Naya duduk didalam kamar Rayden seorang diri. Memandangi sebuah figura besar yang ada di dinding kamar itu. Figura lukisan Monalisa. Cukup estetik namun terkesan menyeramkan. Begitulah dia saat ini yang sudah menjadi bagian dari keluarga Bagaspati. Keluarga yang terkenal dengan kemewahan dan nama baik. Hingga harus menyebabkan Naya menjadi sesuatu yang membantu Rayden memulihkan nama baik itu.
"Untuk apa kau di kamarku?" Tiba-tiba suara Rayden membuat Naya terlonjak kaget. Dia yang melamun sama sekali tidak menyadari jika Rayden sudah masuk ke dalam kamar setelah satu harian menghilang.Naya berdiri, dia memandang Rayden dengan ragu. Wajah pria itu datar dan begitu dingin. Membuat suhu diruangan yang semula hangat kini menjadi seperti ingin membeku."Maaf, Tuan. Nyonya Dena meminta saya untuk tidur disini." Nada bicara Naya terdengar bergetar. Bahkan tubuhnya juga ikut bergetar seiring dengan langkah kaki Rayden yang mendekat."Apa yang sudah kau janjikan pada Mama hingga dia mau menerima mu disini?" tanya Rayden, dia terus menelisik seluruh penampilan Naya. Tubuh yang kurus dan kecil tanpa ada apapun yang istimewa dari gadis ini. Rayden tidak akan membiarkan semua ini berjalan lebih lama. Tapi, bagaimana caranya dia bisa mengakhiri semuanya jika ini adalah permintaan Nyonya Dena."Kenapa kau diam saja, hmm?" Tubuh Naya sudah bersandar di sudut meja, menahan tatapan Rayden yang datar namun seakan mampu membelah tubuhnya."Tidak, Tuan. Tidak ada apapun yang saya janjikan. Nyonya menolong saya dan meminta saya untuk mau menikah dengan Tuan. Saya tidak pernah menjanjikan apapun," Naya berucap dengan cepat, dia semakin takut ketika Rayden mendekatkan kepalanya ke arah Naya.Rayden tersenyum sinis, "kau mau membohongiku," geramnya.Naya menggeleng kuat, "Tidak, Tuan. Tidak," jawab Naya.Rayden mendengus, dia terus menelisik seluruh tubuh dan wajah Naya. Seorang gadis yang pernah dia lihat di club' malam dan sekarang malah menjadi istrinya. Memang gila, hidupnya begitu sial. Rayden sangat menghindari sebuah pernikahan, tapi ibunya dan gadis ini malah menerobos benteng pertahanan Rayden.Mereka benar-benar membuat hidup Rayden semakin tidak tenang. Hidup yang memang sudah terasa hambar malah harus di usik oleh gadis kecil seperti Naya."Kau pasti tahu alasan Mama meminta mu untuk menikah denganku bukan. Dan sekarang kau pasti memandangku sebagai pria yang lemah," Rayden berucap dengan senyum yang terkesan sinis namun begitu getir.Ada kesakitan dan kehampaan yang tergambar di raut wajahnya, dan Naya tahu itu.Naya menggeleng pelan, "tidak, Tuan. Saya sama sekali tidak pernah berpikir seperti itu. Saya bahkan tidak tahu Tuan seperti apa," jawab Naya.Namun, pria itu kembali mendengus dan menjauh dari tubuh Naya. Dia duduk di pinggir tempat tidurnya dan memandang Naya dengan dingin."Aku yakin kau sudah dibayar oleh Mama, apalagi kau memang seorang gadis bayaran. Kau pikir aku akan menerima mu dengan senang hati?" tanya Rayden.Naya terdiam."Hanya jalang Alex," ucap Rayden.Ucapan itu membuat Naya membeku, Rayden tahu tentang Alex? Pria yang sangat ingin membeli Naya dari rumah pelacuran itu? Bagaimana mungkin?Rayden berpikir, jika Naya memanglah seorang gadis jalang. Gadis yang pernah dia temui di sebuah club' malam beberapa waktu lalu. Gadis jalang yang pergi dibawa oleh Alexander, rival bisnis Rayden. Jelas saja Rayden tidak akan pernah mau untuk menerima Naya dengan senang hati."Aku mau menikahi