“Apa kau tidak bisa mengambil hari libur?”Vindry memperhatikaan Kendrick yang sedang mengenakan jas berwarna hitam di depan sana. Suaminya itu pagi-pagi sekali sudah bersiap untuk berangkat ke kantor, setelah dua hari sebelumnya tidak pulang, dan tadi malam pulang telat.“Tidak untuk hari ini,” jawab Kendrick dengan singkat, ia menghampiri Vindry dan mengecup kening sang istri cukup lagi. Lalu kembali berkata, “Kau tidak perlu mengantarku, Chandra sudah menunggunya.”Vindry hanya tersenyum manis kepada Kendrick, setelahnya Kendrick melenggang pergi keluar dari kamar. Ia menghela nafas berat, mengusap perutnya yang masih rata.“Kau merindukan Daddy? Kita ke grandma sama grandpa sajaa ya,” ucap Vindry kepada calon anaknya, lalu melenggang pergi dari kamar.Perempuan itu menuruni satu persatu tangga, dan melangkahkan kaki ke arah taman belakang rumah saat mendengar suara dari sana.Vindry memperhatikan Mommy dan Daddy yang sedang memetik buah mangga, lalu mendekati Mommy dan berdiri di
“Berhenti, Kendrick. Kau sudah menghabiskan dua mangga muda.”Vindry mengambil alih piring yang masih tersisa irisan buah mangga, dan menjauhkan dari jangkauan Kendrick yang menatapnya dengan tatapan sedih. Mommy dan Daddy yang berada di meja makan hanya bergeming memperhatikan interaksi putranya dan menantunya.“Kalau itu sudah habis, aku tidak akan memintanya lagi,” lirih Kendrick, menatap Vindry dengan penuh harap, wajahnya berubah menjadi sedih.Vindry menggeleng tegas, “Tidak. Sudah cukup, kau akan sakit perut jika terlalu banyak makan mangga muda,” ucapnya dengan lembut, menggenggam tangan suaminya.“Ayolah, Sayang. Mommy sama Daddy saja tidak melarangnya,” rengek Kendrick, tentu saja membuat Mommy dan Daddy menatap satu sama lain. Tidak percaya dengan perubahan sikap Kendrick saat ini.“Tidak. Besok lagi saja,” balas Vindry, tetap pada pendiriannya. Ia melakukan ini supaya pencernaan Kendrick tidak ada masalah, karena dirinya pernah menghabiskan satu buah mangga muda saja bisa
“Kendrick tidak pulang lagi?” tanya Mommy kepada Vindry yang baru selesai membantu Bibi menyiapkan makanan.Vindry hanya tersenyum tipis, “Sepertinya sedang banyak yang dikerjakan oleh Kendrick, Mom,” ucapnya, lalu mengambil tempat kosong di sebrang Daddy, kursi yang biasanya ditempati oleh Kendrick.Bibi berpamitan ke belakang untuk menyelesaikan tugasnya yang lain, memberikan ruang untuk tuan besar, nyonya besar, dan nyonya muda berbicara.“Kendrick memberimu kabar?” tanya Daddy, dijawab dengan gelengan kepala. Ia sedikit khawatir dengan keadaan Vindry, yaa keadaan menantunya bukan keadaan putranya yang difikirkan.Sudah 3 malam Kendrick tidak tidur di rumah, pria itu tidak memberitahu sedang berada dimana dan dengan siapa. Tentu saja membuat Vindry khawatir, tetapi setiap kali ingin pergi ke kantor dilarang oleh Daddy.“Rencananya hari ini aku ingin pergi ke kantor Kendrick, Dad. Perasaanku tidak tenang, boleh?”Daddy bergeming, lalu menggelengkan kepala. “Tidak, biar aku saja yang
