Lagi-lagi, rencana untuk bertemu Liyana harus kembali tertunda. Arya pun meluapkan kekesalannya kepada semua karyawan yang ada. Satu persatu karyawan mulai di intogerasi. Rupanya karyawan yanv satu ini cukup pintar hingga ia nyaris saja bisa lolos dari Arya.Namun, bukan Arya Bagaskara namanya kalau ia berhasil di kelabui oleh karyawannya sendiri. Dengan matanya yang jeli Arya bisa dengan tepat mendapatkan tersangkanya.Tanpa terasa hari sudah sore dan matahari sudah mulai terbenam. Mengurus satu masalah dengan kekesalan yang double cukup menyita waktu serta menguras tenaga Arya.Setelah semua urusan di cabang toko selesai, Arya pun berniat melanjutkan tujuannya yang sempat tertunda. Lagi dan lagi Arya terjebak dalam kemacetan. Di lihatnya waktu pada benda yang melingkar di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul tujuh malam.Jika Arya terus melanjutkan perjalanan menuju rumah orangtua Liyana, mungkin akan keburu larut. Dengan terpaksa Arya pun membatalkan tujuan awalnya. Terjebak da
Kembali Arya mengemudikan mobilnya, meninggalkan rumah sederhana yang akan kembali ia datangi.Arya melanjutkan kembali perjalanan dengan diam menuju kediamannya. Sudah dua kali Arya gagal menemui Liyana. Besok, Arya tak ingin gagal lagi untuk yang ke tiga kalinya.Sampai di rumah segera Arya memerintahkan seseorang untuk mengawasi keadaan sekitar rumah orangtua Liyana, dan menyuruhnya memberi kabar jika Liyana sudah berada di rumahnya. Sedikit lega Arya rasa, esok hari Arya yakin ia pasti akan dapat bertemu dengan Liyana. Kembali Arya mengecek ponselnya, menanyakan Liyana sudah kembali ke rumahnya atau belum kepada pria yang di utusnya.Jawaban pria itu pun membuat Arya tidak bisa duduk dengan tenang."Belum Tuan" itulah laporan yang baru saja Arya terima.-----‐Lama bercerita, tak terasa waktu sudah siang. Liyana meraih tas dari atas meja mengiyakan ajakan Tiara untuk pulang. Padahal, Liyana masih ingin melepas rindu bersama sahabatnya."Abis ini kamu mau kemana Li?" Tanya Tiara.
Dan.....Ceklek.Perlahan pintu mulai terbuka. Liyana menautkan alisnya, saat pemandangan yang di lihatnya terasa tidak biasa. Tampak seseorang dengan buket mawar besar menutup wajahnya. Awalnya Liyana bersikap tak perduli, sampai sedetik kemudian Liyana menyadari sesuatu. Deg! Seketika detak jantung Liyana terasa berhenti. Mimpi..Ya, buket bunga yang di pegang pria di balik pintu rumahnya sekaligus menutupi wajahnya itu sama persis dengan buket bunga yang Arya bawa dalam mimpinya. Dimana dalam mimpi tersebut Arya datang untuk menemuinya.Namun, Liyana kembali di hinggapi perasaan takut. Takut kalau ternyata semua yang kini sedang dialaminya hanyalah sebuah mimpi yang kembali hadir menemani tidur yang tak pernah lelap.Liyana mencoba menepis kehadiran pria yang jelas-jelas sedang berdiri tegap dengan wajah tampannya. Berdiri berhadapan hanya menyisakan beberapa jarak saja. Namun, beberapa kali Liyana mengucek matanya, pria itu tetap berdiri kokoh di tempatnya.Debaran pada dada Li
