“Aku ingin bertemu putriku!” ucap Vallen dengan nada ketus dan seperti sedang memerintah.“Maaf, Nona! Anda tidak diperbolehkan keluar kamar tanpa izin dari tuan muda,” jawab salah seorang pelayan yang bertugas untuk melayani segala kebutuhan Vallen dan juga membantunya selalu dalam merawat dirinya.“Tapi, aku ingin keluar dan bertemu putriku!” bentak Vallen lagi dengan suara yang kasar.“Sekali lagi kami minta maaf, Nona Muda. Tuan Muda akan marah jika kami membiarkan Nona keluar tanpa izinnya. Kami bisa dipecat dan kehilangan pekerjaan ini, Nona Muda. Tolong kasihani kami,” mohon pelayan yang satunya lagi kepada Vallen.Bagaimanapun juga, Vallen bukan lah seorang wanita yang tidak memiliki hati nurani. Ia tidak mungkin membuat para pelayan itu kehilangan pekerjaan mereka hanya karena keegoisannya semata. Pada dasarnya Vallen adalah seorang perempuan yang berhati lembut.Ia tidak akan tega membuat masalah untuk orang lain dan membiarkan orang lain menderita karenanya. Jadi, Vallen ha
“Shit! Kau pembohong, Vall!” umpat Morgan sambil melempar layar monitor dengan bungkus rokok yang ada di atas meja kerjanya itu.Ia benci ketika mengingat masa lalunya yang indah bersama Vallen itu. Namun, entah mengapa akhir-akhir ini Morgan memang selalu saja sering teringat pada masa-masa percintaannya bersama Vallen dahulu. Apalagi, Vallen juga sering kali memberikan signal seperti menyuruh Morgan untuk mengenang masa-masa mereka itu.Morgan mengacak rambutnya dengan kasar dan berdiri dari kursi kebesarannya itu. Ia mengambil sebatang tembakau dan membakar ujungnya dengan korek. Ia berjalan ke arah balkon dan duduk di sebuah kursi berbentuk telur di sana.Ia memandang ke arah bawah dan terlihat suasana yang tidak pernah ia perhatikan sebelumnya. Suasana di bawah sangat indah dan menyejukkan mata. Para hewan yang ia pelihara berlarian ke sana ke mari dalam pengawasan penjaga hewan yang memang ia bayar untuk mengurus semua hewan peliharaannya itu. Padahal, ia sendiri tidak suka deng
“Pelan-pelan, Nona Muda!” panggil Leo yang baru saja menyadari bahwa yang menabraknya tadi adalah Vallen yang berlari dengan penuh semangat keluar kamar.“Cepat kejar aku kalau kau bisa, Leo!” tantang Vallen dengan setengah berteriak pada Leo.Leo tidak bisa untuk tetap tinggal diam dan mulai mengejar ketertinggalannya dari langkah Vallen. Vallen sudah jauh berlari meninggalkannya. Bahkan menuruni anak tangga pun Vallen berlari dengan tidak sabar. Leo tidak punya pilihan lain selain meluncur di pegangan anak tangga dan tepat ketika Vallen berada di anak tangga terakhir, Leo juga sudah berada di bawah.“Maaf, Nona Muda. Anda harus berhati-hati karena kondisi Kesehatan Anda sepertinya belum terlalu stabil,” ucap Leo memberikan peringatan ringan pada Vallen.“Aku sudah sembuh ketika membayangkan akan bertemu dengan putri tercintaku, Leo!” bantah Vallen dengan mulai berjalan dengan langkah yang cepat. Tidak ia hiraukan peringatan dari Leo itu.Namun, setidaknya ia sudah tidak berlari sepe