mu hanya karena Mama. Jadi jangan berbesar kepala jika aku mau satu kamar denganmu," ucap Rayden begitu tega."Kau hanya seorang gadis yang dipungut dari club' malam itu. Apa kau berpikir aku akan semudah itu menerima mu. Tidak akan," kata Rayden kembali.Naya tertunduk lirih dan hanya bisa mengangguk pelan. Tidak ada apapun yang bisa menjadi pembelaannya, karena semua yang di katakan Rayden adalah benar. Dia hanya gadis murahan yang di pungut dan di tolong oleh Nyonya Dena. Bahkan, ayahnya saja sudah tidak mau menampung Naya dirumahnya. Lalu apa yang membuat Naya berharga sekarang.Entah dosa apa yang telah dia lakukan hingga hidupnya sesakit ini. Naya mendapat fitnah dari ibu tirinya hingga membuat ayahnya membenci Naya dan mengusirnya dari rumah. Meninggalkan semua hak yang seharusnya menjadi milik Naya. Dan sekarang dia harus menjadi istri dari seorang duda impoten. Pria yang ternyata juga membenci Naya."Jika kau mau tidur satu kamar denganku, jangan pernah sentuh apapun milikku di dalam kamar ini. Tidur di sofa, itu tempat yang cocok untukmu," ujar Rayden."Baik, Tuan," jawab Naya begitu patuh.Rayden memandang Naya dengan heran, kenapa dia terlihat begitu patuh? Tapi, tenang saja, ada masanya untuk membuat Naya keluar dari rumah ini. Yang terpenting sekarang, masalah Rayden dengan pamannya sudah beres. Tinggal bagaimana dia menjalani hari kedepannya dengan adanya Naya. Gadis yang sudah berani masuk dan menggantikan posisi wanita yang dia cintai, namun juga dia benci.Malam pertama yang seharusnya menjadi malam yang indah, tapi ini malah menjadi malam yang menyedihkan untuk Naya dan Rayden. Bahkan Rayden tidak bisa tidur sepanjang malam dan lebih memilih untuk duduk di depan kamar.Menikmati segelas kopi hangat untuk menenangkan batin dan pikirannya."Tuan," panggil Agra, asisten setia Rayden. Pria itu datang dengan membawa sebuah iPad di tangannya. Dia berdiri disamping Rayden dan menundukkan sedikit kepalanya."Besok kita harus pergi ke kota X, Tuan harus menghadiri acara pelelangan sebuah perusahaan kecil disana. Jika kita bisa mendapatkan perusahaan yang hampir bangkrut itu, maka kita pasti bisa menang tender dari Tuan Alex," ungkap Agra.Mendengar perkataan Agra, Rayden langsung mengangguk. Dia tidak akan pernah kalah dengan pria Casanova itu. Apapun harus bisa Rayden menangkan. Meski tidak semua bisa dia dapatkan."Urus semuanya dengan baik, pastikan perusahaan kita aman disini," ujar Rayden."Siap, tuan. Semua pasti selesai. Apalagi sekarang Tuan Alex juga sedang sibuk dalam pencariannya," ungkap Agra kembali. Lelaki itu memang serba tahu tentang hal yang tak pernah Rayden pikirkan."Pencarian apa?" tanya Rayden."Dia mencari seorang wanita. Saya dengar, itu adalah calon istrinya," jawab Agra.Rayden tersenyum sinis, "Itu bukan urusanku," ucapnya terlihat acuh. "Pergilah aku ingin sendiri malam ini. Jangan sampai ada yang terlewat dan gunakan kesempatan ini dengan baik," ujar Rayden.Agra mengangguk patuh, "baik, Tuan. Saya permisi," pamitnya dan setelah itu dia langsung pergi dari hadapan Rayden. Meninggalkan pria itu seorang diri. Menyendiri dalam kesendirian yang tidak berkesudahan. Mengenang nasibnya yang dia rasa begitu malang. Merindukan seorang wanita yang tega meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Diandra, mantan istri Rayden yang menggugat cerai hanya karena Rayden belum mampu menjadi suami yang sempurna.Dia impoten, dan semua hancur karena itu. Tidak