"Anak bapak, Liyana yang telah membawa saya ke sini pak." Ucap Arya.Liyana pun membeliak mendengar jawaban Arya, Liyana yang masih terdiam menatap arya penuh tanda tanya.Bapaknya Liyana pun meminta waktu untuk berbicara empat mata. Arya pun mengikuti langkah bapak Liyana yang sudah lebih dulu berjalan menuju teras."Bisa kita bicara sebentar?" Ucap bapak Liyana terhadap Arya."Tentu" Arya pun dengan yakin mengiyakan permintaan bapaknya Liyana. Lantas bangkit dari duduknya, berjalan mengikuti langkah bapak Liyana yang sudah lebih dulu menuju teras.Bergeming, bapak Liyana menatap Arya penuh penekanan. Sebagai seorang bapak tentu laki-laki yang sudah tidak lagi muda itu tidak ingin anaknya kembali melakukan kesalahan. Bapak Liyana seperti sudah paham akan maksud dari kedatangan mantan menantunya itu."Apa Tuan bersungguh-sungguh?" Tanya bapak Liyana."Jangan panggil saya Tuan pak, panggil Arya saja." Sambung Arya sebelum menjawab pertanyaan dari bapak Liyana."Seperti yang bapak ketah
Liyana tak ingin menunda-nunda waktu lagi. Dengan semangat empat lima Liyana pun mulai mengatakan isi hatinya kepada Arya. Walau tak tahu harus di mulai dari mana, Liyana mencoba membuka mulutnya, mencoba untuk mengucapkan kata demi kata yang ada dalam benaknya.Kedatangan Arya seakan langsung menghisap habis energi Liyana dalam pandangan pertama ia kembali melihat Arya setelah hampir dua bulan. Awalnya, Liyana pikir ia akan bisa langsung mengungkapkan semua perasaannya selama ini tatkala bertemu Arya. Nyatanya, kini bibirnya masih saja kaku, Liyana masih belum bisa mengucapkan kata-kata yang sudah ia siapkan dalam benaknya.Liyana memberanikan diri menatap wajah Arya yang kini ada dihadapannya. Tak menyangka, tuhan akan mempermudah jalannya. Liyana kini merasa sangat sangat bahagia. Pun dengan Arya yang kini berada di depan Liyana merasa bahagia bisa melihat Liyana tersenyum, terlebih senyum itu muncul karena kedatangannya.Jantung Arya berdegup kencang. Pertama kali dalam hidupnya,
"Liyana, bersediakah kamu kembali menjadi istriku? Dan bisakah kita memulai kembali hubungan yang sempat berakhir?" Ucap Arya, memberi pertanyaan bermaksud mengajak rujuk Liyana.Liyana pun mengangguk pelan seraya berkata " tentu Mas, aku bersedia." Jawaban Liyana itupun seolah menjadi kunci dibukanya pintu kebersamaan mereka kembali.Arya pun kembali melanjutkan niatnya untuk mengajak rujuk Liyana. "Liyana, Mas ingin rujuk kembali denganmu ! Mau kah kamu kembali menjadi istriku?" Liyana pun menganggukkan kepalanya pertanda ajakan rujuk Arya telah Liyana terima. Akhirnya Arya dan Liyana pun kembali rujuk di hadapan saksi yang menyaksikan kebahagiaannya."Terima kasih." Ucap Arya. "Mulai hari ini aku tak akan melewatkan hari tanpamu Li, aku sangat merindukanmu, aku ingin kamu menjadi milikku sepenuhnya." Bisik Arya ditelinga Liyana, di barengi dengan matanya yang membola Liyana tersenyum lega menampakkan pipi yang memerah karena tersipu.Sementara bapak dan ibu Liyana pun ikut bahagi
Di tengah perjalanan, Arya tak langsung membawa Liyana menuju kediamannya. Arya justru membelokkan arah mobilnya. Membawa Liyana menuju sebuah butik. Liyana masih duduk terdiam di kursi mobilnya, sementara Arya sudah bersiap untuk keluar dari dalam mobilnya."Ayo Li, kita turun." Ajak Arya. Mendengar ajakan Arya, Liyana pun segera melepaskan sabuk pengaman, perlahan mulai membuka pintu untuk keluar dari dalam mobil mewah Arya. Sejujurnya, Liyana masih bingung kenapa suaminya malah membawanya kesebuah butik. Padahal, Arya sebelumnya mengajak Liyana untuk kembali ke rumahnya.Tak mau ambil pusing, Liyana pun berjalan mengikuti Arya. Melihat Liyana yang berjalan di belakangnya, Arya pun menghentikan langkahnya. Setelah Liyana berdiri sejajar dengannya, Arya meraih tangan Liyana dan menggandengnya masuk ke dalam butik bersama. Apa yang Arya lakukan membuat Liyana tercengang, Liyana pun kembali berjalan menemani Arya disampingnya. Ini adalah kali pertama Liyana berjalan berdampingan de