“Steve … kau pasti tau semuanya tentang gadis bernama Vallen ‘kan? Kau sudah cukup lama tinggal di pulau itu!”Morgan bertanya pada seseorang yang ia panggil dengan nama Steve di ujung teleponnya. Ia masih memantau semua tingkah laku Cleo dan Vallen di taman belakang mantion yang dapat ia pandang dari balkon kamarnya itu.Entah mengapa, Morgan baru ingat bahwa ada seorang pembunuh bayarannya yang ia tempatkan di pulau tempat di mana selama ini Vallen dan Cleo tinggal. Mungkin, karena sudah terlalu lama Morgan tidak memakai jasa pria itu sehingga ia lupa bahwa Steve ada di pulau itu.Steve pasti tahu segalanya tentang Cleo dan juga Vallen. Ia adalah seorang yang dibayar oleh Morgan dengan harga yang sangat tinggi untuk membunuh seorang Perdana Menteri yang sudah menghinanya ketika ia masih miskin dulu. Namun, tentu saja semua itu tidak mudah dan tidak selalu berjalan dengan mulus.Steve harus bersembunyi jauh dari masyarakat umum karena ia nyawanya juga tidak aman. Bak kata pepatah, se
“Bagaimana, Steve? Kau sudah mengumpulkan semua informasi yang kuminta tentang wanita itu?” tanya Morgan dengan suara bass yang mampu membuat siapapun yang mendengarnya menjadi kalang kabut karena ketakutan.“Sudah, Tuan Muda!” sahut Steve dari seberang sana.“Bagus. Kau memang bisa kuandalkan. Aku lupa kalau kau tinggal di sana, padahal wanita ini sudah beberapa bulan tinggal di istanaku,” ungkap Morgan dan sontak membuat Steve semakin terkejut.“Maksud Tuan Muda, apakah Vallen dan Cleo sekarang tinggal di sana? Bersamamu?” tanya Steve seakan tidak bisa percaya pada hal itu.“Ya, tentu saja! Ada masalah? Sepertinya kau kaget sekali, Steve!” jawab Morgan dan bertanya dengan penuh curiga atas sikap Steve padanya.“Bukan apa-apa, Tuan Muda.”“Jelaskan semuanya padaku sekarang, Steve!” titah sang tuan muda dengan suara tinggi.Meskipun Steve belum pernah bertemu secara langsung dengan Morgan, tapi Steve tidak meragukan lagi kekuasaan Morgan di kancah internasional. Baik dalam bisnisnya y
“Dia adalah papimu, Nak!” ucap Vallen yang ternyata tidak membuat Cleo maupun Leo merasa terkejut.Vallen mengatakan kalimat itu dengan suara yang sangat pelan dan nyaris tidak dapat didengar. Namun, untuk mereka yang punya kualitas pendengaran bagus seperti Cleo, dan Leo tentu saja itu masih dapat mereka dengar dengan sangat jelas.Sementara Morgan yang berada beberapa meter dari mereka, tentu saja tidak dapat mendengarnya dengan jelas. Jadi, ia tidak tahu apa yang baru saja dikatakan oleh Vallen kepada Cleo. Yang jelas sekarang Morgan merasa bahwa ia harus melepaskan Vallen dan Cleo ke mana pun mereka ingin pergi. Ia tidak ingin menahan Cleo dan Vallen lagi untuk bisa hidup dengan bahagia.“Tuan … jangan biarkan mereka pergi! Atau Anda akan menyesal nanti!” Leo memberikan peringatan kepada Morgan.“Aku akan lebih menyesal ketika mereka harus tetap tinggal di sini dengan semua kekejamanku selama ini, Leo! Lepaskan dan biarkan mereka pergi melalui pintu depan!” sahut Morgan dengan nad
Vallen membuka matanya perlahan dan pandangannya tampak samar-samar. Ia menatap langit-langit yang megah dan tentu saja ia tidak sedang bermimpi saat ini. Ia masih berada di kediaman Morgan dan mereka masih terkurung di sini.Mereka? Vallen meringis sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sangat berat. “Di-mana Cleo?” tanya Vallen terbata karena lidahnya terasa kelu.“Sayang … kau sudah sadar?” tanya Morgan yang seketika langsung mendekat mendengar suara Vallen.Tadinya, Morgan sedang tertidur sambil bersandar di kursi kayu yang ia letakkan di samping ranjang Vallen terbaring. Ia sudah menemani Vallen di sini semalaman dan karena kondisi Vallen yang terlalu lemah, ia pingsan cukup lama. Bahkan, Vallen membawa kabar besar yang diungkapkan oleh dokter yang memeriksa keadaannya kemarin.“Aku … aku ingin bertemu dengan putriku! Lepaskan aku dan biarkan kami pergi dari sinI!” pinta Vallen dengan suara lemah dan berusaha untuk tetap bisa bangkit dari ranjangnya itu.“Tenangkan dirimu,
