Dengan langkah gontai Liyana mulai memasuki jalan gang menuju kediaman orangtuanya. Langkah kakinya seolah sudah tak terasa menyentuh tanah, semua karena pikiran Liyana yang entah ada dimana. Raga Liyana sudah sampai di kediaman orangtuanya. Namun, jiwa, hati dan pikirannya melambung entah kemana. Seolah terhipnotis, pikiran Liyana masih terus berkelana mencari-cari Arya. Liyana pikir bercerai dengan Arya adalah hal yang paling menyakitkan. Tapi nyatanya, kini ia jauh merasa lebih tersakiti. Saat benci dan cinta menjadi satu, itu sungguh menyakitkan bahkan menyesakkan. Luka sedalam cinta. Makin dalam sakit yang Liyana rasa, makin dalam rasa cinta untuk Arya.Arya sudah mengetahui tentang kabar Liyana yang gencar mencarinya. Kabar yang berhembus dengan kencang itu telah sampai pada telinga Arya. Arya kini sedang berada di sebuah kota. Tepatnya di kota Kalimantan. Ada rasa senang yang Arya rasakan dalam hatinya, tatkala ia mendengar kabar Liyana tersebut. Arya merasa begitu penting ba
Dalam penerbangan menuju jakarta pikiran Arya terus berfokus kepada Liyana seorang. Mungkin jiwa Arya masih dalam perjalanan, akan tetapi pikirannya sudah sampai di rumah orangtua Liyana.Bayangan Liyana tak hentinya menemani Arya sepanjang perjalanan. Rasa bahagia Arya rasakan di sepanjang perjalanan. Rasa tak sabar ingin segera bertemu sang gadis pujaan. Andai bisa ia menghilang, ingin rasanya Arya menghilang dan langsung berada di depan Liyana.*Kilas Balik Sebelum Arya Terbang Dari Kalimantan*Tok tok tok Seorang pria yang menjadi tangan kanan Arya mengetuk pintu sebuah ruangan, penghuni ruangan itu pun menyuruhnya masuk. Masuklah pria tersebut ke dalam ruangan yang ia ketuk atas perintah sang empunya ruangan.Setelah berada di dalam ruangan kebesaran Tuannya, sang pria segera memberikan sebuah amplop yang cukup besar. Amplop tersebut berisi tentang informasi seorang perempuan yang sedang mencari keberadaannya.Di dalam amplop tertera catatan serta foto-foto sang perempuan dari a
Nadira merupakan wanita yang bebas. Bahkan mungkin ia sudah tak lagi perawan, mengingat dirinya yang selalu ingin di sentuh Arya. Namun, Arya justru selalu menolak. Meski sudah berada dalam permainan yang panad pun, Arya masih bisa menahan diri untuk tidak melakukan hal di luar batas, dengan segera Arya akan menghentikam aktivitas panasnya. Di tambah bayangan Liyana yang selelu muncul begitu saja membuat Arya tak pernah bisa terlibat terlalu dalam di dalam sebuah hubungan dengan wanita lain.Bukan hanya Liyana, Arya pun sama. Sering terbayang bayangan juga kenangan ya bersama Liyana. Itu lah salah satu alasan yang membuat Arya sulit mencari pengganti Liyana.Setelah hubungan Arya bersama Nadira berakhir, Arya tidak pernah lagi dekat dengan wanita lain. Bagi Arya semua wanita seakan sama saja. Mendekatinya hanya karena harta yang ia miliki. Nama Arya Bagaskara sudah terkenal di beberapa kota. Pria tampan, mapan, memiliki toko perhiasan yang sudah tersebar di berbagai kota, karena sta
