“Nggak ada lagi barang-barang kamu yang nyisa?”
“Nggak ada, udah semua.” Julie merebahkan dirinya di ranjang usai memindahkan barang-barang terakhirnya dari kamar sebelah.
Akhirnya selesai juga pemindahan barang-barang dari kamarnya ke kamar yang sekarang. Kini ia telah resmi tinggal satu kamar dengan lelaki yang sedang menyusun koleksi parfumnya berdasarkan yang paling sering Julie pakai.
Kening Ipang berkerut, seakan-akan berkonsentrasi untuk menentukan di mana posisi Hermés Eau de Pamplemousse Rose milik Julie—apakah di sebelah Jo Malone Jasmine Sambac & Marigold atau di sebelah Louis Vuitton California Dream yang baru dibeli Julie.
“Kamu nggak lembur kan, Babe?”“Nggak, jam tujuh kayaknya aku on the way pulang deh.”“Tumben?”“Nggak apa-apa, lagi pengen pulang cepet aja. Udah gitu aku mau ke supermarket yang di deket rumah, mau beli yang dibutuhin Mbak Widi,” jawab Julie. “Mas pulang jam berapa?”“On time sih dari kantor, jam lima juga udah keluar.”“Oke, ketemu di rumah ya.”“Oke, Babe. See you.”Julie mengucapkan hal serupa dan memutus panggilan ters
“Papa nggak terlibat di kasus korupsi itu. Tapi kalau kamu tanya apa Papa tahu sejak awal, jawabannya adalah iya. Papa tahu.”Jawaban ayahnya kemarin masih terngiang-ngiang di benak Ipang bahkan setelah satu hari berlalu begitu saja.Ipang sudah menceritakan semua percakapannya dengan sang ayah kepada Julie. Istrinya mendengarkan dengan baik dan tidak memaksa Ipang untuk langsung mempercayai ayahnya, atau mendukung Ipang untuk mengabaikan kata-kata ayahnya begitu saja.“Kamu nggak berangkat kerja?”Teguran itu langsnug membuat Ipang tersentak dari lamunannya. Di sampingn
“Mas kelamaan nggak nungguin aku?”“Nggak kok, Mas baru juga sampai.” Ipang tersenyum seraya menjawab pertanyaan Julie yang baru masuk ke mobilnya. “Mau makan dulu atau langsung ke butiknya Shua?”“Ke butiknya Mbak Shua dulu aja. Nanti kalau makan dulu malah aku cobain gaunnya dengan perut buncit.”Ipang tertawa karena melihat Julie yang bicara sambil mengerucutkan bibirnya—dan hal itu terlihat menggemaskan.Seperti biasa, begitu naik ke mobil Ipang, hal kedua yang ia lakukan setelah memakai seat belt adalah menyetel lagu dari playlist-nya.Suara Meghan Trainor dan John Legend yang menyanyikan Like I’m Gonna Lose You segera memenuhi mobil tersebut. Sesekali Julie ikut bersenandung kecil dan Ipang mendengarkannya dengan baik.Ipang mengetukkan jemarinya di stir mobil, berpikir selama beberapa saat sebelum kemudian berkata, “Tadi Tante Salwa ke ruanganku.”“Hah? Ngapain?” Julie tentu saja langsung terkejut saat mendengarnya.Julie tahu bagaimana Salwa tidak ingin bermusuhan dengan Ipang
Ipang menelan salivanya dengan susah payah saat melihat bagaimana gaun yang mereka pilih dua hari yang lalu, kini melekat dengan sempurna di tubuh istrinya. Bagian punggungnya cukup terbuka, tapi tertutupi dengan aksenJulie yang tak menyadari kalau di belakangnya Ipang tengah menatapnya dengan pikiran yang sudah ke mana-mana, merapikan bagian bawah gaunnya sambil bertanya, “Mas udah selesai? Mau berangkat sekarang?”“Gimana kalau kita nggak usah berangkat?”“Lho, kenapa?”“Aku mau reunian sama kamu aja,” jawab Ipang seraya berdeham pelan. “Di ranjang, berdua, sekarang.”Julie yang malam itu mengenakan halter neck crossback gown-nya langsung berbalik, menatap horor suaminya yang kini malah tersenyum menggoda kepadanya.“Maaas, please deh,” rengek Julie yang berhasil memecahkan tawa Ipang. “Suri sama Candy udah jalan lho, aku bisa ditenggelamin ke kolam di bundaran HI itu kalau nggak jadi dateng.”“Kalau kamu ditenggelamin, nanti aku yang selamatin kamu.”“Maaas.”“Romantis ya aku?”Ju
“Nggak, dia nggak satu SMA sama kita.”Julie kembali menatap ke titik di mana ia seperti melihat sosok Priska, tapi kali ini tak menemukannya. Ia kembali menyisiri sekeliling ballroom dengan pandangannya dan tak kunjung melihat apa yang tadi membuatnya mematung.“Babe, are you okay?” tanya Ipang dengan khawatir. “Kamu kenapa tiba-tiba nanyain Priska?”“Ng….” Julie mengembalikan pandangannya pada sang suami yang tak menyembunyikan raut khawatirnya. “Nggak, nggak apa-apa.”Tidak ingin membuat Ipang lebih khawatir
Ipang yang memeluknya dari belakang tanpa mengenakan sehelai benang pun adalah hal yang pertama kali Julie sadari saat ia terbangun di pagi hari itu.Ia menoleh ke belakangnya, bertatapan langsung dengan dada bidang suaminya yang polos. Senyum langsung terkembang di wajahnya begitu menyadari kalau pagi ini ia kembali terbangun di pelukan suaminya.Jarang-jarang juga ia bangun lebih dulu dibanding Ipang.“I love you,” gumam Julie sambil kembali menghadap ke arah jendela kamar yang tirainya masih tertutup. Tangannya mengusap pelan lengan Ipang yang ada di pinggulnya.“Aku nggak pernah nyangka pertama kalinya aku mau dateng reuni, aku date
Julie menahan debaran jantungnya yang mulai menggila seiring dengan langkahnya menuruni undakan anak tangga.Ia hampir tiba di lantai satu A Class. Saat itu lounge belum ramai karena mereka memang belum resmi buka, masih ada satu jam lagi menjelang jam operasional A Class resmi dibuka.Ketika kakinya menjejak di anak tangga terakhir, Julie bisa melihat dengan jelas sosok Priska yang duduk di lounge dengan santai. Paha kirinya ditumpangkan ke atas paha kanannya, tangannya sibuk memainkan ponsel dan kepalanya sedikit menunduk.Langkah Julie yang hari itu mengenakan kitten heels menggema di lounge yang lengang tersebut. Hal itu membuat Priska sepertinya menyadari kehadiran Ju
Ipang bersiul pelan sambil keluar dari mobilnya. Matahari siang itu bersembunyi malu-malu di balik awan kelabu. Namun, hal itu tak menyurutkan niat Ipang untuk mengajak istrinya kencan hari ini.Mumpung akhir pekan dan keduanya sedang tak sibuk.Ipang tak langsung masuk ke A Class. Ia berhenti di depan teras ruko sebelah A Class yang tempo hari ia belikan untuk Julie. Meskipun ia awam di dunia yang digeluti Julie, Ipang banyak mendengar dari adiknya kalau usaha Julie cukup maju.Menambah satu ruko lagi untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal pasti akan membuat A Class bisa semakin maju. Tentu saja Ipang su