Vallen duduk.“Ma-maaf, Tuan Muda. Sebenarnya … aku yang membuat salad itu.” Leo berkata dengan gugup dan sungguh ia tidak mengerti mengapa Vallen harus berbohong kepada Morgan.“Kau menuduhku berbohong?” tanya Vallen dengan suara tinggi kepada Leo.“Nona Muda … bukan kah memang benar kalau aku yang membuat salad buah itu? Anda hanya duduk bermain ponsel dan memerintahkan
Aktifitas ranjang yang tidak perlu lagi dipertanyakan dan dibayangkan yang terjadi antara Morgan dan Vallen. Mereka saling mendesah dan saling meracau nama satu dengan yang lainnya. Begitu penuh semangat dan penuh gairah. Hingga tanpa sadar mereka sudah melakukan ronde kedua saat ini.“Aaakkh … lebih kuat, Sayang!” pinta Vallen saat Morgan sedang menggoyangkan pinggulnya di belakang tubuh Vallen yang setengah menungging.“Aku takut menyakiti bayi kita, Sayang,” sahut Morgan di sela napasnya yang terengah engah.“Bayi kita aman, kau tenang saja!” ucap Vallen meyakinkan Morgan.“Ouhh … Sayang … kau begitu sempit dan terasa sangat menjepit!” lenguh Morgan dengan terus melanjutkan gerakannya di bagian inti Vallen.“Aku selalu merawatnya dengan baik, asal kau tahu saja!” sahut Vallen dengan sangat bangga pada dirinya sendiri.Morgan tidak lagi menjawab ucapan Vallen karena ia masih sangat ingin menggoyang tubuh istrinya dengan puas dan gairah yang menggebu. Dia merasa tidak ingin melewatka
Hari itu berlalu dengan banyak sekali cerita dan drama. Namun, yang tidak bisa pergi dari pikiran Morgan adalah tentang tawaran yang dia tolak dari Cristian tadi siang. Ia merasa sepertinya Cristian tidak main-main dalam mengatakan semua itu.Meski begitu, tetap saja Morgan tidak akan menyesal karena sudah menolak penawaran yang menurut Cristian itu adalah penawaran yang sangat baik. Ia bahkan merasa bersyukur karena sudah menolak mentah-mentah tawaran dari pria itu.Yang mana artinya dia sama sekali tidak akan pernah ikut terlibat dalam permasalahan apa pun dengan Cristian andai pria itu terjerat masalaah suatu saat nanti. Walau bagaimana pun, Morgan masih punya beberapa orang intel dan mata-mata yang bisa dia percaya.Dan dari pertemuannya dengan Leo tadi sore secara rahasia dari Vallen, tentu saja ia bisa menangkap bahwa saat ini tidak ada lagi yang mungkin bisa melukai atau menyakiti Vallen. Keamanan dan tingkat kewaspadaan di dalam mansion sudah dinaikkan sebanyak 50% lagi dan it
“Ayo, Crish! Mami sudah siap berkemas, lebih baik pergi sekarang juga. Sebelum ayahmu pulang dan membuat semua rencana kita berantakan,” ajak Diana kepada Cristian.“Sabar, Mom. Aku sedang mengerjakan sesuatu,” sahut Cristian dan masih asik dengan ponselnya.“Ayolah! Nanti saja kau urus ponselmu dan game itu! Kau selalu saja tidak pernah bisa diandalkan! Saat seperti ini pun kami masih sibuk bermain game,” ketus Diana dan tidak lupa sedikit kata umpatan pada anak laki-lakinya itu.Cristian sebenarnya hanya sedang mengulur waktu karena ia tidak ingin Diana benar-benar pergi saat ini. Cristian juga masih punya hati dan tidak tega jika harus mengorbankan nyawa ibunya demi menyelamatkan nyawa Lara. Jadi, sejak tadi dia berusaha untuk menyusun rencana agar bisa menyelamatkan Lara dan juga Diana dalam waktu bersamaan.Namun, ternyata semua itu terlalu sulit untuk bisa dia lakukan. Pada akhirnya alarm peringatan dari Morgan pun datang. Ia tidak bisa lagi mengelak saat ini untuk membawa Diana