Arya menghela napasnya kemudian mendesah. Laki-laki tampan yang baru terbangun itu terlihat gelisah di atas kursi pesawatnya. Aneh, Arya tak paham debaran aneh itu berasal dari mana. Yang Arya tahu ketika debaran itu tiba seakan memorak-morandakan kerja jantungnya. Waktu terasa begitu lamban bergulir, perjalanan jarum detik seperti siput yang merayap. Kejadian yang di alami Arya dalam mimpi barusan hampir seluruhnya memenuhi otak. Mimpi tentang Liyana kadang membuat Arya menekan hatinya. Arya seolah tak berdaya dibuatnya. Arya akui selama pernikahannya dengan Liyana ia memang tak pernah menyentuhnya. Tak pernah ada pengalaman malam pertama selama ini dengan Liyana. Jangankan malam pertama, tidur pun selalu berbeda kamar. Namun, entah mengapa di dalam mimpi seakan semua telah terjadi membuat aliran darah Arya berdesir kencang.Sejenak Arya kesusahan menelan ludahnya, debaran di dadanya lebih dari menggila kemudian dalam beberapa saat berubah melemah dan berganti rasa sesak. Saat Ary
Pesawat yang Arya tumpangi akan segera mendarat. Tanpa terasa sudut bi bibir Arya terangkat ke atas. Terlihat senyum senang hadir di wajah tampan Arya. Arya pun sudah merasa tidak sabar ingin segera menemui Liyana dan menyatakan semua perasaan yang telah memenuhi hatinya.Pukul sepuluh malam pesawat yang Arya tumpangi baru saja mendarat di sebuah bandara di jakarta. Tampak Arya yang keluar dari badan pesawat dengan wajah sumringah. Perlahan Arya mulai menuruni tangga pesawat. Saat sampai di tangga paling bawah Arya segera merogoh saku jasnya. Mengambil benda pipih yang sejak pesawat lepas landas di matikannya.Sembari berjalan Arya pun mulai menekan tombol power pada benda pipih yang kini ada pada genggamannya, dan benda pipih itu pun seketika menyala. Arya mulai mengusap layar pada benda pipih itu, menekan salah satu nomor yang berada pada kontaknya.Arya mulai melakukan panggilan, setelah panggilan tersambung Arya pun segera mengucapkan apa yang di inginkannya. Setengah jam kemudia
Bukannya kembali tidur, Arya justru malah melangkah keluar menuju balkon kamarnya. Arya pun menduduki kursi kosong yang berada di balkon tersebut. Duduk terdiam menikmati heningnya malam.Waktu terus berjalan, Arya menyandarkan tubuhnya di kursi dengan ke dua mata menatap langit. Sudah lama Arya tidak menikmati waktu seperti sekarang ini. Langit malam yang gelap di hiasi beberapa bintang dapat membuat perasaan Arya yang gelisah menjadi lebih tenang.Bayangan Liyana pun tak luput dari pandangan Arya. Di langit luas nan gelap terlihat wajah cantik Liyana kembali hadir dalam angan Arya. Rindu yang sudah membuncah semakin menggebu-gebu Arya rasakan. Setelah satu bulan lebih tidak bertemu, membuat Arya ingin sekali merengkuh Liyana dalam hangat peluknya.Angin bertiup kencang membuat Arya merasa kedinginan. Arya pun kembali masuk ke dalam kamar setelah sempat menikmati suasana malam yang sudah hampir pagi. Sampai di dalam kamar, kembali Arya menarik selimut setelah tubuhnya terbaring di at
Lagi-lagi, rencana untuk bertemu Liyana harus kembali tertunda. Arya pun meluapkan kekesalannya kepada semua karyawan yang ada. Satu persatu karyawan mulai di intogerasi. Rupanya karyawan yanv satu ini cukup pintar hingga ia nyaris saja bisa lolos dari Arya.Namun, bukan Arya Bagaskara namanya kalau ia berhasil di kelabui oleh karyawannya sendiri. Dengan matanya yang jeli Arya bisa dengan tepat mendapatkan tersangkanya.Tanpa terasa hari sudah sore dan matahari sudah mulai terbenam. Mengurus satu masalah dengan kekesalan yang double cukup menyita waktu serta menguras tenaga Arya.Setelah semua urusan di cabang toko selesai, Arya pun berniat melanjutkan tujuannya yang sempat tertunda. Lagi dan lagi Arya terjebak dalam kemacetan. Di lihatnya waktu pada benda yang melingkar di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul tujuh malam.Jika Arya terus melanjutkan perjalanan menuju rumah orangtua Liyana, mungkin akan keburu larut. Dengan terpaksa Arya pun membatalkan tujuan awalnya. Terjebak da
