“Mom, Kendrick sedang dinas kemana? Mengapa aku harus mengganti nomor?”Mommy hanya tersenyum menanggapi apa yang ditanyakan oleh Vindry, kini ia sedang membaantu Vindry untuk membereskan pakaian yang akan dibawa selama satu bulan. Vindry hanya menurut dengannya.“Ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal, Sayang. Amanah dari Kendrick, kau harus mengganti nomor supaya tidak dihubungi oleh Diana,” ujar Mommy pada akhirnya setelah melihat wajah Vindry yang bersedih.“Mengapa aku tidak boleh menyimpan nomor Kendrick?” tanya Vindry, menatap Mommy dihadapannya saat ini.“Larangan dari Daddy,” jawab Mommy singkat, lalu tersenyum manis dan memberikan kode kepada Vindry untuk tidak bertanya lebih lanjut.Vindry menghela nafasnya, lalu kembali memasukkan pakaian yang akan dibawa esok hari. Ia sangat berterimakasih memiliki mertua seperti Mommy dan Daddy, kasih sayang mereka tidakk ada habis untuknya.“Mom,” panggil Vindry setelah selesai memasukkann pakaian miliknya ke dalam koper, menatap M
“Kau yakin tidak mendekat kepada Vindry? Sepertinya dia sedang mencarimu.”Kendrick dan Chandra saat ini sedang berada di Bandara, memperhatikan Vindry yang duduk bersama dengan Mommy dan Daddy. Ya, hanya itu yang bisa dilakukan oleh Kendrick, dan Chandra hanya menemani sahabatnya.“Tidak. Kau tahu Mommy seperti apa. Aku mendekat kepada Vindry, sebuah musibah terjadi,” ucap Kendrick, menatap Vindry dari balik kacamata hitamnya. Kedua kakinya ingin sekali menghampiri sang istri, tetapi melihat tatapan tajam dari Mommy, membuatnya mengurungkan niat.Mommy dan Daddy mengetahui Kendrick datang ke Bandara, tetapi tidak dengan Vindry. Chandra mengusap bahu Kendrick, berharap sahabat sekaligus atasannya itu tidak berbuat nekat lainnya.“Lebih baik, kita pergi, Kendrick. Kau tidak bisa mendekati Vindry,” ujar Chandra, menatap Kendrick yang menggeleng.“Tidak,” tolak Kendrick, menoleh ke sisi kirinya untuk menatap Chandra yang menggunakan kacamata, masker dan topi. “Kau pulang saja, aku tida
“Kenapa baru datang?”Kendrick melangkah masuk ke dalam apartement milik Diana, dirinya tidur pada sofa ruang tamu Diana. Sedangkan perempuan itu menaikkan sebelah alisnya, mendekati Kendrick yang memejamkan mata.Diana mencium aroma parfum pada kemeja biru yang dikenakan oleh Kendrick, “Kau habis dari club?” tanyanya, tidak mendapatkan jawaban dari Kendrick.“Kendrick,” panggil Diana, karena tidak mendapatkan jawaban dari laki-laki dihadapannya saat ini. “Habis main sama perempuan itu?” tanyanya, membuat Kendrick menggeram.“Berisik,” ketus Kendrick, membuka kedua matanya. “Lebih baik kau masak, aku lapar,” imbuhnya tanpa menjawab pertanyaan dari Diana yang tidak penting.“Aku tidak bisa masak, beli saja ya?”Kendrick segera beranjak, lalu melangkahkan kaki keluar dari apartement milik Diana. Tentu saja perempuan itu mengikutinya, menahan untuk tidak pergi. Sedangkan Kendrick menaikkan sebelah alisnya, segera menarik tangannya.“Kau mau kemana?” tanya Diana, menatap Kendrick y
“Jangan mendekat!”Kendrick menghela nafas beratnya, mengusap wajahnya dengan gusar dan menatap Vindry yang berdiri tujuh langkah darinya. Istrinya itu tidak ingin disentuh atau berdekatan dengannya, hal itu cukup membuatnya sedikit frustasi.“Aku bisa menjelaskannya, tetapi bukan sekarang,” ujar Kendrick dengan lembut, dirinya tersenyum manis, dan tidak mendapatkann respon positif dari Vindry.“Menjelaskan bahwa kau sudah tidur dengan Diana berkali-kali?” tanya Vindry dengan datar, perasaannya sangat sakit saat sebuah foto dia terima dari nomor yang tidak dikenal. Alasan itulah yang memaksanya untuk kembali ke rumah.“Aku hanya sekali tidur dengannya.”Vindry mengangguk, “Kau laki-laki normal, tidak mungkin selama tiga malam kau bersamanya, tidak melakukan apapun,” ucapnya dengan santai, lalu terkekeh. “Aku bodoh sekali percaya bahwa kau banyak pekerjaan sehingga membuatmu harus tidur di kantor,” imbuhnya, melangkah mundur menjauh dari sang suami.“Kau terlalu berfikiran terlalu jau
