Diaz keluar dari mobilnya dan melihat sosok gadis yang duduk di kursi roda dan di sampingnya adalah asistennya yang membantu Monica melanjutkan hidup.
Monica Prayoga adalah anak tunggal dari adik ayah Diaz. Sejak usia sepuluh tahun kakinya lumpuh disebabkan tertimpa reruntuhan gempa bumi, orang tuanya tidak ada yang selamat, hanya Monica. Keluarganya sempat tinggal di Kalimantan untuk menjalankan bisnis, tetapi setelah gempa bumi Monica dipindahkan ke Kepulauan Seribu dengan persetujuan Dani yang tak lain ayah Diaz. Selama itu, Monica mengasingkan diri tanpa kenal tetangga atau pun teman.
Gadis manis yang mempunyai lesung pipi dan mata lebar berada di teras melihat bunga-bunga yang bermekaran dari jauh, bukan menunggu Diaz. Baginya, berada di keluarga ini membuat hidupnya kian sulit.
Diaz menghampiri dan menyapanya. Monica menyuruh asistennya untuk istirahat di ruang tamu.
"Lo beneran kecelakaan?" sarkas Monica melihat Diaz dari bawah sampai atas tanpa ek
Diaz menggendong Mila keluar dari mobil, sedangkan Vio mengeluarkan kursi roda untuk digunakan Mila sementara sampai kondisinya membaik.Vio malas baru sampai sudah melihat Monica bersama asistennya di depan teras sedang berbincang. Eric pasti tertekan menempel dengan Monica yang tak berperasaan dan kejam.Monica menyunggingkan senyum tipis melihat tiga orang keluar namun salah satunya duduk di kursi roda sepertinya.Diaz punya sopan santun, sebelum mengabaikan Monica dan membubuhkan kebencian lebih banyak, dia membawa Mila padanya untuk diperkenalkan. Vio sudah jelas tidak mau melihat Monica, apalagi bicara."Monica, ini Mila."Mila tersenyum, Vio sudah memperingatkannya agar tidak mengulurkan tangan saat pertama bertemu. Monica tidak suka uluran tangan siapa pun selain Eric.Dilihat-lihat, Monica memang lebih mengerikan dibanding Mila. Ia harus hati-hati, kalau tidak menjaga emosi, bisa dimakan hidup-hidup olehnya.Diaz memperkenalk
Dalam hal berpindah tempat yang berjarak dekat Mila masih bisa pegangan benda lain. Kalau Monica memang harus dipindahkan dengan cara spesial, beruntungnya Eric begitu menyayanginya dan penuh kasih sayang."Selamat makan." Mila langsung mengatakan sebab sudah lapar melihat banyak makanan.Monica melihat Eric berdiri di sampingnya seperti pengawal. "Duduk," suruhnya melirik kursi di sebelah yang kosong.Eric duduk setelah melihat Diaz mengangguk. Jika Monica bicara maka harus segera dilaksanakan, begitulah caranya menunjukkan kepedulian.Monica ikut makan bersama mereka sebab Eric membeli makanan dari luar, bukan buatan rumah. Dia sekarang saling tatap dengan Vio. Perempuan tua itu pasti terganggu dengan kehadirannya, secara merasa tersaingi dengan adanya kepribadian yang lebih kejam.Vio beralih melihat Mila dan Meida yang saling senyum dan memberikan lauk untuk dimakan. Sekilas dia berpikir ingin mengulang waktu menikmati kebersamaan saat masih le
Diaz turut melakukan kesalahan yang mengakibatkan terenggutnya dua nyawa. Sehari sebelum terjadinya gempa bumi di Kalimantan, orang tua Monica akan mengadakan peletakkan batu pertama dalam sebuah proyek pembangunan rumah susun 6 tingkat. Diaz harusnya berada di sana untuk mendukung mereka, tetapi dia tidak hadir dengan alasan periklanan yang dipimpin Dani sedikit kacau. Media juga berdatangan mempertanyakan kesalahan apa yang membuat saham PFWorld turun drastis.Dani diprotes pemegang saham dan direksi hingga hampir turun jabatan. Sebelumnya peletakkan batu pertama di Kalimantan akan dihadiri mereka sebab jadwal orang tua Monica bentrok dengan pertemuan di Pulau Sembilan.Secara mendadak Diaz memberi kabar pada mereka bahwa dia dan Dani tidak bisa ke sana malam itu sebab perusahaan bermasalah. Orang tua Monica memahami mereka dan berjanji akan menggantikan dengan perjanjian khusus sebagai keluarga.Monica tidak bodoh, dia mungkin mendengar percakapan merek