“APA KAU GILA, KENDRICK!”Kendrick bergeming, tidak menatap Mommy yang sedang dikuasai dengan emosi, ia belum menjelaskan apapun, tetapi Mommy sudah semarah ini? Lalu melirik Daddy yang duduk di sebelah kirinya. Apa yang dikatakan oleh Daddy?“Istrimu sedang hamil, lalu kau tidur bersama wanita jalang bernama Diana?”Terjawab sudah kebingungan yang melanda otak Kendrick, ia bangkit dan berdiri dihadapan sang Mommy yang sedang dikuasai oleh emosi. Apakah dengan dirinya berkata jujur semua akan terlihat mudah diterima? Dilihat dari emosi Mommy, sepertinya … tidak.“Mom, tenang. Aku akan menjelaskannya, tapi Mommy tidak boleh emosi,” ujar Kendrick dengan lembut, mencoba untuk menenangkan sang Mommy. Tetapi penolakan yang ia terima.“Apalagi yang ingin kau jelaskan? Vindry mengkhawatirkanmu, Kendrick!”Kendrick bergeming, memilih untuk mundur dua langkah, menciptakan jarak antara dirinya dan Mommy. Pilihan terbaik, membiarkan Mommy mengeluarkan seluruh sisa tenaga, jika sudah habis, lebi
“Aku ingin melihat Vindry, Mom.” Mommy menggelengkan kepala dengan tegas, tidak mengijinkan putranya untuk bertemu dengan Vindry yang saat ini sudah tertidur di kamar. Ia saat ini berada di ruang kerja Daddy, menahan Kendrick untuk kembali tetap duduk di sofa, sedangkan Daddy hanya duduk santai di kursi kerja. “Setelah kau tidak pulang tiga hari, lalu kau ingin bertemu dengan Vindry? Mommy tidak akan membiarkannya. Kau sudah ada bau Diana.” Kendrick berdecak pelan, “Aku tidak tidur satu ranjang dengan Diana, dia di ranjang, aku di sofa,” ucapnya, berharap Mommy akan mengerti, tetapi tidak. Mommy dengan keras kepala tidak percaya dengan apa yang ia katakan. “Kau tidur satu kamar dengan Diana,” balas Mommy, membuat Kendrick menghela nafas beratnya. Putranya itu mengusap gusar wajah dengan kedua tangan. “Mom ….” “Tidak semudah itu Mommy ijinkan kau bertemu dengan Vindry. Tiga hari tidak pulang, tidak membalas pesan dari Vindry, lalu sekarang kau ingin bertemu dengan Vindry?” “Aku
“ARGGHH!” PRANG! Chandra dan Argantara hanya duduk di sofa berwarna biru langit yang ada di apartement milik Chandra, mendengarkan suara pecahan yang berasal dari kamar disinggahi oleh Kendrick. Tanpa melakukan tindakan lain, memberikan waktu untuk Kendrick meluapkan emosi. “TIDAK! AKU HARUS BERTEMU DENGAN VINDRY!” Argantara menghela nafas, menengadahkan wajahnya menatap langit-langit ruang tamu, dirinya menjadi merasa bersalah dengan Kendrick. Bagaimana tidak? Dirinya meminta bantuan kepada Kendrick untuk membuat Diana hancur, tetapi yang terjadi seperti saat ini. Kendrick tidak diijinkan bertemu dengan Vindry, bahkan istrinya itu akan dibawa pergi menjauh darinya. Mommy yang akan membawa Vindry darinya, Mommy sudah memesan tiket pesawat untuk penerbangan besok hari pada pukul lima pagi, penerbangan pertama. Chandra yang duduk bersandar, menatap lukisan taman yang memang sengaja dia pasang di sisi kanan dan kiri televisi. Cukup membuatnya sedikit tenang, berfikiran dengan luas
“Mom, Kendrick sedang dinas kemana? Mengapa aku harus mengganti nomor?”Mommy hanya tersenyum menanggapi apa yang ditanyakan oleh Vindry, kini ia sedang membaantu Vindry untuk membereskan pakaian yang akan dibawa selama satu bulan. Vindry hanya menurut dengannya.“Ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal, Sayang. Amanah dari Kendrick, kau harus mengganti nomor supaya tidak dihubungi oleh Diana,” ujar Mommy pada akhirnya setelah melihat wajah Vindry yang bersedih.“Mengapa aku tidak boleh menyimpan nomor Kendrick?” tanya Vindry, menatap Mommy dihadapannya saat ini.“Larangan dari Daddy,” jawab Mommy singkat, lalu tersenyum manis dan memberikan kode kepada Vindry untuk tidak bertanya lebih lanjut.Vindry menghela nafasnya, lalu kembali memasukkan pakaian yang akan dibawa esok hari. Ia sangat berterimakasih memiliki mertua seperti Mommy dan Daddy, kasih sayang mereka tidakk ada habis untuknya.“Mom,” panggil Vindry setelah selesai memasukkann pakaian miliknya ke dalam koper, menatap M