"Iya, kamu adalah istriku. Jadi, mulai malam ini kita akan tidur dalam satu kamar yang sama." Jelas Arya.Meski merasa terkejut dengan ucapan Arya Liyana pun menurut. Liyana kemudian memutar balik badannya dan melangkah menuju kamar Arya yang mulai malam ini akan menjadi kamarnya juga.Kini Liyana berada di depan pintu kamar Arya, Liyana mulai memegang handle pintu. Namun, sebelum pintu berhasil di buka Arya terlebih dahulu menutup kedua mata Liyana menggunakan telapak tangannya. "Kenapa matanya di tutup Mas?" Tanya Liyana penasaran."Gak papa Li. Sekarang kamu buka dulu pintunya, aku hitung sampai tiga nanti baru kamu buka mata." Pinta Arya."Bikin penasaran aja deh Mas." Ucap Liyana, kemudian mengangguk mengiyakan permintaan Arya.Saat hitungan ke tiga Liyana pun mulai membuka matanya, sesuai dengan apa yang Arya katakan. Dengan pandangan yang masih sayup-sayup Liyana pun menganga, tak percaya dengan apa yang di lihatnya di dalam kamar Arya yang kini telah menjadi kamarnya juga.T
Kebahagiaan terpancar dari wajah Arya, Liyana juga putranya Azka. Sebuah keluarga kecil yang terlihat sempurna, keluarga yang penuh dengan kasih sayang membuat semua orang yang melihat kehangatan keluarga kecil Arya akan di rasuki rasa iri.Pagi ini jadi terasa lebih indah dan cerah dari biasanya. Benar-benar sangat berbeda. Lebih menyenangkan dari biasanya, sejak aktifitas yang Liyana dan Arya lakukan semalam sampai pagi tadi senyum bahagia terus terpancar dari wajah kedua pasangan yang kini telah menjadi orangtua. Padahal, aktifitas malam itu bukanlah yang pertama bagi Arya dan Liyana. Namun, entah mengapa kegiatan semalam terasa berbeda.Arya memandangi Liyana begitu dalam, Liyana adalah perempuan yang berhasil membuat Arya begitu mencintainya. Terlebih, Liyana kini sudah memberinya seorang putra berhasil membuat Arya menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Membuat Arya semakin menyayangi serta mencintai dua makhluk yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Arya dan Liyana saling menjaga
Sudah hampir satu jam Liyana berada di dalam kamar mandi. Arya yang sedari tadi sudah menunggu begitu merasa tidak sabar, di tambah dengan buah hatinya Azka yang takut keburu bangun membuat Arya semakin risau menunggu.Semenjak adanya baby Azka, Liyana dan Arya harus pandai mengatur waktu untuk kegiatan suami istrinya. Bagi Arya dan Liyana tak perduli pagi, siang, sore atau pun malam, jika kesempatan sudah ada di depan mata maka mereka akan memanfaatkannya kesempatan itu untuk kegiatan mereka.Liyana keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Arya yang sudah menunggu dengan sabar segera menghampiri Liyana. Arya tak memberi Liyana kesempatan untuk sekedar mengeringkan tubuhnya dulu.Arya melepaskan handuk yang sempat menutupi tubuh Liyana dengan cepat. Kini, keduanya sudah berada di atas ranjang bersiap untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, saat Arya baru akan memulainya tiba-tiba terdengar suara putranya Azka dari luar pintu memanggil ibuny
