"Maaf, Nona. Aku tidak sungguh tidak melihatmu. Aku sedang terburu-buru, jadi berjalan cepat." Wanita di depan Aileen kembali memita maaf ketika melihatnya tertegun di tempat seraya menatapnya. "Maaf, aku harus pergi." Wanita terlihat menoleh ke belakang dan bergegas pergi dari sana. Ketika Aileen tersadar, wanita itu sudah berlalu dari hadapannya. "Jackson," gumam Aileen lirih saat melihat wainta yang mirip dengan Tiffany menaiki mobil terparkir tidak jauh dari sana. Mobil itu berapa kali di pakai oleh Jackson ketika bertemu dengannya. Mobil itu juga yang pernah dia pakai ketika dia menolong Jackson dari pengejaran reporter ketika berada di rumah sakit. Mobil itu mudah dikenali karena termasuk mobil mahal yang tidak banyak dimiliki oleh orang lain. "Apa dia mengenal Tiffany Su?" Aileen kembali termenung. Bisa jadi mereka saling mengenal, mengingat mereka berasal dari dunia yang sama, tapi jika wanita yang menabraknya tadi Tiffany Su. Lalu, siapa wanita yang sejak tadi sedang
"Kenapa wajahmu seperti itu?" Christian menatap heran pada Aileen ketika melihatnya wajah lesu Aileen saat dia memasuki ruangannya. "Tidak ada apa-apa." Aileen meletakkan tasnya di atas meja, lalu duduk bersandar di sofa dengan kepala menengadah ke atas. Wajahnya terlihat sangat lelah. "Jika ada masalah, katakan padaku. Mungkin saja aku bisa membantumu." Setelah mendengar itu, Aileen mengangkat kepala, kemudian menegakkan punggung. "Hanya masalah kecil. Aku bisa mengatasinya." Selain itu, dia tidak mau memusingkan Christian dengan masalah pekerjaannya. Menceritakan pada Christian tentang Tiffany, sama saja dia menambah beban pria itu. Lagi pula, Christian tidak mengenalnya. Bagaimana pria itu bisa membantunya. Saat ini hanya ada satu orang yang bisa membantunya. Jackson ... pria itu pasti bisa membantunya bertemu dengan Tiffany Su jika seandainya yang dia lihat tadi benar pria itu. Jackson secara pribadi menjemput Tiffany di bandara, berarti hubungan mereka dekat. Karena sekaran
"Apa kau sudah menunggu lama?" tanya Aileen setelah duduk di sebrang Jackson."Tidak. Aku baru saja tiba."Pagi tadi, Aileen menghubungi Jackson dan mengajaknya untuk bertemu di restoran tertutup tidak jauh dari kantor Aileen. Mereka janji bertemu siang hari setelah Aileen menyelesaikan pekerjaannya. Pertemuannya dengan Jackson, sengaja Aileen rahasiakan dari Christian. Bukan dirahasiakan sebenarnya, hanya dia tidak memberitahu Christian kalau dia akan bertemu dengan Jackson. "Pesan dulu, baru kita bicara."Aileen mengangguk, kemudian memilih minuman serta makan ringan. Setelah semua pesanan keduanya tiba, mereka pun mulai mengobrol dengan santai. Jackson pun langsung menanyakan maksud dari Aileen mengajaknya bertemu."Maaf, karena sudah mengganggu waktumu," ucap Aileen dengan senyuman kakunya. "Sebenarnya, aku ingin meminta tolong padamu."Ketika mendengar itu, sudut bibir Jackson melengkung, membentuk senyuman tipis di bibir pria yang banyak digilai oleh wanita di kota Imperial it
"Christian, maaf nanti aku tidak bisa menjemput dan mengantarmu pulang. Aku ada pekerjaan penting dan kemungkinan akan pulang larut malam." Hari ini, rencana Christian akan keluar dari rumah sakit. Aileen memiliki jadwal yang sangat padat, pagi harinya, dia akan bekerja sampai siang dan akan bertemu dengan orang tua Jackson pada malam hari. Dia sudah menyetujui syarat dari Jackson, jadi malam ini dia akan makan malam bersama dengan orang tua pria itu. Sengaja Aileen tidak memberitahu Christian hal itu karena tahu suaminya itu tidak akan mengizinkannya bertemu dengan Jackson. Apalagi, sampai berpura-pura menjadi kekasih pria itu. Semalam, Aileen sempat membahas mengenai Jackson. Dia meminta izin pada Christian agar diperbolehkan bertemu pria itu sekali lagi untuk membahas pekerjaan, namun langsung ditolak olehnya. "Pekerjaan penting apa?" tanya Christian dengan tatapan menyelidik. "Bukan untuk bertemu dengan Jackson, bukan?" Wajah seketika Aileen menegang. Namun, secepatnya kila