Vallen masih dalam suasana duka dan tidak bersemangat melakukan apapun. Ia melakukan sendiri setiap proses kremasi sang putri tercinta. Tidak ada lagi yang akan berteriak memanggilnya dan mengatakan bahwa ia merindukan serta menyanyanginya.Vallen tidak akan mendengar lagi celotehan Cleo tentang keinginannya yang akan berkeliling dunia dan membawa serta sang ibu agar bisa menikmati kebebasan mereka berdua. Tidak ada lagi semua hari-hari menyenangkan penuh cinta itu bersama Cleo.Saat ini, Vallen masih duduk di tepi ranjang menatap foto Vallen yang masih ada di dalam ponselnya yang tentu saja sudah dibagikan lagi oleh Morgan. Selama ini, Morgan sudah menyita ponsel itu dan sempat berpikir untuk memusnahkannya. Untung saja itu tidak sempat terjadi dan itulah satu-satunya yang menjadi pengobat kerinduan Vallen pada sang putri tercinta.Di sana tersimpan ratusan bahkan ribuan foto serta video tentang Cleo mulai dari gadis itu lahir hingga masa-masa mereka dalam perjalanan meninggalkan pul
“Ayo, Crish! Mami sudah siap berkemas, lebih baik pergi sekarang juga. Sebelum ayahmu pulang dan membuat semua rencana kita berantakan,” ajak Diana kepada Cristian.“Sabar, Mom. Aku sedang mengerjakan sesuatu,” sahut Cristian dan masih asik dengan ponselnya.“Ayolah! Nanti saja kau urus ponselmu dan game itu! Kau selalu saja tidak pernah bisa diandalkan! Saat seperti ini pun kami masih sibuk bermain game,” ketus Diana dan tidak lupa sedikit kata umpatan pada anak laki-lakinya itu.Cristian sebenarnya hanya sedang mengulur waktu karena ia tidak ingin Diana benar-benar pergi saat ini. Cristian juga masih punya hati dan tidak tega jika harus mengorbankan nyawa ibunya demi menyelamatkan nyawa Lara. Jadi, sejak tadi dia berusaha untuk menyusun rencana agar bisa menyelamatkan Lara dan juga Diana dalam waktu bersamaan.Namun, ternyata semua itu terlalu sulit untuk bisa dia lakukan. Pada akhirnya alarm peringatan dari Morgan pun datang. Ia tidak bisa lagi mengelak saat ini untuk membawa Diana
Di kediamannya, Diana merasa takut karena ia sudah mendengar tentang dirinya yang sedang dalam pencarian Morgan. Sebenarnya, ia tidak perlu terlalu takut saat ini andai itu hanya Morgan saja. Diana memang sudah memutuskan untuk membunuh Vallen dan ia ternyata salah sasaran. Ia menduga gadis yang dibawa oleh Leo di dalam mobilnya itu adalah Vallen.Mereka melukai gadis itu dan kemudian Diana baru menyadari bahwa ternyata itu adalah Cleo – putri semata wayang Vallen dan Morgan. Namun, lagi-lagi tembakannya salah sasaran karena Leo dengan beraninya memberikan tubuhnya sebagai perisai dalam melindungi Cleo dari tembakannya yang brutal itu tadi.“Bukannya aku sudah bilang pada Mami untuk tidak lagi pernah menganggunya! Tapi kenapa Mami masih tetap tidak mau mendengarkan aku?” tanya Cristian dengan sangat geram pada Diana yang bersembunyi di dalam kamarnya.“Diam lah kau, Anak durhaka! Kau bahkan tidak bisa aku andalkan dalam semua hal ini. Padahal, aku melakukan semua ini tentu adalah demi