ada masa depan indah yang bisa Rayden bayangkan. Semua hancur dan sekarang malah ditambah dengan kehadiran Naya kedalam hidupnya, membuat emosi dalam diri Rayden semakin bergejolak hebat. Jalang Alex, malah menjadi istrinya saat ini.Sarapan pagi ini di meja makan terasa hening. Wajah datar Rayden membuat Naya tidak bisa menikmati makanannya dengan fokus. Apalagi pandangan Nyonya Dena yang terus memandang Naya dengan lekat. Entah apa yang ada di pikiran wanita itu, yang jelas dia pasti memikirkan bagaimana mereka malam tadi."Besok Mama akan ke Jerman." Nyonya Dena mulai membuka percakapan setelah sejak tadi mereka hanya bisa terdiam.Rayden dan Naya langsung menoleh pada wanita itu. Ucapan Nyonya Dena terasa seperti sebuah peringatan jika ujian pernikahan ini akan segera dimulai. Baik bagi Rayden tapi tidak untuk Naya."Mama mau melihat Nenek?" tanya Rayden. Suara denting sendok dan piring yang beradu membuat Naya mengerjapkan matanya sekilas."Ya, Nenekmu sedang sakit saat ini. Kamu sudah ada Naya yang mengurus, jadi Mama akan pergi kesana," jawab Nyonya Dena.Rayden hanya bisa tersenyum tipis saja. Perkataan Nyonya Dena terasa begitu menyakitkan telinga. Apa ibunya berpikir jika Rayden tidak bisa mengurus diri
Naya memandang wajah Rayden dengan lekat. Wajah tampan yang begitu mempesona dan rupawan. Tidak ada celah dan cacat dari fisik yang dimiliki oleh Rayden. Tapi sayang, pria ini cacat dari dalam. "Aku kira kau gadis penakut yang cengeng, tapi ternyata kau seorang kucing yang begitu buas," Rayden berucap dengan tangan yang masih menahan tubuh Naya di atas tempat tidur."Awalnya saya memang takut, tapi setelah saya mengenal Tuan beberapa hari ini, saya menjadi paham, jika orang yang saya takuti hanyalah seorang pria yang butuh sandaran," jawab Naya.Rayden langsung mendengus, rahangnya langsung mengeras mendengar penuturan Naya barusan. "Kau mau mengatai ku lemah, ha!" geram Rayden. Sepertinya dia merasa begitu tersinggung.Naya menggeleng pelan, dia masih memandang wajah tampan itu dengan lekat. "Saya tidak pernah melihat kelemahan seseorang, tapi saya hanya melihat apa yang dibutuhkan oleh orang itu," jawab Naya."Jiwa jalang mu memang sudah mendarah daging ternyata, betapa banyaknya l
Setelah kepulangan Rengga dari rumah itu, Naya langsung pergi menuju kamar Rayden. Dia benar-benar penasaran dengan apa yang diucapkan oleh pria itu. Bagaimana mungkin Rayden masih menyimpan semua barang-barang mantan istrinya?Apa sebegitu cintanya dia pada wanita itu, hingga tidak sedikitpun Rayden ingin melepaskan kenangan mereka. Tapi, jika masih cinta seharusnya mereka tidak berpisah kan? Bukankah istrinya bisa membantu Rayden untuk sembuh.Naya sangat penasaran hingga akhirnya dia memilih memberanikan diri untuk membuka lemari Rayden dan tidak mengindahkan perkataan Rayden tempo hari. Jika pria itu tahu Naya menyentuh barang-barangnya, sudah Naya pastikan jika dia pasti akan marah besar.Naya tertegun, matanya mengerjap saat dia melihat beberapa sisa pakaian wanita di dalam lemari ini. Lemari yang memang tidak pernah Rayden buka selama ini karena dia memiliki lemari pakaian yang lain."Jadi ini barang mantan istrinya," Naya bergumam seorang diri. Semua masih lengkap, mungkin Ray