Kembali Arya mengemudikan mobilnya, meninggalkan rumah sederhana yang akan kembali ia datangi.Arya melanjutkan kembali perjalanan dengan diam menuju kediamannya. Sudah dua kali Arya gagal menemui Liyana. Besok, Arya tak ingin gagal lagi untuk yang ke tiga kalinya.Sampai di rumah segera Arya memerintahkan seseorang untuk mengawasi keadaan sekitar rumah orangtua Liyana, dan menyuruhnya memberi kabar jika Liyana sudah berada di rumahnya. Sedikit lega Arya rasa, esok hari Arya yakin ia pasti akan dapat bertemu dengan Liyana. Kembali Arya mengecek ponselnya, menanyakan Liyana sudah kembali ke rumahnya atau belum kepada pria yang di utusnya.Jawaban pria itu pun membuat Arya tidak bisa duduk dengan tenang."Belum Tuan" itulah laporan yang baru saja Arya terima.-----‐Lama bercerita, tak terasa waktu sudah siang. Liyana meraih tas dari atas meja mengiyakan ajakan Tiara untuk pulang. Padahal, Liyana masih ingin melepas rindu bersama sahabatnya."Abis ini kamu mau kemana Li?" Tanya Tiara.
Kebahagiaan terpancar dari wajah Arya, Liyana juga putranya Azka. Sebuah keluarga kecil yang terlihat sempurna, keluarga yang penuh dengan kasih sayang membuat semua orang yang melihat kehangatan keluarga kecil Arya akan di rasuki rasa iri.Pagi ini jadi terasa lebih indah dan cerah dari biasanya. Benar-benar sangat berbeda. Lebih menyenangkan dari biasanya, sejak aktifitas yang Liyana dan Arya lakukan semalam sampai pagi tadi senyum bahagia terus terpancar dari wajah kedua pasangan yang kini telah menjadi orangtua. Padahal, aktifitas malam itu bukanlah yang pertama bagi Arya dan Liyana. Namun, entah mengapa kegiatan semalam terasa berbeda.Arya memandangi Liyana begitu dalam, Liyana adalah perempuan yang berhasil membuat Arya begitu mencintainya. Terlebih, Liyana kini sudah memberinya seorang putra berhasil membuat Arya menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Membuat Arya semakin menyayangi serta mencintai dua makhluk yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Arya dan Liyana saling menjaga
Sudah hampir satu jam Liyana berada di dalam kamar mandi. Arya yang sedari tadi sudah menunggu begitu merasa tidak sabar, di tambah dengan buah hatinya Azka yang takut keburu bangun membuat Arya semakin risau menunggu.Semenjak adanya baby Azka, Liyana dan Arya harus pandai mengatur waktu untuk kegiatan suami istrinya. Bagi Arya dan Liyana tak perduli pagi, siang, sore atau pun malam, jika kesempatan sudah ada di depan mata maka mereka akan memanfaatkannya kesempatan itu untuk kegiatan mereka.Liyana keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Arya yang sudah menunggu dengan sabar segera menghampiri Liyana. Arya tak memberi Liyana kesempatan untuk sekedar mengeringkan tubuhnya dulu.Arya melepaskan handuk yang sempat menutupi tubuh Liyana dengan cepat. Kini, keduanya sudah berada di atas ranjang bersiap untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, saat Arya baru akan memulainya tiba-tiba terdengar suara putranya Azka dari luar pintu memanggil ibuny