“Kau yakin tidak mendekat kepada Vindry? Sepertinya dia sedang mencarimu.”Kendrick dan Chandra saat ini sedang berada di Bandara, memperhatikan Vindry yang duduk bersama dengan Mommy dan Daddy. Ya, hanya itu yang bisa dilakukan oleh Kendrick, dan Chandra hanya menemani sahabatnya.“Tidak. Kau tahu Mommy seperti apa. Aku mendekat kepada Vindry, sebuah musibah terjadi,” ucap Kendrick, menatap Vindry dari balik kacamata hitamnya. Kedua kakinya ingin sekali menghampiri sang istri, tetapi melihat tatapan tajam dari Mommy, membuatnya mengurungkan niat.Mommy dan Daddy mengetahui Kendrick datang ke Bandara, tetapi tidak dengan Vindry. Chandra mengusap bahu Kendrick, berharap sahabat sekaligus atasannya itu tidak berbuat nekat lainnya.“Lebih baik, kita pergi, Kendrick. Kau tidak bisa mendekati Vindry,” ujar Chandra, menatap Kendrick yang menggeleng.“Tidak,” tolak Kendrick, menoleh ke sisi kirinya untuk menatap Chandra yang menggunakan kacamata, masker dan topi. “Kau pulang saja, aku tida
“Miquera, kau dengar Mommy?” Vindry menatap anak perempuannya yang bernama Miquera Milo Yumna, dan Miquera hanya terdiam dengan pandangan menunduk. “Terus, Mom. Miquera memang susah sekali diberitahu, kalau sudah kejadian saja baru menangis meraung-raung,” timpal anak laki-laki mengenakan T-shirt berwarna hitam dan celana selutut, Miqueza Milo Intezar. “Abang diam,” tegas Kendrick tanpa membentak, ia menatap Miqueza yang mengulum bibir di sisi kirinya. Vindry menghela nafas, memijat keningnya yang terasa pening. Anak perempuannya yang berusia 5 tahun telah melakukan kesalahan. “Coba jelaskan satu kali lagi kepada Mommy, supaya Mommy tidak salah mengambil sikap kepadamu,” ucap Vindry dengan lembut, membelai surai panjang milik Miquera. Miquera menatap Mommynya yang tersenyum kepadanya, ia bergumam dan memainkan jemarinya. “Aku sedang bermain di taman bersama dengan Abang, lalu Naira mendorongku sampai terjatuh. Aku tidak terima, aku mendorongnya kembali,” ucap Miquera, menatap
“Tujuh tahun dan empat tahun? Jadi, sebelas tahun hukumannya?” Vindry menatap Kendrick yang duduk di sisi kanannya, dan sang suami menganggukkan kepala tanpa menoleh. “Ya, dia pantas mendapatkannya,” ucap Kendrick, menatap sang istri yang bergumam. Mereka berada di dalam ruang persidangan, dan keputusan hakim sudah ditetapkan. Pada persidangan saat ini, Zaiden sebagai pelapor dan Diana sebagai tersangka. Zaiden memenangkan persidangan pada pagi hari ini, Diana ditetapkan bersalah atas laporan yang dibuat oleh Zaiden dengan bukti yang valid. “TIDAK! AKU TIDAK BERSALAH! “ Vindry sedikit terkejut, ini bukan pertama kalinya ia mendengar Diana berteriak di ruang persidangan setelah hakim mengetuk palu. Kendrick merangkul Vindry, membantu istrinya untuk berdiri dan membawanya keluar. Tetapi belum sempat mereka melangkah, Diana kembali berteriak. “KENDRICK, INI SEMUA RENCANAMU UNTUK MENGHANCURKANKU, KAN?” “KAU MANUSIA TIDAK PUNYA HATI!” “ARGHH! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK SALAH! AKU DIJ