"Nona Tiffany. Terima kasih untuk wawancaranya hari ini," ucap Aileen setelah sesi wawancara selesai. "Sebelum saya terbitkan di media online dan cetak, saya akan mengirimkan terlebih dahulu hasil editingnya apa manager Anda nanti. Jika Nona Tiffany tidak keberatan dengan hal itu, maka baru kami rilis."Tiffany tersenyum seraya mengangguk ringan. "Baiklah.""Kalau begitu kami pergi dulu. Terima kasih untuk waktunya. Lain kali, aku akan mentraktirmu makan," ucap Jackson."Hanya makan saja?" gurau Tiffany."Terserah kau mau apa. Akan aku turuti semua kemauanmu.""Aku hanya bercanda." Tiffany kembali tersenyum. "Nona Aileen, kau beruntung memiliki kekasih seperti Jackson. Dia pria yang setia dan juga baik hati. Aku sangat iri padamu, bisa dicintai oleh pria sepertinya.""Tapi, dia bukan—"Belum usai Aileen berbicara, Jackson sudah lebih dulu menyela, "Sayang, kita harus segera pergi."Jackson segera menarik Aileen keluar dari ruangan itu sebelum Aileen sempat berpamitan pada Tiffany. Sem
"Kita bertemu dengan orang tuamu di sini?" tanya Aileen ketika mereka berhenti di depan hotel tempat mereka akan makan malam nanti. "Ya," jawab Jackson seraya mengangguk. "Orang tuaku menginap di hotel ini Jadi, kita akan makan malam di sini." Aileen menatap hotel di depannya dengan wajah ragu. Entah mengapa, perasaannya tidak enak sejak dia dalam perjalanan menuju tempat mereka akan makan malam. "Orang tuamu tidak berasal dari sini?" "Kami dulu berasal dari sini, tapi kemudian keluargaku pindah ke Mezzura. Mereka sedang ada pekerjaan di kota ini. Jadi, sekalian ingin melihatku." Aileen baru tahu itu. Kehidupan pribadi Jackson tidak pernah terekspos ke media. Jadi, dia tidak tahu apa-apa tentang pria itu. Meskipun Aileen seorang reporter. Namun, dia bukanlah reporter dunia hiburan. Baru belakangan ini, atasannya itu memberikan pekerjaan yang berhubungan dengan dunia hiburan. Sebelumnya, Aileen pernah menjadi reporter bagian kriminal dan politik. Jadi, dia tidak tahu perkembangan
"Istri?""Ya. Aileen adalah istri Kakak Li. Dengan kata lain, Aileen adalah Nyonya Muda dari keluarga Li. Apa kau tidak tahu itu?""Tapi, Aileen tidak pernah mengatakan kalau dia sudah menikah."Selain itu, Jackson pernah bertanya pada atasan Aileen dan atasannya itu mengatakan kalau Aileen belum menikah. Bahkan, rekan kantornya tidak pernah melihat Aileen memiliki kekasih."Jackson kau bukan orang bodoh. Seharusnya kau selidiki dulu indentitas wanita yang ingin kau dekati," sahut Daniel."Tidak perlu menjelaskan apa pun padanya, Daniel." Christian kemudian beralih pada Jackson. "Mulai sekarang, jauhi istriku."Setelah mengatakan itu, Christian menarik tangan Aileen dan pergi dari sana. Daniel pun mengikuti dari belakang.Ketika melihat Jackson akan menyusul Christian Li, Ken berserta beberapa pengawal menghadang langkahya."Tuan Jackson, sebaiknya jangan mencari masalah dengan Tuan Muda. Kau pasti tidak ingin keluarga Li dan keluarga Martin bermusuhan, bukan?" ujar Asisten Christian
Aileen langsung meringis saat menggerakkan tubuhnya ketika terbangun di pagi hari. Sekujur tubuhnya terasa sakit, seluruh persendiannya seperti terlepas dari tempatnya, membuatnya tidak memiliki tenaga untuk sekedar bergerak. Tubuhnya terasa sangat lemas dan lelah. Itu semua karena ulah Christian semalam hingga membuatnya seperti itu. Bagaimana tidak, Christian menghukumnya tanpa ampun. Pria itu seperti tidak mengenal lelah dan terus menghajarnya. Bahkan dia tidak tahu kapan suaminya itu berhenti. Dia tidak ingat lagi apa yang terjadi padanya setelah beberapa jam berlalu. Christian sungguh meluapkan semua kemarahannya dengan cara itu dan tidak memberikannya waktu sekedar istirahat. Mungkin karena Christian semalam dipengaruhi oleh alkohol, itu sebabnya dia tidak bisa mengendalikan dirinya. Tidak terlihat sama sekali kalau dia pernah lumpuh selama dua tahun. Tenanganya seperti tidak ada habisnya. Sebelum menutup matanya, Aileen sempat samar-samar mendengar Christian membisikkan sesuat
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J