Di kediamannya, Diana merasa takut karena ia sudah mendengar tentang dirinya yang sedang dalam pencarian Morgan. Sebenarnya, ia tidak perlu terlalu takut saat ini andai itu hanya Morgan saja. Diana memang sudah memutuskan untuk membunuh Vallen dan ia ternyata salah sasaran. Ia menduga gadis yang dibawa oleh Leo di dalam mobilnya itu adalah Vallen.Mereka melukai gadis itu dan kemudian Diana baru menyadari bahwa ternyata itu adalah Cleo – putri semata wayang Vallen dan Morgan. Namun, lagi-lagi tembakannya salah sasaran karena Leo dengan beraninya memberikan tubuhnya sebagai perisai dalam melindungi Cleo dari tembakannya yang brutal itu tadi.“Bukannya aku sudah bilang pada Mami untuk tidak lagi pernah menganggunya! Tapi kenapa Mami masih tetap tidak mau mendengarkan aku?” tanya Cristian dengan sangat geram pada Diana yang bersembunyi di dalam kamarnya.“Diam lah kau, Anak durhaka! Kau bahkan tidak bisa aku andalkan dalam semua hal ini. Padahal, aku melakukan semua ini tentu adalah demi
“Jangan bercanda, Sweety! Kau tidak bisa membohongiku dalam hal seperti ini! Leo tidak mungkin bisa terluka apalagi sampai harus dioperasi seperti itu. Dia tidak akan berani mati sebelum aku menyuruhnya untuk mati.” Morgan berkata dengan nada tidak percaya atas apa yang baru saja diucapkan oleh putrinya itu.“Kau harus memeriksanya ke sana sekarang juga!” titah Vallen yang merasa bahwa semua itu pasti lah benar adanya.“Aku akan menelponnya dulu untuk memastikan.” Morgan berkata lagi sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya dan kemdudian menekan tombol panggil di samping nama Leo.Tuuutt … tuuutt ….Tidak ada jawaban dari sana meski sudah beberapa kali Morgan mencoba untuk menghubungi Leo. Memang tidak seperti biasanya, karena Leo tidak pernah membuat Morgan menunggu meski hanya di panggilan kedua kali.Leo adalah kaki tangan kepercayaannya dan tidak pernah membuatnya kecewa selama ini. Mana mungkin Morgan membiarkan Leo pergi begitu saja tanpa pamit. Morgan mendecak kesal dan kemudian
Cleo sudah sampai dengan selamat di rumah sakit berkat perjuangan Leo dan juga pengorbanannya. Ia tidak akan pernah bisa sampai di tempat ini dan bertemu orang tuanya jika saja Leo tidak pasang badan dalam melindunginya dari tembakan orang tidak dikenal saat dalam perjalanan tadi.Saat sampai di rumah sakit, Morgan segera memeluk putrinya itu dengan rasa bahagia dan haru. Meski tetap saja awalnya ia mendapatkan penolakan dari Cleo dan itu tidak mengapa bagi Morgan. Ia mengerti karena Cleo masih dalam keadaan marah padanya perihal kondisi Vallen saat ini.“Tuan … maafkan aku kalau tidak bisa menjaganya dengan maksimal. Nona kecil terluka di lengannya karena pecahan kaca mobil,” ucap Leo saat menghantarkan Cleo ke dalam ruangan perawatan Vallen.“Kau! Kenapa bisa putriku terluka?” tanya Morgan dengan marah dan melayangkan satu pukulan keras pada perut Leo.“Daddy! Stop! Paman Leo sedang terluka!” teriak Cleo dengan sangat keras dan membuat rencana hantaman Morgan terhenti.“Itu sudah me
“Sayang … kapan kau akan bangun? Sudah empat jam kau belum juga membuka mata. Apa kau memang tidak ingin lagi bertemu denganku? Bagaimana dengan kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Apa kau sama sekali tidak ingin menunggunya datang? Dia pasti akan sangat sedih jika kau tidak menyambut kedatangannya nanti,” ungkap Morgan dengan untaian pertanyaan yang ia lemparkan kepada Vallen.Tubuh wanita itu masih tergelatak di atas ranjang rumah sakit dan belum ada tanda-tanda dia merespon setiap yang dikatakan oleh Morgan. Sejak Morgan menemaninya di dalam ruangan ini, tidak sebentar pun Morgan berhenti mengajak berbicara.Ia masih terus berharap bahwa Vallen bisa membuka matanya sebelum Cleo datang. Ia tahu bahwa Cleo akan mencecarnya dengan makian nanti karena sudah membuat Vallen seperti sekarang ini. Cleo sudah terlalu lama memendam rasa rindunya kepada Vallen. Namun, sekarang ketika mereka akan bertemu kejadian tak terduga ini terjadi.“Selamat siang, Tuan Muda. Kami ingin memeriksa k