Baik Liyana maupun Arya, tak pernah sekalipun menolak keinginan Azka. Azka tumbuh dengan kasih sayang serta cinta yang tak pernah kurang dari kedua orangtuanya.Keesokan paginya, Azka bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat menggebu Azka berlari menuju kamar kedua orangtuanya.Tok tok tok..!Azka mengetuk pintu kamar orangtuanya. Liyana melangkah untuk membukakan pintu. "Ceklek" pintu mulai terbuka, Azka sudah menerobos masuk tanpa menunggu pintu terbuka lebar."Pa, bu, ayo kita berangkat sekarang !" Pinta Azka yang sudah tidak sabaran.Liyana dan Arya saling memandang, Arya bangkit dari duduknya menghampiri sang anak. "Kita sarapan dulu ya ! Habis itu baru berangkat." Ucap Arya."Siap pa, ayo !" Sambung Azka kemudian menarik tangan Arya menuju meja makan. Azka menyantap sarapan dengan lahapnya. Tak butuh waktu lama Azka telah selesai menghabiskan satu piring nasi goreng sarapannya. Melihat begitu semangat sang buah hati, Arya pun bergegas bangkit dari kursi tempat duduknya
Bagi Liyana dan Arya keluarga adalah segalanya, di mana mereka adalah pusat kehidupan dan tempat dimana Liyana dan Arya bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian semaksimal mungkin.Kehadiran buah hati baby Azka di tengah-tengah Liyana dan Arya menjadi pelengkap dan sumber kebahagiaan bagi Liyana dan Arya. Senyuman serta tawa cerianya membuat kehidupan Liyana dan sang suami semakin bertambah indah. Baby Azka mampu membuat Liyana dan Arya mempunyai arti dan tujuan hidup yang lebih terarah.Bersama Liyana dan baby Azka, Arya dapat memahami banyak hal. Salah satunya menemukan bahwa kebahagiaan itu sederhana dan mudah di raih. Arya hanya perlu menghabiskan waktu bersama Liyana juga baby Azka, berbagi cerita serta bercanda dan tertawa. Kebersamaan dan saling memiliki di antara Arya, Liyana dan baby Azka membuat setiap momen menjadi lebih indah dan berkesan. Karena kebahagiaan tak selalu tentang harta, dapat menikmati dan menghabiskan waktu bersama pun dapat menjadi kebahagiaan yang sempu
Hari berganti hari, tak terasa kini baby Azka sudah banyak menunjukkan perkembangannya. Bagi Liyana juga Arya, dapat menyaksikan tumbuh kembang sang buah hati merupakan sebuah momen yang sangat menakjubkan. Berbagai hal telah di lewati bersama, dimana suka dan cita menjadi satu dan mampu mempererat hubungan ketiganya.Rasanya, tak ada hal yang paling membahagiakan bagi Liyana dan Arya saat ini kecuali melihat buah hatinya mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya. Terhitung sejak saat baby Azka lahir ke dunia dan kini bayi mungil dengan wajah tampan itu telah tumbuh dengan pesat.Dimana saat dulu baby Azka belum bisa menopang tubuhnya sendiri, kini baby Azka sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya meski masih kesulitan. Tak terasa baby Azka kini sudah berusia empat bulan, dan baby Azka kini sudah mulai bisa tengkurap sendiri bahkan sudah bisa di ajak bermain cilukba. Sungguh ini merupakan momen yang sangat berharga bagi Liyana dan Arya.Buah hatinya begitu menggemaskan, Arya seakan tida
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa atas kelahiran baby Azka ke dunia, Arya dan Liyana berencana akan menggelar aqiqah. Hari ini di kediaman Arya dan Liyana akan mengadakan acara Aqiqah untuk putra pertama mereka Azka yang sudah berusia empat puluh hari. Selain mengundang beberapa kolega, Arya dan Liyana juga mengundang ratusan anak yatim piatu dari beberapa panti asuhan yang tersebar di kota jakarta. Acara Aqiqah baby Azka di isi dengan ceramah ustadz, rebana serta nyanyian nasyid yang di bawakan oleh bintang tamu yang sengaja di undang oleh Arya. Tak hanya tamu undangan Arya, beberapa keluarga dan tak ketinggalan sahabat Liyana yaitu Tiara pun turut hadir dalam acara Aqiqah ini.Sejak acara Aqiqah berlangsung, putra kecil Arya dan Liyana yang di beri nama baby Azka tertidur lelap di dalam pangkuan sang ibu Liyana. Walau pun suasana cukup berisik, jagoan kecil itu terus tertidur dengan tenang, seakan tidak terusik oleh keadaan di sekelilingnya. Tentu saja pemand