“Jangan bercanda, Sweety! Kau tidak bisa membohongiku dalam hal seperti ini! Leo tidak mungkin bisa terluka apalagi sampai harus dioperasi seperti itu. Dia tidak akan berani mati sebelum aku menyuruhnya untuk mati.” Morgan berkata dengan nada tidak percaya atas apa yang baru saja diucapkan oleh putrinya itu.“Kau harus memeriksanya ke sana sekarang juga!” titah Vallen yang merasa bahwa semua itu pasti lah benar adanya.“Aku akan menelponnya dulu untuk memastikan.” Morgan berkata lagi sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya dan kemdudian menekan tombol panggil di samping nama Leo.Tuuutt … tuuutt ….Tidak ada jawaban dari sana meski sudah beberapa kali Morgan mencoba untuk menghubungi Leo. Memang tidak seperti biasanya, karena Leo tidak pernah membuat Morgan menunggu meski hanya di panggilan kedua kali.Leo adalah kaki tangan kepercayaannya dan tidak pernah membuatnya kecewa selama ini. Mana mungkin Morgan membiarkan Leo pergi begitu saja tanpa pamit. Morgan mendecak kesal dan kemudian
Cleo sudah sampai dengan selamat di rumah sakit berkat perjuangan Leo dan juga pengorbanannya. Ia tidak akan pernah bisa sampai di tempat ini dan bertemu orang tuanya jika saja Leo tidak pasang badan dalam melindunginya dari tembakan orang tidak dikenal saat dalam perjalanan tadi.Saat sampai di rumah sakit, Morgan segera memeluk putrinya itu dengan rasa bahagia dan haru. Meski tetap saja awalnya ia mendapatkan penolakan dari Cleo dan itu tidak mengapa bagi Morgan. Ia mengerti karena Cleo masih dalam keadaan marah padanya perihal kondisi Vallen saat ini.“Tuan … maafkan aku kalau tidak bisa menjaganya dengan maksimal. Nona kecil terluka di lengannya karena pecahan kaca mobil,” ucap Leo saat menghantarkan Cleo ke dalam ruangan perawatan Vallen.“Kau! Kenapa bisa putriku terluka?” tanya Morgan dengan marah dan melayangkan satu pukulan keras pada perut Leo.“Daddy! Stop! Paman Leo sedang terluka!” teriak Cleo dengan sangat keras dan membuat rencana hantaman Morgan terhenti.“Itu sudah me
“Sayang … kapan kau akan bangun? Sudah empat jam kau belum juga membuka mata. Apa kau memang tidak ingin lagi bertemu denganku? Bagaimana dengan kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Apa kau sama sekali tidak ingin menunggunya datang? Dia pasti akan sangat sedih jika kau tidak menyambut kedatangannya nanti,” ungkap Morgan dengan untaian pertanyaan yang ia lemparkan kepada Vallen.Tubuh wanita itu masih tergelatak di atas ranjang rumah sakit dan belum ada tanda-tanda dia merespon setiap yang dikatakan oleh Morgan. Sejak Morgan menemaninya di dalam ruangan ini, tidak sebentar pun Morgan berhenti mengajak berbicara.Ia masih terus berharap bahwa Vallen bisa membuka matanya sebelum Cleo datang. Ia tahu bahwa Cleo akan mencecarnya dengan makian nanti karena sudah membuat Vallen seperti sekarang ini. Cleo sudah terlalu lama memendam rasa rindunya kepada Vallen. Namun, sekarang ketika mereka akan bertemu kejadian tak terduga ini terjadi.“Selamat siang, Tuan Muda. Kami ingin memeriksa k
Tiga jam sudah berlalu sejak Vallen berada di ruang perawatan dengan semua jenis alat medis yang menempel pada tubuhnya. Morgan merasa sangat teriris ketika melihat hal itu dan dia bahkan terus menangis menyalahkan dirinya.Sesekali ia akan mengelus perut buncit Vallen dan kemudian mengecupnya dengan sangat lembut. Vallen sudah melewati masa-masa kriti, tapi masih dalam masa observasi karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk ia bisa kembali sadar dari pingsannya.“Sayang … buka matamu sekarang. Apa kau tidak ingin melihat kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Aku rasa, sudah waktunya kau untuk tahu hal itu dan maafkan aku jika selama ini harus membuatmu menderita. Semua itu demi kebaikan dirimu dan juga putri kita – Cleo!” ungkap Morgan dengan suara yang sangat lembut seperti berbisik kepada Vallen yang masih memejamkan matanya.Morgan mengeluarkan ponselnya dan kemudian menghubungi Leo yang tadi ia perintahkan untuk menjemput seseorang dan sampai saat ini belum juga sampai
