Share

Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar
Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar
Penulis: Alice Gio

1. Bertemu Lagi

Penulis: Alice Gio
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-25 05:25:24

Beberapa bulan yang lalu

"Bunda!"

Senyuman manis seketika menghias wajah lelah Disti saat suara bening itu memanggilnya. Disti segera turun dari sepeda motor, lalu membuka helm dan meletakkannya di atas jok. Secepatnya, Disti berjalan ke arah  Arjuna, putra semata wayangnya, yang tengah menanti di teras. Wanita yang masih mengenakan seragam kerja itu kemudian merengkuh Arjuna ke dalam pelukan dan mengecup pipinya dengan lembut.  

"Bunda kok tumben pulangnya malam banget?" tanya anak laki-laki berusia empat tahun itu.

"Bunda kan lembur, Juna." Disti kembali memeluk erat Arjuna selama beberapa saat. "Juna kangen sama Bunda, ya?"

"Iya. Juna kangen sama Bunda," ucap Arjuna manja.

Disti membelai lembut punggung Arjuna. Pancaran matanya meredup dan perasaan sedih mulai menyelimuti. Malam ini Disti harus membohongi Arjuna. Kenyataannya, Disti tidak lembur. Ia hanya sedang memperjuangkan haknya sebagai buruh pabrik karena pemecatan sepihak oleh pihak pabrik. Dua tahun bekerja sebagai penjahit di sebuah pabrik garmen, tak membuat keahlian Disti dipertahankan oleh pihak pabrik. Kesulitan keuangan yang melanda pabrik tempat Disti bekerja membuat Disti menjadi salah satu buruh yang terkena PHK.

"Ti, belum mandi kok sudah peluk-peluk Juna? Mandi dulu sana!" Seorang perempuan berusia lima puluhan berdiri di ambang pintu memberi peringatan.

Disti mengurai pelukannya dari Arjuna dan membiarkan anak itu mengikuti langkahnya masuk ke rumah. "Iya, Bu."

Di kamar rumah kontrakannya yang berukuran tiga kali tiga meter, Disti duduk di tepi kasur tanpa ranjang yang terhampar di atas karpet plastik bercorak catur. Ia ragu untuk membuka seragam kerjanya. Bayangan Varen, almarhum suaminya, berkelebat di pelupuk mata yang berkabut. Menjadi orang tua tunggal di usianya yang baru menginjak 24 tahun bukanlah keinginan Disti. Lima tahun lalu, setelah ia menyelesaikan SMA-nya, ia memutuskan untuk menikah dengan Varen. Meski tanpa persetujuan orang tua Varen dan Varen harus terusir dari keluarganya, pernikahan mereka tetap berlangsung. Namun, kecelakaan itu telah merenggut nyawa suaminya. Varen meninggal tepat saat Arjuna berulang tahun yang ke-2 tahun.

Disti kemudian berandai-andai sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Seandainya Varen masih berada di sampingnya, Disti pasti bisa menghadapi hidup yang begitu keras dan merawat Arjuna lebih baik tanpa harus meninggalkan anak itu bersama neneknya selama ia bekerja. Dua tahun wanita itu kehilangan masa tumbuh kembang Arjuna lantaran setiap harinya ia harus bergelut dengan kain, jarum, dan benang di pabrik garmen.

"Ti, kok kamu melamun? Mandi dulu sana, salat isya, terus makan. Istirahat. Kamu pasti capek. Besok kan kamu harus bangun pagi dan kerja lagi." Suara Sari, ibu Disti, membuyarkan lamunannya.

"Besok Disti nggak kerja, Bu," ucap Disti pelan.

"Libur?"

"Ada pengurangan karyawan di pabrik, Bu. Disti termasuk salah satunya."

Sari mengembus napas. Ia melangkah mendekati Disti dan meletakkan tangannya di pundak anak perempuannya itu. Ada kekecewaan tersirat di matanya, tetapi ia berusaha menghibur Disti dengan kalimat menyejukan. "Kamu masih muda dan punya pengalaman. Tidak semua orang bisa menjahit loh, Ti. Mungkin rezeki kamu harus kamu cari di tempat lain lagi. Jangan berkecil hati. Ayo, mandi sana dan jangan lupa salat isya!"

