Share

Part 3

Author: Ida Saidah
last update Last Updated: 2022-06-14 23:44:37

POV Sania.

Berjalan melewati Om Dewa yang sedang menggulung lengan kemeja, hatiku teriris sakit merasa dipermainkan oleh dia juga putranya.

Kemarin, aku dipermalukan di depan semua orang oleh Kevin, sampai-sampai dicap sugar baby karena harus menikah dengan laki-laki yang lebih pantas menjadi ayahku. Dan semuanya tidak berakhir sampai di situ. Kevin berusaha merenggut paksa kehormatanku tepat di malam pertama aku menjadi ibu tirinya, sampai aku merasa sedikit traum akibat ulahnya itu.

Jika Om Dewa terlambat beberapa menit saja, mungkin saat ini hidupku sudah hancur sehancur hancurnya.

Sekarang, Om Dewa yang menancapkan luka di dada, dengan cara mendatangkan istri tuanya ke rumah yang kami tinggali.

Kenapa titian takdir hidup jadi penuh duri yang malukai, Tuhan. Sebenarnya apa yang sudah aku lakukan sehingga Engkau menghukum diriku seberat ini?

Duduk di kursi balkon, menatap dedaunan yang mulai meranggas di jalanan komplek. Gersang seperti hati ini. 

Tanpa terasa air bah nan asin sudah meluncur menganak sungai di pipi, mengucur deras tanpa bisa dikendalikan.

"San, apa yang sedang kamu lakukan di tempat ini? Aku mencari-cari kamu di bawah, kamu malah sedang melamun di sini rupanya?" Terdengar suara berat Om Dewa disertai derap langkah kaki mendekat.

Segera menghapus air mata menggunakan punggung tangan, tidak mau sampai dia tahu kalau aku terluka karena dia telah berdusta.

Andai saja saat itu Om Dewa jujur kalau dia masih memiliki pendamping hidup, sudah pasti aku menolak untuk dinikahi dan memilih menanggung malu karena gagal menikah.

Sekarang, semuanya sudah terjadi. Dia sudah menjadi suamiku dan secara tidak langsung aku telah menjadi seorang perebut suami orang. 

Pelakor kalau istilah jaman sekarang.

"San, are you oke?" Kini suara pria yang menyandang gelar suami terdengar itu kian mendekat. 

"Aku baik-baik saja, Om. Tidak usah khawatir!" 

"Kamu menangis?"

"Kangen sama Mama dan Ayah."

"Hmmm ... kalau kangen sama Mama dan Ayah kita bisa main ke sana."

Aku menoleh menatap wajah dengan alis tebal serta jambang tipis itu, memindai netra dengan iris hitam pekatnya mencoba mencari arti diriku di sana.

Om Dewa mambalas tatapanku dengan penuh kehangatan, selayaknya seorang ayah memindai putrinya yang sangat ia sayangi.

Ah, tapi mungkin tidak seperti itu. Dia adalah suamiku. Laki-laki yang sedang berusaha menerima juga mencintai diri ini dengan segenap hati. 

Perlahan tangan kekar milik suami terulur, mengusap lembut pipiku yang basah membuatku merasakan desiran aneh serta aliran darah di sekujur tubuh mulai menghangat.

Aku tidak biasa diperlakukan selembut ini oleh laki-laki selain ayah. Bahkan ketika menjalin hubungan dengan Kevin, kami tidak pernah melakukan hal-hal yang di luar batas. Kami hanya sekedar bertemu, bercengkrama sebentar dan itu pun ditemani oleh Mama. Kedua orang tuaku tidak pernah memberi izin kami untuk jalan hanya berdua saja, karena takut menjadi fitnah. Maka dari itu Ayah selalu mendesak Kevin untuk segera menghalalkan diriku.

"Jangan pernah menangis di depanku, Sania. Aku tidak bisa melihat kamu menitikkan air mata." Dia berujar dengan intonasi sangat lembut, sangat berbeda jika sedang berada di luar sana dan berbicara kepada anak maupun teman kerjanya. Om Dewa terlihat begitu tegas, lugas dan hampir tidak pernah tersenyum.

Tapi entahlah. Jika sedang bersamaku, dia begitu lemah lembut, tidak pernah meninggikan nada bicara dan selalu memperlakukan aku dengan begitu manis.

Ah, dasar buaya darat. Pasti dia berbuat seperti ini karena belum berhasil menyesap maduku. Mungkin jika sudah mendapatkan apa yang dia inginkan, sikapnya akan berubah dan menjadi kasar seperti biasanya.

"Tolong singkirkan tangan Om Dewa dari wajahku. Nanti istrinya Om liat dan cemburu. Aku tidak mau menyakiti hati sesama perempuan!" Menyingkirkan perlahan tangan suami, menundukkan wajah menghindari tatapannya yang begitu tajam bak burung elang sedang memindai mangsa.