Naya memandang Rayden dengan sedih. Perkataan pria itu membuat hatinya merasa tersayat. Kenapa dia selalu berpikiran jika Naya adalah seorang wanita murahan? Padahal Rayden tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya."Tuan, tolong jangan tinggalkan saya di luar sini!" Naya berteriak saat Rayden berbalik dan menutup pintu balkon. Dia ingin mendekat, namun pria itu malah mendorong tubuhnya dengan kuat hingga Naya terhempas keluar."Tuan!" Naya menangis ketakutan, apalagi angin yang cukup kencang dan juga petir yang semakin kuat.Pria itu memandang Naya dingin. Tanpa merasa iba dia langsung menutup pintu dan membiarkan Naya menangis sendirian di tengah hujan deras itu."Tuan! Tolong buka pintunya! Saya takut!" teriak Naya begitu kuat. Dia memukul-mukul daun pintu kaca itu dan memelas memandang Rayden. Berharap pria itu akan iba, tapi yang dia dapatkan malah wajah dingin Rayden."Tuan saya takut," Naya berucap dengan tubuh yang gemetar. Dia terus berusaha untuk membuka pintu, namun Rayden sud
Ternyata dimana-mana kau memang selalu mengikutiku ya," Alex berucap dengan begitu angkuh. Melihat wajah pria itu membuat Rayden benar-benar muak."Banyak hal yang lebih penting selain mengikutimu, pergi dari sini!" usir Rayden dingin.Namun, Alex malah terkekeh sinis dan mengedikkan bahunya. "Yeah, aku memang akan pergi. Berada di sini hanya membuatku mengingat mantan istrimu yang cantik itu."Rayden langsung memandang Alex dengan tajam. Sepertinya pria ini memang ingin membuat emosi Rayden memuncak. "Pergi atau aku akan menghajarmu sekarang," geram Rayden dengan dada yang sudah bergemuruh hebat.Alex begitu menyukai kemarahan Rayden. Dia seolah memantikkan api untuk membuat Rayden semakin murka. "Aku memang akan pergi. Untuk apa juga aku terus berada di sini," jawabnya. Namun, sebelum pergi dia kembali memandang ke arah Rayden."Jangan lupa datang besok malam datang ke pesta ulang tahun perusahaan mantan mertuamu. Tapi kau ingat, kau juga harus membawa seorang wanita agar kau tidak
Keadaan Naya sudah jauh lebih baik. Tapi yang tidak baik adalah kesendirian ini yang terasa menyiksa hatinya. Sudah dua hari Naya berada di rumah sakit. Selama itu pula dia hanya sendirian, sesekali Rayden datang itupun hanya untuk melihat keadaan Naya. Sore ini dia sudah bisa pulang, dan akan kembali ke rumah keluarga Bagaspati. Entah sampai kapan Naya akan bertahan di sana. Belum ada dua Minggu tapi dia sudah merasa berat. Apalagi dengan sikap dingin Rayden yang selalu memandangnya penuh benci.Naya menghela nafas, tujuannya dan permintaan Nyonya Dena belum tercapai, dia harus bisa bertahan untuk enam bulan lagi. Menjadi istri yang baik dan tentunya merebut sedikit perhatian Rayden. Tapi, apa mungkin bisa?Tiba-tiba pintu yang terbuka membuat Naya menoleh. Pria itu masuk ke dalam, sepertinya dia baru saja pulang dari perusahaan. Terlihat masih memakai setelan formal yang begitu pas membalut tubuh gagahnya. Jika saja pria ini adalah suami yang mencintainya, mungkin Naya pasti akan m
Naya gugup, ini adalah pesta pertama yang dia datangi dan sialnya ini juga pesta milik keluarga mantan istri Rayden. Bagaimana mungkin Rayden berpikiran membawa Naya ke tempat ini. Apa dia ingin memberitahu tentang hubungan mereka, atau ada rencana lain.Gedung besar itu sudah dipenuhi oleh tamu undangan, semua terlihat glamor dan elegan. Naya turun dari mobil dan memperhatikan semua pemandangan itu dengan cemas.Dia menghela nafas ketika Rayden memandangnya dengan lekat. Naya mengerti arti tatapan mata itu, dia langsung merangkul lengan kekar milik Rayden. Berjalan bersama masuk ke dalam gedung. Sementara Agra berjalan di belakang mereka.Pandangan semua orang jelas menuju pada Rayden, Tuan muda Bagaspati yang mereka tahu bukan hanya pebisnis hebat, melainkan juga mantan menantu dari pemilik acara ini."Pasang senyummu dan jangan membuatku malu," Rayden sedikit berbisik pada Naya ketika langkah kaki mereka menapak di atas karpet merah.Naya tidak menjawab apapun, dia hanya tersenyum