"Iya, Bu." Ucapan Sari memberi sedikit kekuatan pada Disti untuk tetap bersemangat. Dalam setiap kesusahan Disti, dukungan sang ibu selalu menyertainya. Disti sangat bersyukur. 

Disti berjalan ke kamar mandi. Ia pikir ia tidak boleh terpuruk hanya karena pabrik tempatnya bekerja mem-PHK-nya. Masih ada ibunya dan Arjuna yang membutuhkannya. Hidup terus dan harus berjalan meski ia sudah tak berstatus sebagai karyawan pabrik garmen lagi.

***

Kini, Disti duduk di sebuah ruangan luas bercahaya redup. Ruangan yang dilengkapi sofa sudut putih super empuk dan layar LED yang lebarnya sepertiga lebar layar bioskop. Ruangan berjenis presidential suite yang biasa diperuntukan untuk para pejabat dan kalangan berkantong tebal. Sesekali Disti menghela napas panjang dan mengeluarkan perlahan-lahan untuk menenangkan diri. Pada akhirnya Disti harus terjebak di tempat yang bertentangan dengan hati nuraninya. Tempat yang membuat Disti dihargai dengan harga fantastis setiap kali ia duduk menemani dan melayani tamu yang ingin bersenang-senang dengan bernyanyi atau sekadar bersantai untuk melepas penat. Tidak pernah sedikit pun terbersit dalam benaknya untuk menjadi pemandu lagu di sebuah tempat karaoke dan pub ternama.

Disti memindai arloji di tangan kirinya. Ia menunggu dengan gelisah kehadiran para eksekutif muda yang sudah mem-booking ruangan sekaligus pemandu lagu. Sebagian dirinya berharap para eksekutif muda itu membatalkan pesanannya. Tidak jarang dari mereka yang selain ingin bersenang-senang dengan bernyanyi, beberapa di antaranya menginginkan penuntasan hasrat bawah pusar juga. Sebagian dari mereka yang berpikiran mesum menjadikan tempat karaoke sebagai ajang seleksi pemandu lagu yang bisa diajak ke atas ranjang.

"Kamu tegang amat, sih, Ti. Tidak seperti biasanya," tutur Rini, sesama pemandu lagu yang sekaligus menjadi tetangga kontrakannya.

"Nggak tahu nih, Rin. Mungkin karena aku semalam kurang tidur kali, ya?" kilah Disti.

"Semoga aja mereka cakep-cakep, ya. Aku bosan melayani bandot-bandot tua yang bisanya nyuruh aku nyanyi terus, tapi irit tip."

Disti tertawa mendengar celotehan Rini. Sejawatnya itu kadang suka asal bicara. Namun, tawanya terhenti saat pintu ruangan mulai terbuka. Ia dan Rini otomatis berdiri, lalu merapikan rok yang membungkus setengah paha dan kaus biru ketatnya. Senyum merekah menyambut kedatangan para eksekutif itu.

"Selamat datang," sambut Disti pada pria pertama yang mengenakan kaus putih, lalu mempersilakannya duduk.

"Selamat datang." Kali ini Rini yang menyambut pria kedua yang mengenakan blazer abu-abu.

"Selamat da ...." Sambutan Disti menghilang di ujung saat tatapannya bertemu dengan tatapan pria yang terakhir masuk.

Disti tersentak. Tatapan pria itu seakan menamparnya. Ketegangan di perutnya meningkat saat sorot mata pria yang mengenakan kemeja flanel—bermotif plaid hitam-merah—menyapu seluruh tubuhnya dan berakhir dengan lirikan yang menyayat. Sialnya, Disti justru membiarkan netranya tak berpaling dari pria itu. Bukan karena tubuh tinggi atletis dan wajahnya yang memukau, Disti hanya teringat bagaimana pria itu pernah menunjukkan sikap yang sama, dulu.

Mas Yasa tidak berubah, batinnya.