"Istri aku ini ya kamu. Masa kamu cemburu liat aku menghapus air mata kamu sendiri?" Dia terkekeh, seperti sedang melihat adegan lucu yang tengah diperagakan.

"Istri tua, Om. Perempuan cantik tadi!" 

Lagi, dia tertawa kecil dan mencubit hidungku gemas.

"Dia mamanya Kevin dan Ica. Kami sudah berpisah dua puluh empat tahun yang lalu, San. Dia meninggalkan aku bersama anak-anak karena aku miskin dan tidak bisa memberikan apa yang dia pinta. Hidup pas-pasan membuat dia menyerah dan mundur dari pernikahan yang sudah kami bina selama hampir tiga tahun dan memiliki dua malaikat kecil yang lucu-lucu."

"Tapi tadi wanita itu bilang kalau dia istrinya Om!!"

"Kamu cumburu?" Alis tebal lawan bicaraku bertaut hingga hampir menyatu satu sama lain. 

Sungguh, pindaian Om Dewa terlihat begitu aneh, lucu, persis seperti anak muda yang sedang jatuh cinta.

Apa jangan-jangan Om Dewa mulai mencintai diriku?

Ah, masa iya. Pernikahan kami saja belum genap satu pekan. Rasanya mustahil sekali jika tiba-tiba Om Dewa memiliki perasaan spesial terhadap diriku.

"Bukan cemburu, Om. Aku kecewa karena merasa dipermainkan oleh Om dan juga Kevin. Aku tidak memiliki perasaan apa-apa sama Om, jadi, untuk apa cemburu? Aku hanya merasa sakit jika ternyata Om Dewa membohongiku!" 

Riak wajah sang pemilik rahang tegas terlihat berubah. Apa ada yang salah dengan kalimat yang keluar dari mulutku? 

"Aku tahu kalau kamu tidak mencintai aku. Tidak usah diperjelas." Om Dewa beranjak dari duduknya, membetulkan jas hitam yang ia kenakan lalu melangkah pergi meninggalkan diriku.

"Mau ke mana, Om?" 

"Kerja. Memangnya mau ke mana?" 

Segera mengangkat bokong dari kursi, mengambil tangan suami kemudian mencium bangian punggungnya dengan takzim menunjukkan rasa hormat serta bakti seorang istri.

"Ajari aku untuk menjadi istri yang baik, Om. Tegur aku jika berbuat salah. Maaf kalau kata-kata aku tadi menyinggung perasaan Om Dewa." Menggigit bibir bagian bawah, menunduk lemah menghidari pindaian suami.

"Kamu tidak salah, San. Kamu anak baik. Bismillah. Semoga saja aku bisa menjaga kamu selamanya. Yasudah. Aku berangkat kerja dulu."

Aku mengangguk lemah. Jujur aku merasa takut jika suami tidak ada di rumah dan hanya ditemani seorang asisten rumah tangga saja. Tapi mau bagaimana lagi, Om Dewa harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan kami, apalagi dia ternyata menjadi donatur tetap di beberapa yayasan di kota ini.

"Kamu nggak usah takut. Sebentar lagi Ica datang bersama cucu kita. Ah, bahkan rasanya lucu sekali wanita muda seperti kamu harus dipanggil oma." Lelaki bertubuh tegap itu mengacak rambutku yang tergerai lalu menyambar tas kerjanya dan segera turun ke lantai bawah.

"Lho, Ayah sudah mau berangkat ke kantor? Kirain Ayah masih cuti?" tanya Clarissa yang baru saja datang. Setiap Om Dewa pergi memang dia yang ditugaskan untuk menemani aku di rumah, sebab masih trauma dengan kejadian yang menimpaku tempo hari.

"Ayah ada meeting hari ini dan tidak bisa diwakili. Titip Sania. Kalau ada apa-apa segera hubungi Ayah!" 

Clarissa mengangguk dan segera menyalami tangan suamiku. Pun dengan Angel putrinya.

"Hari ini kita masak apa, San, eh, Mama. Ah aku bingung mau manggil kamu apa?" Clarissa terkekeh sambil menggelengkan kepala.

"Kenapa harus bingung, Kak?" 

"Kamu jangan lagi panggil aku kakak. Aku ini anak tiri kamu, Mama. Ingat?" Dia kembali tertawa.

"Terus harus manggil apa dong, Kak?"

"Ica saja nggak apa-apa."

"Nggak sopan dong? Kakak 'kan lebih tua dari aku?"

"Tapi kamu mamaku sekarang, dan lihat? Gadis kecil ini jadi cucu kamu."