“Kau ingin kemana?”Vindry menatap Kendrick yang sudah rapih dengan pakaiann kantor, lalu melirik jam pada layar ponselnya, pukul 05:30. Ia kembali menatap Kendrick yang sudah berdiri dihadapannya saat ini.“Ada yang harus aku urus, kau jangan kemana-mana hari ini. Cukup diam di rumah,” ujar Kendrick, ditanggapi dengan gelengan kepala dari sang istri.“Aku hari ini ada janji buat bertemu dengan Kak Erlangga, dan Mamih.”Kendrick menaikkan sebelah alisnya, ia fikir Vindry tidak jadi untuk pergi ke rumah mertuanya. “Jam berapa?” tanyanya, memperhatikan Vindry yang sudah tenang dan tidak seemosi tadi malam.“Sepuluh,” jawab singkat Vindry, ia masih kesal dan marah dengan suaminya yang sudah berbohong kepadanya, bukan hanya berbohong tetapi bermain dengan wanita lain.“Oka, nanti aku antar,” ujar Kendrick, saat ingin mengecup kening perempuann dihadapannya saat ini, ditahan oleh Vindry.“Tidak perlu, kau kerja saja. Aku bisa pergi sendiri,” balas Vindry, lalu memberikan kode kepada suam
“Dimana Vindry, Mom?”Mommy yang sedang menyeruput teh hangat di ruang keluarga hanya bergumam, melihat Kendrick saja tidak. Ia kecewa dengan Kendrick, sama halnya sepertii Vindry yang sangat kecewa.“Mommy tidak tahu,” jawab Mommy, ia menepati janjinya. Tidak akan memberitahu Kendrick dimana keberadaan dari menantunya.“Mom, aku bertanya seriius,” ujar Kendrick, menatap Mommy yang menoleh kepadanya. Mommy menaikkan sebelah alis.“Kau fikir, Mommy sedang bercanda? Kau suaminya, harusnya kau tahu dimana istrimu saat ini,” balas Mommy, memperhatikan Kendrick yang mengusap wajah gusar.“Nomornya tidak aktif, Mom. Kopernya pun tidak ada, bajunya berkurang di lemari,” oceh Kenndrick dengan cemas. “Aku tahu Mommy mengetahui dimana keberadaan Vindry,” imbuhnya, menatap curiga Mommy.“Istri mana yang tidak kecewa setelah dia tahu sesuatu yang disembunyikan darinya?” tanya Mommy, menatap datar putranya yang bergeming.“Kau cari saja di rumah orangtuanya, kalau emang tidak ada di sana, jangan
“Antar aku ke rumah Mamih sama Papih.”Kendrick menoleh, dan pandangannya bertemu dengan Vindry, istrinya yang selalu dapat membuatnya emosi kepada orang lain. Ia tidak akan melepaskann Vindry, lagi.“Kau fikir aku akan menuruti apa yang kau inginkan?” tanya Kendrick, lalu menggelengkan kepala. “Aku tidak akan membiarkanmu kabur lagi,” tegasnya.Vindry menatap lurus ke depan, “Aku tidak akan kembali sampai kau mengakhiri hubunganmu dengan Diana,” ujarnya datar.“Aku akan mengakhiri hubunganku dengannya, tetapi tidak untuk sekarang,” balas Kendrick, tentu saja membuat Vindry bergumam dan menganggukkan kepala.“Kau bisa membuat keputusan tanpa persetujuanku, aku bisa melakukan hal yang sama.”“Kau jangan memancingku.”Vindry terkekeh, menatap Kendrick dari samping, “Kau yang memulai semuanya, membuat keadaan semakin sulit, lalu aku yang disalahkan?” tanyanya, memicingkan mata. Ia kembali berkata, “Aku kira kau pria yang berkelas, tetapi tidak. Kamu sangat bad.”“KAU!”Vindry menaikka
“Aku pergi, kau baik-baik di rumah. Aku akan menghubungimu saat sudah sampai di kantor.”Kendrick menatap Vindry yang hanya bergumam, ia mengecup puncak kepala sang Istri. Lalu melenggang pergi, meninggalkan Vindry yang hanya seorang diri di kamar yang sangat luas.Vindry menghela nafas, memang berat, tetapi dirinya tidak mempuunyai pilihan lain. Semakin ia berontak, semakin kuat cengkraman Kendrick kepadanya.“Kau menyakitiku untuk kesekian kalinya, Kendrick,” ucapnya, menatap dirinya pada pantulan cermin yang menyatu dengan lemari.Penampilannya sangat berantakan, lagi-lagi kedua matanya sembab karena menangis diam-diam pada dini hari. Apakah Kendrick mengetahuinya? Tidak tahu, Vindry tidak peduli jika suaminya mengetahui apa yang ia lakukan pada dini hari.“Aku tidak bisa percaya begitu saja dengann apa yang katakan. Hanya aku?” Vindry berdecih, tersenyum miring kepada dirinya sendiri. “Kau tidak mungkin akan menerima kesepakatan dari Argantara,” imbuhnya dengan penuh penekanan.