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   2. Tawaran Yasa

    Gelombang masa lalu kembali menghantamnya. Tepatnya dua tahun silam, beberapa hari setelah Varen dimakamkan. Saat itu, orangtua Varen dan Yasa datang ke rumah kontrakannya. Mereka berniat mengambil alih hak asuh Arjuna. Namun, Disti menentang keras. Masih terngiang di telinganya ucapan ibunda Varen yang mengatakan bahwa ia tidak mungkin bisa membesarkan Arjuna dengan cara baik. Sekarang di hadapan Yasa, ia membuktikan ketidakbecusannya. Berada di tempat hiburan dan menghibur para pria yang mencari kesenangan di mana seharusnya ia menemani malam Arjuna. Namun, bantahan tajam segera muncul di kepalanya. Ia tidak salah. Ia sudah berjuang sangat keras untuk merawat dan membesarkan Arjuna. Jika pekerjaannya dianggap salah, lalu apa bedanya dengan Yasa yang datang ke tempat itu? Semua pertanyaan dan jawaban yang ia ciptakan sendiri memenuhi kepalanya. Gelegar suara sound system mengembalikan Disti ke hingar bingar ruangan karaoke. Disti tersenyum kaku. Ia memilih duduk di ujung di samping

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   3. Bertemu Istri Yasa

    Sekali lagi hantaman yang diberikan Yasa hampir meruntuhkan sisi tegar Disti. Disti menunduk menahan sakit yang menyeruak dan bergejolak di hatinya. Apakah benar ia tidak becus merawat dan membesarkan Arjuna selama ini? pikirnya. "Masih banyak tempat karaoke yang bersih dari praktik prostitusi. Seharusnya kamu bisa lebih bijak memilih pekerjaan," tandas Yasa.Seandainya aku punya pilihan, Disti membatin.Yasa mengangkat sisi kanan pinggulnya untuk menarik ke luar dompet kulit hitam yang terkubur di saku belakang celananya. Ia mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam sana lalu memberikannya pada Disti. "Kalau kamu masih mau bekerja di tempat yang lebih baik, datang saja ke alamat yang ada di kartu. Siapa tahu istriku masih membutuhkan karyawan untuk butiknya."Disti memandangi kartu nama yang terbuat dari art carton dengan tulisan yang diukir oleh tinta emas yang berkilat. Ia tidak bisa membaca dengan jelas karena minimnya cahaya yang menyinari ruang di dalam mobil Yasa. "Kamu pik

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   4. Pertemuan Canggung

    "Maaf ya, saat Varen meninggal aku tidak bisa ikut ke pemakaman. Saat itu aku sedang sakit," tutur Shalimah. Beruntung Mbak tidak ikut. Jika saja saat itu Mbak ikut, Mbak akan melihat betapa mertua Mbak sangat tidak pantas disebut sebagai mertua. "Tidak apa-apa, Mbak. Aku mengerti, kok." Disti tersenyum gugup. Shalimah meraih tangan Disti, lalu menariknya pelan. "Kita ngobrol di ruanganku saja, yuk." Disti mengikuti langkah Shalimah ke ruangannya. Di dalam ruangan berpintu kaca, Disti dipersilakan duduk di sofa khusus untuk tamu. Belum habis kekaguman Disti akan indahnya penataan ruang kerja Shalimah yang sangat rapi dan bersih, Disti kembali dikejutkan oleh keakraban yang diciptakan Shalimah. "Kamu mau minum apa? Jus, kopi atau yang lainnya?" "Apa saja, Mbak." "Oke, deh. Sebentar, ya." Shalimah berjalan ke arah meja kerjanya. Ia mengangkat gagang telepon dan menghubungi bagian pantry butik besar dan megah tersebut. "Bu Nah, tolong buatkan dua jus jeruk dan bawa ke ruangan saya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   5. Apakah Ada Yang Salah?