Aku tertawa geli dibuatnya. Memang setelah bertunangan dengan Kevin kami berdua menjadi lebih dekat. Sudah seperti kakak adek sungguhan, dan ternyata Tuhan berkehendak lain. Dia yang tadinya akan menjadi kakak ipar, sekarang malah harus menjadi putri tiriku.

"Ya sudah. Aku ke supermarket dulu. Titip enjel sebentar, ya. Dia kalau tidur lama banget kok!" 

Aku mengangguk dan mengambil Angel dari gendongan Clarissa, membawanya naik ke kamar atas lalu membaringkannya di atas ranjang berukuran besar dengan ukiran khas Jepara yang indah.

Drrrttt...

Drrrttt...

Berjengit kaget ketika mendengar suara getaran ponsel yang tergeletak di atas meja. Ada panggilan masuk dari nomer tidak dikenal. Gegas menyambar benda pipih persegi berukuran enam inci tersebut, menekan ikon hijau lalu segera menempelkannya di telinga.

"Assalamualaikum," sapaku dengan intonasi sangat lembut.

Hening. Hanya ada suara lalu lalang kendaraan yang terdengar.

"Halo!! Maaf ini siapa?" 

Tetap tidak ada jawaban. Segera memutuskan sambungan telepon, meletakkan kembali gawaiku di tempat semula dan membaca buku koleksi milik Om Dewa yang tergeletak di atas nakas.

Gawai milikku kembali menjerit-jerit. Ada panggilan masuk dari nomer yang baru saja menghubungi, akan tetapi saat aku menjawab panggilan tersebut tetap tidak ada suara siapa pun di seberang sana. Hingga akhirnya kuabaikan panggilan-panggilan itu, melanjutkan membaca menghilangkan rasa bosan yang terus saja melanda.

Ting!

Sebuah notifikasi pesan w******p masuk. Lekas kubuka aplikasi berwarna hijau tersebut, menelan ludah dengan susah payah saat membasa isi pesan dari nomer yang sama.

[Kamu akan hancur. Hidup kamu tidak akan pernah tenang, Ja*ang. Aku akan selalu mengganggu hidup kamu hingga kamu mati karena ketakutan] Spontan melempar gawai dalam genggaman ketika membaca pesan dari pengirim misterius itu, sebab dia juga mengirimkan gambar sebuah belati serta tangan berlumuran darah.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Nova Ugara
ih...kok horror yaa..
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni Nastiey
masih pngen lanjut ceritanya biar seru
goodnovel comment avatar
Jali Jali
cerita sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part 4

    Buru-buru turun dari tempat tidur, menutup jendela dan aku lihat ada dua orang berbaju serba hitam serta berkacamata sedang menatap ke arah kamar Om Dewa. Aku lekas menutup tirai rapat-rapat juga mengunci pintu kamar, takut ada yang masuk ke dalam bilik dan berbuat jahat kepadaku.Tok!Tok!Tok!Aku terkesiap ketika mendengar suara nyaring pintu diketuk."Lindungi aku, ya Allah," ucapku menahan takut luar biasa.Keringat sebesar-besar biji jagung mulai menyembul dari balik pori-pori, tenggorokan mendadak kering dan tubuh mulai gemetar."San, kamu ada di dalam 'kan?" Terdengar suara Clarissa memanggil namaku.Lekas berlari ke arah pintu, memutar anak kunci dan segera menyuruh Clarissa untuk masuk ke dalam kamar dan kembali menguncinya kembali."Ada apa, San? Kok wajah kamu pucet banget?" tanya Clarissa terlihat begitu khawatir melihat keadaan diriku."Ada yang mengawasi kamar ini. Tadi aku dapat telepon misterius, dan dia juga mengirimkan pesan berupa ancaman kepadaku!" Aku menjawab se

    Last Updated : 2022-06-14
  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part 5

    Sadewa membuka mata perlahan, tersenyum penuh arti saat melihat seprai kamarnya yang sudah acak-acakan dan ada bercak merah di sana.Pemilik rahang tegas serta wajah penuh kharisma itu terus saja menyunggingkan bibir bahagia, karena mendapatkan apa yang tidak pernah ia dapatkan dari Veronika dulu. Wajahnya terlihat lebih ceria, semangat dalam dada kian membara menyambut pagi dengan penuh rasa suka cita.Ditengoknya jam yang tergeletak di atas meja, dan ternyata sudah pukul lima pagi.Tidak lama kemudian Sania keluar dari kamar mandi, berjalan dengan hati-hati Manahan nyeri akibat perbuatan sang suami.Lagi, Sadewa tersenyum bahagia, apalagi ketika melihat jejak cinta di leher Sania.“Om Dewa kenapa pagi-pagi udah senyum-senyum begitu. Masih sehat ‘kan?” tanya Sania sedikit ragu.“Enggak, Sayang. Terima kasih untuk yang semalam.”“Ish!! Jangan dibahas. Aku malu. Mendingan sekarang Om mandi dan kita salat!”“Siap, Bos!!”Sadewa segera mengambil handuk yang diulurkan oleh istrinya, menga

