"Apaa?!" Sontak saja Langit langsung membelalakan mata menatap tidak percaya pada Cahaya. Sungguh ia sangat syok ketika mendengar kata cerai yang keluar dari bibir gadis itu. Lalu dengan segera lelaki itu kembali menggelengkan kepala. "Tidak, aku mohon jangan berkata seperti itu, Aya!" Kini pria itu memeluk erat tubuh gadis yang sedang terduduk di hadapannya kini. Sedangkan gadis itu hanya terdiam seperti patung tidak mau membalas pelukannya. "Aku mohon dengarkan penjelasanku dulu, Aya! Akan aku jelaskan dengan yang sejujur-jujurnya kalau semua ini hanyalah salah paham saja. Jadi, please jangan berburuk sangka dulu, ok?" Lelaki itu menengadahkan wajahnya menatap gadis itu dengan sayu. "Ya ya memang benar kalau selama ini aku sering pergi menemuinya. Akan tetapi kami tidak pernah melakukan apa pun juga, Aya. Ya, aku pun terpaksa melakukan ini, karena aku sudah terlanjur berjanji kepadanya kalau aku akan menemaninya dalam waktu sebulan ini saja." Dengan sangat gugup dan terbat
Cahaya Putri Aulia, gadis muda yang baru berusia 21 tahunan ini terbangun dari tidurnya. Karena merasa haus, ia ingin mengambil botol air minum yang ada di atas meja samping ranjang. Namun sayang, botol itu dalam keadaan kosong."Duh ... mana habis lagi. Terpaksa deh, aku harus ke dapur," gumamnya sembari mengamati botol yang ia pegang. Sebelum beranjak dari tempat tidur, sekilas gadis itu menoleh ke arah samping. Di mana di atas tempat tidur itu terdapat seorang gadis yang usianya lebih muda satu tahun darinya, yang bernama Thalita Shakira Maharani, sedang tertidur pulas di sana. Ya, Cahaya atau lebih akrab dengan panggilan Aya itu sekarang sedang menginap di kamar sang majikan untuk menemani Nona mudanya yang sedang sendirian karena kedua orang tuanya sedang berada di luar kota. Lalu, gadis berambut ikal sebahu itu beranjak dari tempat tidur dan segera ingin menuju dapur.Ceklikk!Namun, ketika baru saja ia keluar dari kamar, dirinya langsung dikagetkan oleh kehadiran sesosok laki
Brakk!Bagus Santosa dan sang istri yang bernama Sintya Widyawati itu merasa sangat terkejut. Sepulang dari perjalanan di luar kota, mereka tak sengaja mendengar ada suara keributan dari kamar sang anak sulungnya. Sehingga otomatis membuat kedua paruh baya itu merasa keheranan dan juga sangat panik karenanya. Lalu, dengan tanpa berpikir panjang lagi, saat itu juga sang suami langsung mendobrak pintu kamar tersebut. Dan, betapa terkejutnya mereka ketika melihat apa yang tengah dilakukan oleh dua orang yang berada di dalam kamar itu.Langit yang sedang menindih Cahaya terjingkat kaget dan menoleh ke arah sumber suara. Begitu juga dengan wanita yang kini berada di bawahnya itu pun sama kagetnya dengannya."Langit! Apa yang kamu lakukan?" teriak Bagus dengan penuh emosi melihat nanar pada putra sulungnya yang kini tengah berada di atas tubuh seorang wanita. Lalu, dengan seketika lelaki paruh baya itu segera menyeret paksa tubuh Langit agar segera bangkit dari atas gadis itu. Dan dengan
"Ta-tapi, aku gak bisa menikah dengan dia, Pah. Karena Aku tidak mencintainya, Pah," elak Langit."Lagi pula aku juga tidak sengaja melakukan itu semua. I-itu hanya kecelakaan. Sungguh aku gak sengaja. Aku khilaf, Pah." Tentu saja pria muda berusia 25 tahunan itu langsung menolaknya."Terus kamu maunya bagaimana, Langit? Setelah semua ini terjadi, lalu kamu mau lepas dari tanggungjawab, huh?" pungkas Bagus kesal."Langit-langit! Papah dan Mamahmu ini tidak pernah mengajarimu tuk jadi orang yang tidak bertanggungjawab seperti ini, Langit!" lanjutnya. Tiba-tiba saja keluarga dari Cahaya yang sengaja dipanggil oleh Bagus telah datang. Yaitu Paman dan Bibiknya Cahaya kini telah masuk ke rumah tersebut. "Tuan, ini Pak Hadi dan istrinya sudah datang," ucap salah satu pelayan yang mempersilahkan pasangan suami istri itu untuk masuk ke ruang tamu.Sontak semua orang yang berada di sana langsung menoleh ke arah pasangan suami istri tersebut."Oh, Pak Hadi dan Bu Irma. Mari-mari silahkan dudu