Tiga jam sudah berlalu sejak Vallen berada di ruang perawatan dengan semua jenis alat medis yang menempel pada tubuhnya. Morgan merasa sangat teriris ketika melihat hal itu dan dia bahkan terus menangis menyalahkan dirinya.Sesekali ia akan mengelus perut buncit Vallen dan kemudian mengecupnya dengan sangat lembut. Vallen sudah melewati masa-masa kriti, tapi masih dalam masa observasi karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk ia bisa kembali sadar dari pingsannya.“Sayang … buka matamu sekarang. Apa kau tidak ingin melihat kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Aku rasa, sudah waktunya kau untuk tahu hal itu dan maafkan aku jika selama ini harus membuatmu menderita. Semua itu demi kebaikan dirimu dan juga putri kita – Cleo!” ungkap Morgan dengan suara yang sangat lembut seperti berbisik kepada Vallen yang masih memejamkan matanya.Morgan mengeluarkan ponselnya dan kemudian menghubungi Leo yang tadi ia perintahkan untuk menjemput seseorang dan sampai saat ini belum juga sampai
Di dalam kamarnya, Vallen masih terisak ketika ia tidak bisa membayangkan hal menyakitkan itu terjadi dalam hidupnya. Lagi … ia disakiti oleh pria yang dicintainya. Dan kali ini benar-benar sudah tidak bisa untuk ia maafkan. Vallen tidak akan pernah memberikan kesempatan pada seseorang yang sudah berkhianat darinya. Ia tidak ingin terlihat rendah dengan memberikan maaf lalu menerimanya, seolah tidak ada yang pernah terjadi dalam hubungan mereka sebelumnya.Ia menghapus sisa-sisa air matanya yang kini menyisahkan sesenggukan dan juga isakan tidak bersuara. Ia mencoba kuat dan tegar dengan semua yang sudah terjadi. Vallen merasa bahwa semua ini memang sudah tidak bisa lagi untuk diperbaiki.“Baik. Aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani menyakitiku. Aku tidak akan pernah tinggal diam dengan semua ini,” gumam Vallen dengan penuh tekad.Sementara itu, dia mengambil ponselnya dan melihat tidak ada hal yang perlu ia khawatirkan lagi sekarang. Vallen berpikir keras seolah sedang meng
“Sayang … ada apa denganmu? Apa yang terjadi sampai kau berkata dan bersikap kasar padaku?” tanya Morgan heran kepada Vallen.Namun, wanita mengandung itu memilih berjalan meninggalkan Morgan yang menatapnya dengan heran dan juga bingung. Ia tidak mengerti sama sekali di mana letak kesalahannya pada Vallen kali ini. Ia mengekor di belakang Vallen karena merasa masih butuh penjelasan dari sang pujaan hatinya.Sementara itu, para koki dan pelayan kembali melanjutkan pekerjaannya di bawah arahan dan pantauan dari bibi Jane. Bibi Jane memang hanya bertugas sebagai pengawas para pekerja di rumah itu semenjak ia sudah tidak lagi kuat untuk beraktifitas seperti biasa. Morgan menaikkan jabatannya karena memang sejak dulu pun Morgan tidak memberikan pekerjaan yang rumit untuk bibi Jane.“Sayang … tunggu aku! Apa ini semua?” tanya Morgan yang terus mengikut Vallen.“Apa semua ini? Apa maksudmu dengan pertanyaan itu? Aku sungguh tidak mengerti!” jawba Vallen dengan kembali bertanya.“Maksudku …
“Nona Muda … apa yang sedang kau lakukan?” tanya seorang pelayan di dapur kepada Vallen.“Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya sedang ingin memasak sop iga sapi dengan tanganku sendiri,” jawab Vallen dan tetap melanjutkan pekerjaannya.“Biarkan koki saja yang memasaknya, Nona. Nanti tuan muda bisa marah besar kalau dia tahu Anda berada di dapur lagi,” ucap pelayan itu dengan sangat takut.“Kenapa dia harus marah? Aku tidak memasak untuk dirinya, dan aku memang sedang ingin memasak sendiri. Justru kalau dia melarangku, maka aku lah yang akan marah besar!” ungkap Vallen kepada pelayan itu dengan nada tinggi dan emosi.Pelayan yang mendengar ucapan Vallen itu tentu saja langsung merasa tidak berdaya. Para koki yang sejak tadi berdiri di dapur pun hanya bisa diam dan menyaksikan tangan majikannya bergerak cepat mempersiapkan segalanya. Vallen tidak terlihat seperti istri seorang yang berkuasa sama sekali. Dia sangat lihai mengerjakan pekerjaan memasaknya dan sejak tadi para koki hanya m