“Kau tidak tergoda dengan Diana, right?” Argantara menatap Zaiden yang menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Mereka saat ini sedang berada di apartement milik Chandra, bersama dengan Kendrick. “Tidak, Kak Arga. Aku sudah lama juga tidak bertemu dengannya, mungkin sekitar satu bulan,” ujar Zaiden, diangguki oleh Argantara. Chandra menyimpan dua toples di meja, ia baru saja mengambilnya dari dapur. Memilih untuk duduk di sisi kanan Kendrick. “Jadwal sidang pertamamu itu besok, kan?” tanya Chandra, menatap Kendrick yang bergumam. “Besok siang,” jawab Kendrick, diangguki oleh Chandra. “Kau menjadi saksi, right?” tanyanya kepada Argantara. Argantara menganggukkan kepala, “Ya. Aku menjadi saksi dalam kasusmu dan Zaiden,” ujarnya dengan santai. Jangan bertanya ‘bagaimana perasaan Argantara saat ini’, karena jawabannya sangat bahagia. Argantara berhasil membuat Diana ditahan, dan wanita itu harus menghadapi dua kasus yang berbeda. “Kau benar-benar kejam,” celetuk Chandra, meng
“Kau bertemu dengan Diana?”Chandra menatap Kendrick yang sedang menyeruput kopi di hadapannya, sahabatnya itu menggelengkan kepala.“Tidak. Aku malas bertemu dengannya jika bukan dipersidangan.”Chandra sangat mengerti, jika ia sedang dipoisisi Kendrick akan melakukan tindakan yang sama, tidak ingin bertemu dengan Diana.“Kau datang ke kantor polisi?” tanya Chandra, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick yang duduk santai di kursi kekuasaan.“Aku hanya mengantar Zaiden, karena Argantara sedang ada urusan ke luar kota. Zaiden bertemu dengan Diana, dan aku mengobrol dengan polisi disana,” jelas Kendrick, menatap Chandra yang sedang menatapnya.“Diana tidak melakukan kekerasan kepada Zaiden?”Kendrick menggelengkan kepala, “Diana memohon kepada Zaiden untuk Zaiden mencabut laporan, supaya dia bisa bebas.”“Masih bisa memohon? Tidak memiliki malu?” gerutu Chandra, ditanggapi dengan tertawa oleh Kendrick.“Diana sejak kapan memiliki urat malu? Dia mengatakan kepada Zaiden, tidak akan m
“Kau bahagia?”Kendrick menatap Vindry yang menganggukkan kepala dengan cepat. Mereka saling beradu tatap, dan saling tersenyum manis.“Beberapa bulan cuma di rumah, terus sekarang bisa ada di sini tuh rasanya seperti keluar dari dalam goa,” oceh Vindry, terkekeh dan menatap hamparan laut di depan sana.Angin pada sore hari ini cukup kencang, menerpa surai panjang milik Vindry. Perempuan itu meluruskan kedua kaki, dan mengusap perutnya yang semakin membesar.“Kau baik-baik ya di dalam sana. Sehat terus anak, Mommy,” monolog Vindry, tersenyum manis dan menatap Kendrick yang sedang memperhatikannya.“Menurutmu, anak kita laki-laki atau perempuan?” tanya Kendrick, menatap Vindry yang menaikkan sebelah alis.“Tadi kata dokter kemungkinan laki-laki. Kau berharapnya perempuan pada saat lahir nanti?”Kendrick menggelengkan kepala, hanya memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi tidak salah.Sebelum mereka pergi ke pantai, mereka pergi ke rumah sakit untuk check kandungan Vindry, karena sudah
“Apakah kau sudah tenang? Dendam yang selama ini kau simpann, sudah terbalaskan?”Kendrick menatap Argantara yang menghela nafas. Sahabatnya itu mengangguk, dan menatapnya .“Sedikit, aku masih menunggu hasil putusan sidang. Aku harus memastikan bahwa Diana mendapatkan hukuman yang setimpal,” ujar Argantara, diangguki oleh Kendrick.“Kau tidak ada yang terluka?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua aman terkendali,” ucap Argantara, diakhiri dengan tertawa pelan.Rencana yang sudah disusun oleh Argantara selama beberapa tahun ini, berjalan lancar hari ini. Diana sudah ditangkap oleh Polisi, dan ditahan dengan bukti-bukti yang diberikan.“Kalian yakin kalau Bu Dewi tidak ada niatan jahat seperti Diana?” tanya Vindry yang duduk di sebelah Kendrick, menatap keempat pria dewasa didekatnya.Argantara menggeleng kepala, “Bu Dewi ini orang baik, beliau sudah memperingati Diana untuk berhenti dan mencari pekerjaan yang menghasilkan,” ujarn