Seketika seluruh orang yang berada di ruang itu merasa sangat syok dan juga panik. Dengan segera Sintya menyuruh putrinya untuk mengambil obat dan air putih untuk suaminya."Ini, Pah. Diminum dulu, Pah!" Dengan wajah yang terlihat sangat cemas Sintya menyodorkan segelas air putih dan satu butir obat pada suaminya.Setelah meminum obat, rasa nyeri di dalam dada lelaki itu sudah sedikit berkurang. Tiba-tiba tangan Bagus bergerak lemah ingin meraih tangan pria yang berdiri di dekatnya. Pak Hadi yang melihatnya, langsung menyambut dan meraih tangan itu. Lalu menggegamnya erat."P-p-pak Hadi!" ucap Bagus pelan."Iya, Tuan!" jawab Pak Hadi."To-tolong maafkan saya! Ini semua adalah salah saya karena telah gagal mendidik Langit. Sehingga Langit sampai berbuat seperti itu pada Cahaya." Dengan tatapan yang terlihat sendu, Bagus memohon permintaan maaf atas kesalahan yang diperbuat oleh anak sulungnya.Pak Hadi menggeleng. "Tidak, Tuan! Ini bukanlah salah, Tuan.""Ta-tapi, apakah Pak Hadi mau m
Ceklik!Dengan sedikit ragu, gadis cantik yang masih memakai kebaya pengantin itu mulai melangkah masuk ke dalam suatu ruang kamar seperti suite room di hotel mewah. Ruangan itu tampak begitu indah dan luas. Namun, di ruang inilah dirinya hampir kehilangan mahkotanya, sehingga membuatnya harus terpaksa menikah dengan sang anak majikan.Untuk sesaat ia mengedarkan pandangan, mengamati ruangan kamar tersebut. Di tengah ruangan itu ia melihat ada sebuah ranjang besar dengan ukuran king size lengkap dengan kasur busa yang terlihat sangat empuk dan nyaman untuk merebahkan diri.Di depan ranjang terdapat TV LED dengan layar yang lebar menempel di dinding. Sedangkan di sebelah kiri ranjang ada sebuah lemari baju yang besar berdiri kokoh di dekat tembok. Sementara di sisi kananya ada sebuah sofa yang terletak di dekat jendela kaca besar yang langsung menghadap ke balkon.Lalu dengan perlahan ia mulai menapakkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Namun, ketika baru beberapa langkah ia memasuk
Keesokan harinya. Dengan kebingungan Cahaya terbangun hanya seorang diri di dalam kamar. Untuk sesaat gadis itu terdiam menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mencoba mengingat-ingat kejadian apa yang telah menimpanya semalam."Huh!" Reflek gadis itu membekap mulutnya dengan kedua tangan. Ia pun teringat dengan kejadian semalam. Sontak rasa takut, cemas dan khawatir mulai menyelimuti hatinya. Dan ia pun berfikir ke mana laki-laki itu berada sekarang? Apakah dia dalam keadaan yang baik-baik saja?Ingin sekali ia mengabaikan rasa itu. Ia berusaha untuk bersikap acuh dan tidak perduli terhadapnya. Tapi tidak bisa. Perasaan bersalah masih saja muncul di benaknya. Sembari berjalan mondar-mandir di samping ranjang, sesekali ia menggigit kuku-kukunya yang sudah sedikit panjang, terlihat jelas kalau ia sedang sangat gelisah memikirkan bagaimana keadaan lelaki itu.Otaknya kini tidak bisa berfikir dengan jernih. Apa bila ia memikirkan sikap Langit yang sangat kasar padanya. Ia tidak tau apa y
Waktu menunjukan pukul jam 05.00 pagi. Seperti biasa, setelah menunaikan sholat subuh, Sintya keluar dari kamar dan segera berjalan menuju dapur. Sesampainya di sana, ia langsung membuka kulkas dan melihat-lihat isi dalam kulkas tersebut."Eh, Nyonya udah bangun?" sapa salah satu pelayan yang biasa bertugas sebagai tukang masak di sana.Sintya menoleh ke arahnya. "Eh, iya, Bik. Nanti kira-kira Bibik mau masak apa buat sarapan pagi ini?""Nyonya mau dimasakin apa hari ini?""Terserah Bibik aja, deh!""Em ... baiklah, Nyah. Bagaimana kalau nasi goreng seafood atau roti panggang isi aja?" usul si pelayan itu."Em ... kalau gitu, Bibik bikin keduanya saja. Biar nanti anak-anak yang akan memilih sendiri makanannya.""Oh, Baik, Nyah, sendiko!""Eh, ya Bik. Bahan makanan kayaknya udah pada mulai habis. Lebih baik nanti setelah Bibik selesai masak langsung pergi belanja ke pasar saja ya! Mumpung masih pagi, kan, masih banyak pilihan dan pastinya juga masih fresh sayurannya.""Iya baik, Nyah.