Baik Liyana maupun Arya, tak pernah sekalipun menolak keinginan Azka. Azka tumbuh dengan kasih sayang serta cinta yang tak pernah kurang dari kedua orangtuanya.Keesokan paginya, Azka bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat menggebu Azka berlari menuju kamar kedua orangtuanya.Tok tok tok..!Azka mengetuk pintu kamar orangtuanya. Liyana melangkah untuk membukakan pintu. "Ceklek" pintu mulai terbuka, Azka sudah menerobos masuk tanpa menunggu pintu terbuka lebar."Pa, bu, ayo kita berangkat sekarang !" Pinta Azka yang sudah tidak sabaran.Liyana dan Arya saling memandang, Arya bangkit dari duduknya menghampiri sang anak. "Kita sarapan dulu ya ! Habis itu baru berangkat." Ucap Arya."Siap pa, ayo !" Sambung Azka kemudian menarik tangan Arya menuju meja makan. Azka menyantap sarapan dengan lahapnya. Tak butuh waktu lama Azka telah selesai menghabiskan satu piring nasi goreng sarapannya. Melihat begitu semangat sang buah hati, Arya pun bergegas bangkit dari kursi tempat duduknya
Bagi Liyana dan Arya keluarga adalah segalanya, di mana mereka adalah pusat kehidupan dan tempat dimana Liyana dan Arya bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian semaksimal mungkin.Kehadiran buah hati baby Azka di tengah-tengah Liyana dan Arya menjadi pelengkap dan sumber kebahagiaan bagi Liyana dan Arya. Senyuman serta tawa cerianya membuat kehidupan Liyana dan sang suami semakin bertambah indah. Baby Azka mampu membuat Liyana dan Arya mempunyai arti dan tujuan hidup yang lebih terarah.Bersama Liyana dan baby Azka, Arya dapat memahami banyak hal. Salah satunya menemukan bahwa kebahagiaan itu sederhana dan mudah di raih. Arya hanya perlu menghabiskan waktu bersama Liyana juga baby Azka, berbagi cerita serta bercanda dan tertawa. Kebersamaan dan saling memiliki di antara Arya, Liyana dan baby Azka membuat setiap momen menjadi lebih indah dan berkesan. Karena kebahagiaan tak selalu tentang harta, dapat menikmati dan menghabiskan waktu bersama pun dapat menjadi kebahagiaan yang sempu
Hari berganti hari, tak terasa kini baby Azka sudah banyak menunjukkan perkembangannya. Bagi Liyana juga Arya, dapat menyaksikan tumbuh kembang sang buah hati merupakan sebuah momen yang sangat menakjubkan. Berbagai hal telah di lewati bersama, dimana suka dan cita menjadi satu dan mampu mempererat hubungan ketiganya.Rasanya, tak ada hal yang paling membahagiakan bagi Liyana dan Arya saat ini kecuali melihat buah hatinya mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya. Terhitung sejak saat baby Azka lahir ke dunia dan kini bayi mungil dengan wajah tampan itu telah tumbuh dengan pesat.Dimana saat dulu baby Azka belum bisa menopang tubuhnya sendiri, kini baby Azka sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya meski masih kesulitan. Tak terasa baby Azka kini sudah berusia empat bulan, dan baby Azka kini sudah mulai bisa tengkurap sendiri bahkan sudah bisa di ajak bermain cilukba. Sungguh ini merupakan momen yang sangat berharga bagi Liyana dan Arya.Buah hatinya begitu menggemaskan, Arya seakan tida
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa atas kelahiran baby Azka ke dunia, Arya dan Liyana berencana akan menggelar aqiqah. Hari ini di kediaman Arya dan Liyana akan mengadakan acara Aqiqah untuk putra pertama mereka Azka yang sudah berusia empat puluh hari. Selain mengundang beberapa kolega, Arya dan Liyana juga mengundang ratusan anak yatim piatu dari beberapa panti asuhan yang tersebar di kota jakarta. Acara Aqiqah baby Azka di isi dengan ceramah ustadz, rebana serta nyanyian nasyid yang di bawakan oleh bintang tamu yang sengaja di undang oleh Arya. Tak hanya tamu undangan Arya, beberapa keluarga dan tak ketinggalan sahabat Liyana yaitu Tiara pun turut hadir dalam acara Aqiqah ini.Sejak acara Aqiqah berlangsung, putra kecil Arya dan Liyana yang di beri nama baby Azka tertidur lelap di dalam pangkuan sang ibu Liyana. Walau pun suasana cukup berisik, jagoan kecil itu terus tertidur dengan tenang, seakan tidak terusik oleh keadaan di sekelilingnya. Tentu saja pemand