“Kau tidak bisa menyangkal, sudah terlihat jelas di rekaman tersebut, perempuan itu adalah kau.”Diana menggelengkan kepala, berusaha untuk meraih tangan Zaiden, tentu saja ditepis oleh laki-laki itu.“Itu bukan aku, badanku tidak sekurus itu,” ucap Diana, mencoba untuk tenang dan menatap Zaiden yang hanya menampilkan ekspresi datar.Zaiden menatap layar berwarna putih, memperlihatkan sebuah foto yang dimana dirinya dan Diana satu frame.Diana melebarkan kedua matanya, bodynya sangat mirip dengan perempuan yang ada di dalam rekaman CCTV.Wanita itu menelan air liurnya, panik dan takut menjadi satu. Ia terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian untuk melawan Zaiden.“Body yang seperti aku itu memang banyak, bukan hanya aku,” ucap Diana setelah mendapatkan kembali keberaniannya.Zaiden menganggukkan kepala, lalu foto berganti menjadi plat mobil yang tertangkap pada rekaman CCTV dan surat dengan plat yang sama atas nama Diana Danira.“Aku tidak akan menuduhmu sebagai dalang jika aku tidak
“Kau merindukanku?”Zaiden hanya terseenyum mendengarnya, fokusnya hanya kepada Diana yang baru saja duduk di kursi sebrangnya.“Jalanan macet?” tanya Zaiden, diangguki oleh Diana.“Benar, jamnya karyawan pulang kerja,” ucap Diana, tersenyum manis kepada Zaiden yang tersenyum tipis.“Aku tahu kau lelah, jadi silahkan pesan apapun yang kau inginkan. Aku yang akan membayarnya,” ujar Zaiden dengan serius, membuat Dianna berbinar.“Kau serius?”“Apakah wajahku terlihat bercanda?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.Diana mengangkat tangannya ke udara, memanggil waitress dan melihat buku menu yang diberikan oleh waitress.Diana dan Zaiden berada di sebuah restoran mewah. Zaiden booking ruang VVIP yang ada di restaurant tersebut.Hening, sepi, tidak ada orang lain selain mereka berdua.“Kau pesan apa, Baby?” tanya Diana, menatap Zaiden yang tersenyum manis.“Sama saja dengan pesananmu.”Diana mengangguk, lalu menatap waitress yang melihat kembali catatan kecil yang dib
“Aku menyesali pernah terpesona dengan Diana.”Zaiden bergidik geli saat melihat dirinya dahulu, mengejar Diana sampai membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan waktu yang lama.Argantara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, ia menepuk bahu Zaiden sebagai bentuk rasa prihatin.“Dia itu waras atau tidak?” tanya Zaiden, menatap ketiga pria dewasa yang saat ini sedang bersamanya.“Apakah harus dijawab?” tanya Chandra, menyeruput kopi susu yang ia buat pada pagi hari ini.“Tidak, aku hanya bertanya.”Kendrick duduk bersandar dengan santai, pandangannya fokus kepada Zaiden yang duduk di sebrangnya.“Pengakuan dari orang suruhan Diana, bisa kau gunakan sebagai barang bukti,” ujar Kendrick, membuat Zaiden menatapnya.“Kau memaksanya untuk berkata jujur?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala.“Aku tidak pernah memaksakan orang lain,” ucap Kendrick dengan bangga.“Masih satu minggu aku menjebaknya,” gumam Zaiden, menatap ketiga pria dewasa di satu ruangan y