Di dalam kamarnya, Vallen masih terisak ketika ia tidak bisa membayangkan hal menyakitkan itu terjadi dalam hidupnya. Lagi … ia disakiti oleh pria yang dicintainya. Dan kali ini benar-benar sudah tidak bisa untuk ia maafkan. Vallen tidak akan pernah memberikan kesempatan pada seseorang yang sudah berkhianat darinya. Ia tidak ingin terlihat rendah dengan memberikan maaf lalu menerimanya, seolah tidak ada yang pernah terjadi dalam hubungan mereka sebelumnya.Ia menghapus sisa-sisa air matanya yang kini menyisahkan sesenggukan dan juga isakan tidak bersuara. Ia mencoba kuat dan tegar dengan semua yang sudah terjadi. Vallen merasa bahwa semua ini memang sudah tidak bisa lagi untuk diperbaiki.“Baik. Aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani menyakitiku. Aku tidak akan pernah tinggal diam dengan semua ini,” gumam Vallen dengan penuh tekad.Sementara itu, dia mengambil ponselnya dan melihat tidak ada hal yang perlu ia khawatirkan lagi sekarang. Vallen berpikir keras seolah sedang meng
“Sayang … ada apa denganmu? Apa yang terjadi sampai kau berkata dan bersikap kasar padaku?” tanya Morgan heran kepada Vallen.Namun, wanita mengandung itu memilih berjalan meninggalkan Morgan yang menatapnya dengan heran dan juga bingung. Ia tidak mengerti sama sekali di mana letak kesalahannya pada Vallen kali ini. Ia mengekor di belakang Vallen karena merasa masih butuh penjelasan dari sang pujaan hatinya.Sementara itu, para koki dan pelayan kembali melanjutkan pekerjaannya di bawah arahan dan pantauan dari bibi Jane. Bibi Jane memang hanya bertugas sebagai pengawas para pekerja di rumah itu semenjak ia sudah tidak lagi kuat untuk beraktifitas seperti biasa. Morgan menaikkan jabatannya karena memang sejak dulu pun Morgan tidak memberikan pekerjaan yang rumit untuk bibi Jane.“Sayang … tunggu aku! Apa ini semua?” tanya Morgan yang terus mengikut Vallen.“Apa semua ini? Apa maksudmu dengan pertanyaan itu? Aku sungguh tidak mengerti!” jawba Vallen dengan kembali bertanya.“Maksudku …
“Nona Muda … apa yang sedang kau lakukan?” tanya seorang pelayan di dapur kepada Vallen.“Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya sedang ingin memasak sop iga sapi dengan tanganku sendiri,” jawab Vallen dan tetap melanjutkan pekerjaannya.“Biarkan koki saja yang memasaknya, Nona. Nanti tuan muda bisa marah besar kalau dia tahu Anda berada di dapur lagi,” ucap pelayan itu dengan sangat takut.“Kenapa dia harus marah? Aku tidak memasak untuk dirinya, dan aku memang sedang ingin memasak sendiri. Justru kalau dia melarangku, maka aku lah yang akan marah besar!” ungkap Vallen kepada pelayan itu dengan nada tinggi dan emosi.Pelayan yang mendengar ucapan Vallen itu tentu saja langsung merasa tidak berdaya. Para koki yang sejak tadi berdiri di dapur pun hanya bisa diam dan menyaksikan tangan majikannya bergerak cepat mempersiapkan segalanya. Vallen tidak terlihat seperti istri seorang yang berkuasa sama sekali. Dia sangat lihai mengerjakan pekerjaan memasaknya dan sejak tadi para koki hanya m