    Setelah salat zuhur, Yasa dan Shalimah mengajak Disti makan siang di sebuah restoran Italia. Untuk pertama kalinya Disti makan di sebuah restoran mahal dan mewah. Kemampuan table manner-nya terbatas mengingat ia datang dari keluarga sederhana yang terbiasa makan dengan peralatan makan berupa piring, mangkuk, dan sendok. Disti hanya menunggu Shalimah untuk memulai makan dan melihat cara wanita anggun itu menggunakan garpu dan pisau. Beruntung Disti diberi kecerdasan lebih hingga ia bisa belajar dengan cepat."Besok jangan lupa Arjuna diajak, ya." Shalimah kembali mengingatkan Disti.Disti tersenyum. "Iya, Mbak.""Sayang, apa tidak sebaiknya Disti memulai pekerjaannya dulu. Arjuna bisa diajak saat Disti sudah bisa menguasai pekerjaannya nanti," cegah Yasa."Aku tidak sabar ingin melihat keponakanku, Mas. Apa Mas tidak merasa—""Baiklah, Disti bisa membawa Arjuna besok." Yasa memotong ucapan Shalimah dengan nada terpaksa."Jika saya mengajak Arjuna besok, mungkin Mbak Shalimah juga bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-26
  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   6. Alhamdulillah

    "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam," jawab Arjuna. Anak itu bangkit dari duduknya lalu menyambut Disti dengan berlari ke pelukannya. "Bunda, pulang kelja?" tanya bocah itu dengan suara cadelnya. "Belum, Sayang. Bunda baru melamar kerja. Besok Bunda baru mulai kerja," jelas Disti, meskipun ia ragu Arjuna kecilnya bisa mengerti penjelasannya. Sari muncul dari dapur. Wanita tua berdaster biru itu menghampiri Disti dengan tatapan hangat yang lembut. "Bagaimana tadi, Ti? Apakah kakak iparmu memberimu pekerjaan?" tanya Sari was-was. "Alhamdulillah, Bu. Mbak Shali memberi Disti pekerjaan. Kebetulan dia sedang butuh penjahit." "Syukur. Alhamdulillah." Sari menangkup wajah keriputnya dengan kedua tangan. "Lalu, gimana sikap kakak iparmu itu sama kamu?" "Mbak Shali sangat baik, Bu. Mas Yasa juga." "Bukannya si Yasa itu—" "Sepertinya Disti salah menduga, Bu,” potong Disti, “Mas Yasa tidak seangkuh ayah dan ibunya." Disti memberi pembelaan, meskipun ia sebenarnya tidak tahu bagaimana s

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-26
  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   7. Kembali ke Dunia Malam

    Setelah berpamitan pada ibunya, Disti dan Arjuna pergi dengan Yasa. Di butik, Shalimah menyambut kedatangan Disti dan Arjuna penuh sukacita. wanita cantik berhijab itu seperti mendapat mainan baru dengan hadirnya Arjuna. Ia tampak sangat bahagia. Sementara itu, dari tempat duduknya Yasa bersedekap sambil tersenyum puas melihat wajah semringah istrinya."Sudah waktunya aku pergi ke kantor." Yasa bangkit dari duduk, kemudian mengenakan jas abu-abunya yang tersampir di punggung kursi.Shalimah mengecup punggung tangan Yasa saat pria itu berpamitan. Wanita itu pun meminta Arjuna melakukan hal yang sama. Untuk kesekian kalinya Disti harus menahan napas dan membuang jauh-jauh rasa sakit yang berkelebat di hatinya menyaksikan kemesraan Yasa dan Shalimah. Bukan karena iri, melainkan pemandangan itu mengingatkan Disti pada masa-masa bahagianya bersama Varen. Pemandangan itu membuatnya selalu ingin tenggelam ke sungai es. Ia bahkan tidak bisa lebih lama menikmati kebahagiaan bersama Varen dan A

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   8. Alasan Disti Mulai Terkuak