Selama empat hari berada di rumah sakit, Mas Arya selalu mendampingiku. Tak pernah sehari pun Mas Arya absen untuk menemani masa pemulihanku juga tak pernah absen untuk melihat perkembangan Arya junior di dalam kamar bayi. Kamar Liyana dan kamar bayinya sengaja di pisahkan, itu pun hanya terhalang pintu saja.Sebenarnya, Liyana merasa belum siap sepenuhnya untuk menjadi seorang ibu. Walau dari jauh-jauh hari Liyana sudah mempersiapkan diri, nyatanya saat sang bayi sudah lahir ke dunia Liyana masih merasakan kekhawatiran dalam hatinya. Liyana khawatir kalau dirinya tidak akan bisa menjadi ibu yang baik, khawatir jika dirinya tidak bisa menjaga sang buah hati dengan baik. Khawatir jika suaminya Arya akan lebih mencintai bayinya dan malah mengabaikannya.Tapi, kekhawatiran Liyana kini telah sirna karena perhatian yang Mas Arya berikan selama empat hari ini. Nyatanya, Mas Arya kini lebih mencintai Liyana dan sama sekali tak pernah mengabaikan Liyana. Rasa cinta Arya terhadap Liyana justru
"Mas,,, sakit banget." Ucap Liyana, seraya mencengkeram erat jemari tangan Arya. Arya memeluk tubuh Liyana, menggenggam jemari Liyana yang terasa sangat dingin bahkan wajahnya semakin pucat.Hati Arya terasa hancur, melihat keadaan Liyana yang seperti saat ini membuat Arya menjadi sedih. Arya tak tega dan sampai hati melihat Liyana meringis menahan sakit. Andai saja Arya bisa menggantikan posisi Liyana, Arya akan sangat siap menanggung rasa sakitnya. Andai bisa berbagi kesakitan, Arya tentu dengan senang hati mau melakukannya. Dalam keadaan yang seperti ini, Arya harus bisa berpikir tenang. Arya menghirup napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan. Berkali-kali Arya melakukannya untuk memasukkan oksigen yang banyak ke otaknya.Sedetik kemudian Arya baru menyadari kalau dirinya belum memberitahu dokter akan kedatangannya ke rumah sakit hari ini. Gegas Arya mengambil ponsel dari dalam saku celananya, mencari nomor dokter dalam daftar panggilannya.Setelah ketemu, Arya pun langsung m
Tak terasa persalinan Liyana tinggal menghitung hari. Kontraksi juga sering Liyana rasakan sejak kehamilannya memasuki usia sembilan bulan. Walaupun hanya kontraksi kecil yang dirasakan Liyana tetapi lambat laun kontraksi itu semakin sering dan efek sakitnya pun semakin terasa. Seperti yang Liyana rasakan beberapa hari lalu, dan setelah di periksa ternyata hanya kontraksi palsu.Sedangkan, calon papa siaga bernama Arya Bagaskara itu sudah berjaga-jaga sejak kontraksi palsu yang Liyana rasakan. Arya memilih mengerjakan pekerjaan di rumah. Kalau pun ada meeting, Arya lebih memilih untuk di wakilkan asisten atau sekretarisnya. Terkadang, sekretarisnya harus bolak-balik dari kantor ke rumah Bosnya Arya untuk menyerahkan dokumen yang harus Arya tandatangani. Tentunya sekretarisnya itu mendapatkan bonus gaji pokok selama Arya bekerja di rumah. Arya benar-benar menjadi suami siaga yang selalu menemani Liyana istri kecilnya yang kini sedang membawa calon anak mereka ( Arya junior ) di dalam