"Kau harus ingat, kau itu milikku. Aku sudah membayar mahal tubuhmu," Alex berkata begitu terbuka. Jelas saja perkataannya membuat Naya tertunduk malu sekaligus takut."Jadi dia benar jalang, kau menyewanya, Ray?" tanya Diandra. Dia tidak percaya melihat ini. Bibirnya langsung tersenyum miring memandang Rayden dan Naya.Hanya karena tidak ingin terlihat menyedihkan Rayden malah nekad untuk menyewa seorang jalang. Sungguh, hal yang membuat Diandra terkejut.Namun, Rayden sama sekali tidak bergeming. Dia tahu Naya seorang jalang, lantas kenapa? Tujuannya bukan untuk memiliki Naya, tapi untuk membuat Alex panas."Berapa kau dibayarnya?" tanya Rayden pada Naya.Netra tajam milik Alex bergetar, rahangnya mengeras dan dia terus saja menatap Naya yang nampak ketakutan."Kau tahu Tuan Alex yang terhormat, dia memang sudah kau beli, tapi dia sudah aku nikahi. Jadi aku adalah pemiliknya yang sah," Rayden berucap begitu angkuh.Tentu saja ucapannya itu membuat Alex semakin meradang. "Aku tidak
Hari sudah larut malam, Naya masih belum bisa terpejam. Dia masih terbaring di samping Rayden. Pria itu sudah terlelap setelah dia menangis dan meluahkan rasa kesalnya tadi. Naya memandangi wajah Rayden dengan lekat, meski Rayden jahat tapi hati Naya yang memang lembut dan tidak tegaan begitu mengiba melihat pria ini. Pria yang gagah tapi tidak bisa melakukan hal itu, dan apa artinya kegagahan yang dia miliki, apa artinya kekuasaan yang dia punya jika sebagai seorang lelaki dia tidak berguna.Baru kali ini Naya melihat sisi lemah Rayden, dia yang angkuh, pemarah, dan bersifat bossy nyatanya hanyalah topeng dibalik kelemahan yang dia punya.Rumor yang beredar ternyata benar, dan pantas saja Nyonya Dena begitu berharap Naya bisa menyembuhkan pria ini. Tapi, bagaimana mungkin.Naya menghela nafas, dia beranjak dari sisi Rayden perlahan-lahan agar tidak membangunkan pria itu. Rasanya sangat haus dan dia juga belum bisa tidur saat ini.Naya memilih untuk keluar dari kamar, mencari udara s
Hari sudah larut malam, Rayden duduk di meja kerja dengan tatapan kosong. Tidak ada yang dia lakukan di sana selain duduk dan termenung. Beberapa saat lalu dia baru saja selesai mengecek laporan saham, dan sekarang tidak ada lagi yang bisa dikerjakan.Bukan tidak ada yang bisa dikerjakan, tapi entah kenapa sesuatu tiba-tiba mengganggu pikiran pria itu.Hingga tidak lama, suara pintu yang terbuka membuat Rayden menoleh. Naya masuk dengan membawa segelas teh hangat ke dalam. Gadis itu terlihat lesu meski dia sudah mencoba untuk tersenyum.“Teh anda, Tuan,” ujarnya.Rayden tidak menjawab, dia hanya memperhatikan Naya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Memandangi keseluruhan penampilan dan tubuh Naya. Gadis yang sudah membuat dia tidak menentu beberapa waktu terakhir. Naya cantik, putih dan lembut. Meskipun dia kurus dan lesu, tapi itu tidak mengurangi kecantikan alami yang dia miliki.Ini sudah hari ketiga dia membiarkan Rama tinggal di rumah mewahnya. Apa kini waktunya dia menagih jan