Selama empat hari berada di rumah sakit, Mas Arya selalu mendampingiku. Tak pernah sehari pun Mas Arya absen untuk menemani masa pemulihanku juga tak pernah absen untuk melihat perkembangan Arya junior di dalam kamar bayi. Kamar Liyana dan kamar bayinya sengaja di pisahkan, itu pun hanya terhalang pintu saja.Sebenarnya, Liyana merasa belum siap sepenuhnya untuk menjadi seorang ibu. Walau dari jauh-jauh hari Liyana sudah mempersiapkan diri, nyatanya saat sang bayi sudah lahir ke dunia Liyana masih merasakan kekhawatiran dalam hatinya. Liyana khawatir kalau dirinya tidak akan bisa menjadi ibu yang baik, khawatir jika dirinya tidak bisa menjaga sang buah hati dengan baik. Khawatir jika suaminya Arya akan lebih mencintai bayinya dan malah mengabaikannya.Tapi, kekhawatiran Liyana kini telah sirna karena perhatian yang Mas Arya berikan selama empat hari ini. Nyatanya, Mas Arya kini lebih mencintai Liyana dan sama sekali tak pernah mengabaikan Liyana. Rasa cinta Arya terhadap Liyana justru
"Mas,,, sakit banget." Ucap Liyana, seraya mencengkeram erat jemari tangan Arya. Arya memeluk tubuh Liyana, menggenggam jemari Liyana yang terasa sangat dingin bahkan wajahnya semakin pucat.Hati Arya terasa hancur, melihat keadaan Liyana yang seperti saat ini membuat Arya menjadi sedih. Arya tak tega dan sampai hati melihat Liyana meringis menahan sakit. Andai saja Arya bisa menggantikan posisi Liyana, Arya akan sangat siap menanggung rasa sakitnya. Andai bisa berbagi kesakitan, Arya tentu dengan senang hati mau melakukannya. Dalam keadaan yang seperti ini, Arya harus bisa berpikir tenang. Arya menghirup napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan. Berkali-kali Arya melakukannya untuk memasukkan oksigen yang banyak ke otaknya.Sedetik kemudian Arya baru menyadari kalau dirinya belum memberitahu dokter akan kedatangannya ke rumah sakit hari ini. Gegas Arya mengambil ponsel dari dalam saku celananya, mencari nomor dokter dalam daftar panggilannya.Setelah ketemu, Arya pun langsung m
Tak terasa persalinan Liyana tinggal menghitung hari. Kontraksi juga sering Liyana rasakan sejak kehamilannya memasuki usia sembilan bulan. Walaupun hanya kontraksi kecil yang dirasakan Liyana tetapi lambat laun kontraksi itu semakin sering dan efek sakitnya pun semakin terasa. Seperti yang Liyana rasakan beberapa hari lalu, dan setelah di periksa ternyata hanya kontraksi palsu.Sedangkan, calon papa siaga bernama Arya Bagaskara itu sudah berjaga-jaga sejak kontraksi palsu yang Liyana rasakan. Arya memilih mengerjakan pekerjaan di rumah. Kalau pun ada meeting, Arya lebih memilih untuk di wakilkan asisten atau sekretarisnya. Terkadang, sekretarisnya harus bolak-balik dari kantor ke rumah Bosnya Arya untuk menyerahkan dokumen yang harus Arya tandatangani. Tentunya sekretarisnya itu mendapatkan bonus gaji pokok selama Arya bekerja di rumah. Arya benar-benar menjadi suami siaga yang selalu menemani Liyana istri kecilnya yang kini sedang membawa calon anak mereka ( Arya junior ) di dalam