    Disti merasa ingin mati saat itu juga ketika seorang pengunjung karaoke yang terhipnotis pesonanya pada pandangan pertama berani membayar dengan harga fantastis untuk mengajaknya ke tempat tidur. Pria itu membawa Disti ke sebuah hotel berbintang tidak jauh dari pub dan tempat karaoke."Pak, saya tidak bisa melakukan ini. Saya mau pulang saja." Disti menghentikan langkah setelah berpikir berulang-ulang selama dalam perjalanan.Pria berambut hitam berpotongan buzz cut yang berjalan beberapa langkah di depan Disti pun menghentikan langkahnya. Ia berbalik. Raut wajah dan kilat matanya menyiratkan amarah yang terpendam. "Apa maksudmu? Aku sudah membayar mahal untuk membawamu ke sini. Kamu pikir kamu bisa seenaknya memutuskan?"Tubuh Disti merespon dengan cepat tatapan tajam pria itu. Tangan dan kakinya mulai dingin dan jantungnya berdegup kencang. Otaknya pun berputar mencari alasan, meskipun napasnya tersengal-sengal."Saya akan mengganti uang yang sudah Bapak keluarkan. Saya janji." Dist

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   9. Diminta Menikah Lagi

    "Ti-tidak ada apa-apa, Mas," jawab Disti gugup. Shalimah akhirnya angkat bicara membujuk Disti. "Dis, aku sedih kamu tiba-tiba memutuskan berhenti bekerja dari butikku. Awalnya aku berpikir kamu memang tidak mau membantuku di butik. Namun, kenyataan yang kulihat tadi saat kamu bersama David membuatku berasumsi lain. Ada apa sebenarnya?" Disti menelan ludah dengan susah payah. Ia mengumpulkan keberanian untuk mengatakan semuanya pada Shalimah dan Yasa. "Pihak karaoke mengancam akan memenjarakanku jika aku tidak menuntaskan masa kerja yang tertera dalam kontrak kerja. Bodohnya aku, dulu aku asal menandatangani tanpa membaca isi kontrak itu terlebih dahulu." Disti menunduk. "Berapa lama masa kerja kamu yang tertera dalam kontrak itu?" selidik Yasa. Disti masih menunduk. "Satu tahun, Mas. Aku baru bekerja tiga bulan." "Berapa penalti yang harus dibayar agar mereka tidak menyeretmu ke kantor polisi?" Disti mengangkat wajahnya. Lagi-lagi masalah uang. Yasa sudah mengeluarkan banyak u

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   62. Menangis di Pelukanmu

    Plaaak! Tamparan Disti mendarat di pipi Yasa. Wanita itu tidak menduga Yasa akan berkata yang menyakitkan hatinya seperti tadi. Apa yang bisa Disti lakukan jika Yasa benar-benar membawa masalah hak asuh Kieran ke ranah hukum? Yasa punya segalanya. Jelas ia akan memenangkan hak asuh itu, meskipun anak di bawah umur seharusnya dibesarkan oleh ibunya. Yasa bisa melakukan apa saja untuk merebut hak asuh Kieran.Disti terdiam. Semua kata tertahan di tenggorokannya. Hanya air mata yang membasahi pipi yang mewakili kehancuran hati dan harapannya. Begitupun, dengan Yasa. Pria itu tertegun merenungi bagaimana ia dengan bodohnya melayangkan kalimat intimidasi pada Disti. Wanita yang pernah mengisi hati dan telah memberinya seorang putri. Dorongan yang tak terbendung memberikan kekuatan pada Yasa. Mengabaikan semua permasalahan yang ada, Yasa merengkuh Disti ke dalam pelukannya.

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   61. Nekat Menjemput

    Wanita berkulit putih yang mengenakan gaun merah selutut itu tersenyum. Mata sebiru lautannya berbinar terang seolah tidak ada beban sedikit pun di pundaknya ketika ia harus berhadapan dengan mantan istri Yasa."Halo, aku Azra. Yasa pasti sudah memberitahukanmu bahwa aku yang akan menjemput anak-anak." Azra mengulurkan tangannya.Tidak mau terlihat gugup Disti menjabat tangan Azra. Entah Azra bisa merasakan kegugupannya atau tidak, Disti hanya ingin terlihat kalau ia tidak gentar dengan penampilan sempurna wanita itu."Halo, aku Disti. Iya, Mas Yasa sudah memberitahuku."Pertemuan sekaligus perkenalan canggung itu berlangsung singkat. Sebelum Azra membawa kedua anaknya, ia meminta perempuan cantik itu untuk menyampaikan pesannya pada Yasa agar ia tidak lupa untuk mengant