Naya memandang Evelyn yang berjalan mendekat ke arahnya bersama Nyonya Ambar, ibu tiri Naya. Dada Naya langsung bergemuruh, sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan dua wanita ular ini. Masih Naya ingat bagaimana jahatnya mereka yang memfitnah Naya begitu kejam hingga membuat Naya masuk ke dalam rumah pelacuran itu.“Lihat, Ma, dia sudah kurus dan jelek. Meski memakai pakaian mahal tapi sepertinya dia kelelahan melayani sugar Daddynya,” Evelyn memandang Naya dengan pandangan meremeh. Dia tidak menyadari jika perkataannya itu membuat Rayden yang ada di sana juga ikut meradang.Nyonya Ambar melebarkan matanya dan memandang kesal pada Evelyn. Apa gadis itu tidak tahu jika ada Rayden di sini. “Tuan muda Bagaspati, anda ada di sini juga? Ada perlu apa? Apa anda ingin mengatakan sesuatu tentang perusahaan itu?” Nyonya Ambar langsung mendekat ke arah Rayden. Sedangkan Evelyn sedikit terkesiap, sepertinya dia tidak tahu jika Rayden adalah tuan muda Bagaspati itu.Rayden hanya diam, dia me
Naya langsung bersembunyi di sebalik tubuh Rayden. Dia langsung gemetaran ketika mereka malah berpasasan di depan lobi restauran.Alex tersenyum sinis, dia terus memandangi Naya dengan lekat dan tajam. “Sejauh apapun kau mencoba untuk pergi, kau akan tetap bertemu denganku, Naya.”“Jangan coba-coba untuk menyentuhnya. Apa kau mau masuk rumah sakit lagi?” Rayden menatap tajam Alex. Pria ini tidak juga jera untuk mengganggu dan menakuti Naya. Masih Rayden ingat betapa kejamnya Alex memperlakukan Naya beberapa waktu lalu.Dia memang ingin menjadikan Naya sebagai pelampiasan untuk membuat Alex marah dan cemburu. Tapi jika mengingat bagaimana takutnya Naya dengan pria ini, entah kenapa Rayden menjadi tidak tega.“Untuk kali ini kau bisa membawanya, tapi jangan harap hidup kalian akan tenang sampai kapanpun,” ancam Alex. Dia memandang Rayden penuh benci, dan setelah itu langsung masuk ke dalam restauran.Tapi sebelum itu Alex menyempatkan diri untuk menoleh ke arah Naya. Naya tidak memanda
Naya terbangun, dia menggeliatkan tubuhnya yang sudah terasa pegal. Perutnya yang lapar membangunkan dia dari tidurnya yang terasa nyaman. Atau mungkin karena dia sudah merasa bosan.Naya terkesiap saat merasa ada sesuatu yang menyelimuti tubuhnya. Sebuah jas, jas siapa. Pikirnya. Dan yang lebih membuat Naya terkejut tentu saja tatapan mata Rayden yang kini sedang menatapnya dari meja kerja.“Sepertinya kau terlalu nyaman berada di kantorku, ya,”Ucapan Rayden membuat Naya tersenyum getir, dia beranjak dan duduk sambil meraih jas itu. Terasa hangat dan harum aroma maskulin yang ada di jas ini mirip seperti harum aroma … tubuh Rayden.‘Apa ini jasnya,’ batin Naya heran. Dia melirik ke arah Rayden. Pria itu nampak mengemasi barang-barangnya yang ada di atas meja.“Bersihkan wajahmu, kita pergi sekarang.”“Kemana?” tanya Naya tanpa sadar. Bahkan suaranya masih terdengar serak dan berat.Rayden menoleh, memandang Naya dengan pandangan datar tapi itu sudah cukup membuat Naya mengerti untuk
“Mau apa kau kemari?” Rayden langsung menyerang Rengga dengan pertanyaan. Wajahnya datar dan tentunya kembali tidak bersahabat. Dan itu membuat Naya semakin merasa takut.Naya memilih mundur, dan berdiri dibalik tubuh Rayden, mengabaikan tatapan Rengga yang sejak tadi tidak pernah lepas dari tubuhnya. Entah apa yang ada di dalam kepala pria itu, tapi Naya benar-benar tidak suka dengan cara Rengga menatapnya. Apalagi Rayden.“Aku hanya ingin meminta laporan keuangan bulan lalu, sekaligus mengajukan beberapa klien seperti biasa.”“Urus itu dengan Agra. Aku tidak punya waktu untuk mengurus kecurigaan kalian,” Rayden kembali menarik tangan Naya dan langsung masuk ke dalam lift. Meninggalkan Rengga yang hanya bisa mencebikkan bibirnya. “Sombong sekali, lihat saja kalau sampai satu tahun kau juga tidak bisa memiliki pewaris, maka kau yang akan merasakan ada di posisiku!” Meskipun mendengar, tapi Rayden tetap mengabaikan perkataan Rengga. Dia memilih dan berdiri di balik pintu lift. Meman