Tidak ada yang mengenal Diaz lebih baik dari Vio. Hubungan saudara mereka diwarnai dengan pertengkaran setiap hari dan prasangka buruk satu sama lain.Ada satu hal yang mengusik Vio. Apakah kali ini Diaz bersungguh-sungguh mencintai Mila? Semua pihak keluarga tahu seberapa besar Diaz mencintai Irene sejak lama dan pengorbanannya hingga membuat mereka naik darah. Masih menjadi pertanyaan pula adakah sebab lain yang membuat Diaz menyetujui perjodohan dari Dani dan Raffa. Jika ada, Vio penasaran alasannya.Mila sendiri masih memperhatikan Diaz yang tumben duduk di kursinya dengan tatapan kosong menghadap monitor yang mati.Sejujurnya, Mila mendengar ucapan Vio. 'Tapi gak menutup kemungkinan, Diaz gak ikut rugi karena proyek rusun 6 tingkat punya orang tua Monica dan dia gak jadi mati' . Mengapa dia berbicara seolah-olah Diaz yang merasa diuntungkan dalam kejadian itu?Segalanya masih semu jika Diaz tidak ikut angkat suara. 'Dia sama sekali gak ik
Monica kembali pada Eric untuk membahas mereka. "Gimana menurut lo? Gue keterlaluan?"Eric bersandar sembari berpikir cukup lama. "Hm, bukannya kamu biasa keterlaluan setiap bicara?" ejeknya.Monica memukul paha Eric. Beraninya mengatakan tiap buka suara dia keterlaluan. "Gak setiap hari," kilahnya.Eric mencondongkan tubuhnya ke depan lalu mengatakan, "Jangan terlalu jelas, mereka mudah goyah."Monica mendecih lalu tersenyum singkat. "Bukan urusan kita.""Lo senyum lagi," kata Vio dari lantai atas setelah memperhatikan mereka. Dasar aneh. Monica tidak bisa lepas dari Eric namun memintanya menikah. Dia pikir rumahnya penampungan pasangan asisten? Harusnya kalau suka katakan saja supaya jelas.Monica mendongak ke atas lalu memarahi Eric seperti sebelumnya. "Gue masih marah, mana mungkin senyum!" tangkis Monica lalu menggerakkan kursi roda menuju halaman belakang.Eric ikut menengadah ke atas lalu berkata, "Kamu selalu buat Monica
"Diaz." Mila tersenyum tatkala Diaz beralih menatapnya saat sedang mengurus pekerjaan kantor."Kenapa kamu tiba-tiba senyum?" Diaz menopang dagunya dengan tangan sebelah. Jarang sekali Mila tersenyum setelah memanggilnya."Menurut lo, apa arti pernikahan kita?"Mila ingin dengar jawaban Diaz untuk menenangkan badai yang sedang mengguncang hatinya setelah Monica menuduhnya sebagai alat Diaz agar bisa melupakan Irene. Diaz tidak terlihat pria jahat seperti bajing*n di luar sana."Pertanyaan aneh macam apa itu... ""Aneh, kan?" lirih Mila. Mengapa juga ia percaya dengan ucapan Monica yang jelas membenci Diaz dari segala sisi. Melihat ekspresinya yang tertawa pelan usai mengetahui pertanyaan barusan, Mila menepis keraguan atas yang dilakukan pria itu."Kamu mau dengar jawabannya atau nggak?""Kalau lo gak mau jawab, simpan dulu sampai gue tagih suatu saat nanti." Mila akan tidur cepat. Tidak ada aktivitas yang menarik untuk dilakuka
Eric mengemas beberapa perlengkapan Monica, gadis itu seperti biasa memperhatikannya sambil mewarnai kuku di seberang tempat tidur dan mengajak bicara."Lo gak mau lebih lama di sini?" tanya Monica tanpa melihat Eric.Eric menggeleng. "Sebelum kamu mengada-ngada. Kamu sebetulnya peduli, tapi kenapa ragu?""Gue selalu apa adanya.""Do you feel cross the line?" Eric tertawa pelan setelah bertanya. Dialog mereka tidak pernah serius selain bertengkar."Gue rasa Diaz beneran cinta sama Mila," gumam Monica lantaran tidak sengaja mendengar percakapan mereka dari depan kamar. "Harusnya mereka buat kamar lebih kedap suara," imbuhnya."Sekarang kamu lebih banyak monolog.""Suka-suka gue."Tok Tok TokMonica yang pertama menoleh dan terkesiap Mila datang langsung memeluknya erat. Eric mengangkat dagu seolah bertanya 'Mila kenapa?' namun Monica menggeleng tak tahu apa yang merasuki Mila.Monica langsung mend
Sudah 1 bulan sejak kecelakaan menimpa Mila. Hari ini ia akan memulai aktivitas yang telah lama ditunggu-tunggu.Seperti hal baru bagi Mila menyentuh papan ketik dan memeluk monitor komputer sampai kabelnya ikut tertarik. Ia meregangkan jari-jari dan perlahan menyentuh papan ketik.Drrrtt drrrtListrik mendadak mati menjadikan rumah tuan besar Diaz Prayoga gelap total seperti kehidupan penghuninya."Orang kaya pernah lupa bayar listrik juga?"Mila meraih ponselnya dan membaca pesan yang rupanya berasal dari operator. Di samping kamar, Vio mengutuk rumahnya sendiri. Dia memang sangat emosional, rumah tidak salah apa-apa mendengar teriakannya yang frustasi.Ia menggunakan senter ponsel untuk keluar. Bukankah sekarang mirip uji nyali yang dulu tayang di televisi? Ternyata kalau berjalan sendiri dalam kegelapan tidak begitu mudah."Vio!"Langkah kasar seorang Vio keluar dari kamar membawa lilin panjang untuk mener