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   60. Mamanya Gyan

    Mata Disti mulai berkaca-kaca. Dahulu, ia sempat mengira David hanya pria egois yang ingin memanfaatkannya. Namun, seiring waktu, ia melihat sisi lain dari David—pria yang ternyata bijaksana dan tulus. Ia mulai sadar, bahwa di balik sikapnya yang flamboyan, David adalah seseorang yang memahami dirinya lebih dari yang ia duga.David mengulurkan tangan dan menyentuh bahu Disti dengan lembut. "Aku akan tetap di sini, menemanimu. Tapi, kamu perlu berdamai dengan hatimu dulu, Dis. Cari tahu apa yang benar-benar kamu inginkan. Aku nggak akan memaksamu untuk memilihku atau siapa pun. Kamu yang berhak menentukan jalanmu sendiri."Disti mengangguk, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh. Kata-kata David menyentuh bagian terdalam hatinya, membuatnya merasa tenang, tapi juga tergugah untuk mencari kejelasan dalam perasaannya.David tersenyum hangat, lalu berkata, "Sekarang makan, ya. Nggak usah banyak pikir dulu. Biar hatimu nggak lelah sendiri."Disti tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   59.

    Yasa kembali menghela napas, pandangannya kosong. "Aku bingung, Dis. Saat itu, Shalimah ... kondisinya memburuk. Aku tahu aku yang salah karena membiarkannya merasa tersisihkan, karena aku terus memikirkanmu. Aku sudah jadi pria yang kejam, lebih mementingkan perempuan lain daripada istri yang selalu setia di sampingku. Aku larut dalam penyesalanku. Sampai tiba waktunya aku ingin menemui kalian, David sudah benar-benar menggantikan posisiku." Yasa tersenyum masam, “Aku pengecut, ya?”Disti hanya bisa memandang Yasa tanpa kata-kata. Semua kata-kata yang keluar dari mulut pria itu menusuk hatinya, menciptakan rasa bersalah yang kian menumpuk."Apa yang terjadi pada Mbak Shalimah, Mas?" tanyanya akhirnya, meskipun ia sudah tahu jawabannya. Pertanyaan itu mengandung harapan bahwa jawabannya mungkin berbeda dari apa yang ia duga.Yasa menunduk, suaranya terdengar serak. "Shalimah meninggal dunia beberapa hari setelah melahirkan Gyan, putra kami.""Innalillahi wa inna ilaihi ra'jiun," gumam

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   58. Alasan Yasa

    Disti menahan napas, kemudian membelai lembut tangan Kieran. "Sayang, Om ini papa kandung Kieran. Jadi, mulai sekarang, Kieran bisa panggil Om ini ‘Papa Yasa’, ya?"Mata Kieran membulat, lalu tersenyum cerah. "Jadi Kieran punya dua papa, ya, Bunda?"Disti mengangguk, berusaha menyembunyikan kegugupannya. "Iya, Sayang. Satu Papa David, satu lagi Papa Yasa."Yasa mencoba tersenyum, meskipun ada kegetiran yang tak bisa sepenuhnya ia sembunyikan. "Iya, Kieran. Kamu bisa panggil Om, ‘Papa Yasa’."Kieran tampak berpikir sejenak, lalu menatap Disti dengan wajah bingung. "Om ini temannya Bunda ya, Bunda?"Pertanyaan itu membuat Yasa spontan menatap Disti, pandangan mereka berserobok sejenak. Disti menelan ludah, lalu menjawab hati-hati, "Iya, Sayang. Papa Yasa ini teman Bunda."Yasa menunduk, menyembunyikan perasaan sakit yang bergemuruh di dadanya. Jawaban Disti mungkin untuk melindungi Kieran yang masih terlalu muda untuk memahami semua ini, tetapi tetap saja menyakitkan mendengarnya."Assa

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   57. Menelan Kenyataan Pahit