Naya memandang Diandra yang kini berdiri di hadapan mereka. Dia juga menoleh ke arah Rayden yang masih duduk di kursinya. Pria itu mengusap mulutnya dengan tisu dan langsung menoleh pada Diandra.“Mau apa kau kemari?” Rayden memandang Diandra dengan lekat. Seperti biasa, mantan istrinya itu akan selalu tampil modis dengan pakaian formalnya. Selalu cantik dan juga menarik. Tapi wajahnya yang angkuh sangat jauh berbeda dari Naya yang lembut.Rayden mengerjapkan mata, kenapa dia jadi membandingkan Diandra dan Naya? Sialan.“Aku hanya rindu dengan rumah ini,” Tanpa merasa canggung ataupun malu, Diandra langsung duduk di hadapan Rayden. Duduk dengan senyum yang cukup memikat.Sungguh demi apapun, Naya hanya bisa memandang aneh. Kenapa ada wanita tidak tahu malu seperti Diandra. Rayden hanya masa lalu, tapi dia bisa bersikap seperti ini. “Ini bukan rumahmu lagi, kau lupa?” Nada suara yang terdengar dingin dan datar, mampu membuat Naya takut, tapi tidak dengan Diandra.“Ya, aku tahu. Tapi a
Naya membuka mata perlahan, dia menggeliat seiring matanya yang terbuka lebar. Namun, dia langsung terkejut saat melihat Rayden ada di sebelahnya dan masih nampak tertidur dengan tenang.Tubuh Naya menjadi kaku dan tegang, bahkan nafasnya terasa berhenti untuk beberapa saat ketika melihat Tuan muda ini tidur dengannya.Mata Naya mengerjap, dia baru ingat jika malam tadi Rayden memintanya untuk tidur di atas ranjang. Naya berpikir jika Rayden yang akan tidur di sofa. Tapi nyatanya, mereka malah tidur di atas ranjang yang sama.Hanya sebuah bantal guling yang menjadi pemisah di antara mereka. Dan sekarang, Naya bisa memandangi wajah tampan suaminya ini dari dekat.Sangat tampan, pria dewasa yang seharusnya sudah memiliki istri dan anak. Tapi Rayden masih sendiri dalam traumanya.Naya beralih, dia memandang langit-langit kamar. Jam masih menunjukkan pukul lima tiga puluh. Mungkin Rayden begadang malam tadi hingga saat ini dia masih tertidur.Karena tidak ingin mengganggu, Naya memutuskan
Cukup lama Naya berada di rumah sakit, mungkin hampir seminggu. Dan setelah keadaannya pulih Rayden membawa Naya kembali ke rumah. Selama seminggu di rumah sakit, Rayden tidak pernah pulang ke rumah. Setiap malam dia selalu menemani Naya di sana. Bukan hanya khawatir dengan keadaan gadis itu, tapi dia juga khawatir jika Alex datang dan membawa Naya kembali."Turun," Suara Rayden membuat Naya sedikit terkesiap. Selama di perjalanan dia hanya diam dan melamun saja. Tidak tahu harus senang atau tidak, tapi Rayden kembali membawanya ke rumah ini.Naya tidak menjawab, dia hanya keluar dari dalam mobil dan berjalan mengikuti Rayden masuk.Agra berjalan di belakang Naya, sesekali dia memperhatikan istri Tuannya itu yang sedikit lesu. "Selamat datang kembali Nona, Tuan," sapa Bu Minah.Naya tersenyum, dia mengangguk pelan memandang satu-satunya orang yang tulus padanya di rumah ini. Tapi … biasanya Vian yang akan menyambut mereka, kemana dia?"Nona sudah baikan?" Bu Minah terlihat khawatir