    Ketukan di pintu ruang kerjanya mengalihkan sejenak pikiran Disti yang tengah kalut, memaksanya kembali pada realitas di senja yang pekat."Assalamualaikum. Maaf, aku datang tanpa kabar," ucap David sambil mendorong pintu terbuka. Senyuman yang biasa menghiasi wajah orientalnya segera memudar ketika ia melihat Disti duduk tersedu-sedu. Tanpa berpikir panjang, David mendekati Disti, menaruh tangannya di pundak Disti untuk menenangkan. "Dis, ada apa? Kenapa kamu menangis?"Disti menunduk. Suaranya terdengar bergetar saat akhirnya ia bicara, tapi bukan menjawab pertanyaan David. "Maafkan aku, Mbak. Maafkan aku. Aku yang salah. Aku yang menjadi duri dalam kehidupan kalian."David terdiam sejenak mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Pandangannya menyapu ruang kerja Disti dan berhenti pada layar laptopnya yang masih menyala, menunjukkan sebuah file bernama ‘Shalimah’. Hatinya mencelos dan ia tak butuh melihat lebih jauh untuk menyimpulkan bahwa video itu adalah penyebab tangis Disti.“

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   56. Berhadapan dengan Yasa

    “Assalamualaikum,” ucap Yasa, suaranya berat dan tegas, membawa suasana dingin yang langsung memenuhi ruangan.Disti mengangguk singkat, mencoba menutupi kegugupannya. “Waalaikumsalam,” jawabnya sambil berusaha menjaga nadanya tetap stabil.Yasa melangkah masuk. Tatapannya tak pernah lepas dari wajah Disti. Sementara itu, Disti bisa merasakan ada sesuatu yang berat dalam tatapan Yasa sesuatu yang membara di balik ketenangan yang Yasa tampilkan.“Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau kamu sedang hamil saat kita bercerai?” Yasa langsung bertanya, tanpa basa-basi.Disti tertegun. Pertanyaan itu menghantamnya tanpa ampun, tepat di titik yang paling ia coba sembunyikan selama ini. Ia menatap Yasa, dan untuk pertama kalinya, ia melihat kemar

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   55. Kenapa Bukan Shalimah?

    “Kamu melamarku, Dave?” tanya Disti, suaranya bergetar sedikit, antara terkejut dan tidak percaya.David tersenyum tipis, lalu berpura-pura melempar pandangan ke arah bunga-bunga mawar merah yang tumbuh di sepanjang jalan setapak. “Aku? Melamar kamu? Nggak kok. Aku cuma curhat sama bunga-bunga ini,” jawabnya santai sambil menunjuk ke arah bunga-bunga di sepanjang koridor.Disti tertawa pelan, melirik David dengan pandangan penuh arti. “Begitu saja ngambek,” katanya menggoda. “Tapi serius, Dave, tentu saja aku senang kalau kamu mau menjadi imamku. Hanya saja apa kamu siap menjadi imam seorang janda beranak dua?”David menatap Disti beberapa saat, matanya menyorotkan ketulusan yang begitu dalam. “Menurutmu gimana?” balasnya lembut.

  • Terpaksa Menikah dengan Mantan Kakak Ipar   54. Kembali Dipertemukan

    Jantung Disti berdegup kencang, nyaris melompat keluar saat melihat Yasa berjalan mendekat. Tatapannya terkunci pada sosok pria berpostur atletis dengan sorot mata yang masih sama, meski ada sesuatu yang tampak lebih matang, lebih tenang. Waktu seakan melambat. Dan dalam beberapa detik yang panjang itu, kenangan masa lalu menghantamnya bertubi-tubi.Sadar bahwa ia tidak sendirian, Disti segera menoleh ke Kieran yang berdiri di sampingnya. Wajah kecil putrinya yang begitu mirip dengan Yasa membuatnya gelisah. Ia tahu betul, Kieran adalah gambaran Yasa dalam versi perempuan kecil. Jika Yasa memperhatikan lebih teliti, ia pasti akan mengenali kemiripan itu.Dengan sigap, Disti meraih tangan Kieran dan menempatkan gadis kecilnya di belakang tubuhnya, seolah ingin melindungi Kieran dari tatapan yang mungkin penuh pertanyaan. Ketika ia melirik ke arah ana

DMCA.com Protection Status