    Last Updated : 2022-06-16
  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part 6

    Sambil bersenandung riang perempuan berusia dua puluh dua tahun juga salah satu lulusan terbaik di pesantren tempat dia menimba ilmu dulu segera berganti pakaian, memoles sedikit lipstik di bibirnya membuat pria yang sedang duduk di bibir ranjang kian terpesona.“Om Dewa nggak ganti baju?”“Aku begini saja, San. Masih keliatan tampan, kok!” seloroh Sadewa direspons dengan kerucutan bibir oleh istrinya.Walaupun terasa sedikit malas dan lelah si pemilik tubuh atletis berjalan keluar, menggandeng tangan Sania menuruni anak tangga menuju lantai dasar.“Kaya kereta, gandeng terus!!” celetuk Clarissa ketika melihat tangan ayah serta ibu tirinya saling menggamit satu sama lain.Mendengar ucapan si sulung wajah Sadewa langsung memerah tapi bukan karena marah. Clarissa juga mulai berani meledek sang ayah karena semenjak menikah lelaki yang teramat dia hormati tidak lagi mudah tersulut emosi. Banyak sekali perubahan positif yang dia rasa, karena kehadiran Sania sebagai ibu tirinya justru membu

    Last Updated : 2022-06-16
  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part 7

    “Iya, Pak.”Mereka berdua kemudian pergi ke sebuah pusat perbelanjaan, menghampiri toko berlian paling terkenal di Jakarta dan membeli kalung berliontin hati untuk Sania.Semoga saja istriku senang dengan hadiah ini. Gumam Sadewa dalam hati.“Kamu kembali ke kantor naik taksi onlen saja, Lia. Saya mau pulang ke rumah!” Sang pemilik alis tebal itu melirik benda bulat berwarna silver yang melingkar di pergelangan tangan, karena merasa sudah lama sekali berada di luar rumah meninggalkan Sania.Masih jam satu siang. Tapi rasanya sudah kangen banget sama Sania. Gumamnya lagi.Emilia mengernyitkan dahi melihat perubahan aneh bosnya. Di mata wanita berambut sebahu itu Sadewa terlihat lebih fresh, tidak segalak biasanya dan bahkan ketika dia melakukan kesalahan karena lupa membawa salah satu berkas yang dibutuhkan sang atasan tidak marah sama sekali. Dia hanya ditegur, lebih tepatnya diingatkan.“Next time jangan teledor kalau bekerja.” Hanya itu yang dikatakan oleh Sadewa, dan itu membuat se

    Last Updated : 2022-06-16
  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part 8

    Karena tangis sang istri tidak kunjung berhenti, Sadewa memutuskan untuk membopong tubuh Sania dan membawanya masuk ke dalam mobil. “Turunin aku, Om. Kalau nggak aku teriak!” ancam perempuan dengan gamis bercorak bunga lili tersebut seraya memukuli dada suaminya. Sadewa segera masuk ke dalam mobil, menyalakan kendaraan roda empatnya meninggalkan parkiran kafe membawa sang istri pulang ke rumah. “Aku nggak mau tinggal di sini. Aku mau pulang!” rengek Sania seperti anak kecil yang mulai tidak kerasan tinggal di tempat yang baru. Lagi, Sadewa menggendong tubuh mungil istrinya masuk ke dalam rumah, merebahkannya di atas kasur setelah sampai di dalam kamar. “San, maaf. Aku tidak mengizinkan kamu pulang ke rumah orang tua kamu. Kita selesaikan masalah ini secara dewasa dan jangan libatkan orang tua. Kamu itu istri aku. Jadi pulangnya ke sini bukan ke rumah Pak Romi. Tolong berhentilah menangis. Aku tidak sanggup melihat kamu terus seperti ini, Sayang.” Pemilik rahang tegas serta wajah p

    Last Updated : 2022-06-16
  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part 9

    Sania berjalan mendekat, mengambil tangan Romi lalu mencium bagian punggungnya dengan khidmat. Dia kemudian mempersilahkan ayahnya untuk masuk dan duduk di ruang tamu.“Ayah tumben mampir. Ada apa?”“Ayah kangen sama kamu, Nia. Perasaan Ayah tiba-tiba tidak enak. Makanya Ayah datang ke sini, ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja. Apa Pak Dewa berbuat macam-macam sama kamu?”“Enggak,Yah. Om Dewa baik banget sama aku, kok. Dia juga baru banget beliin aku kalung berlian. Iya, ‘kan, Om?” Sania menatap wajah suaminya dan dibalas senyum kaku oleh Sadewa.Entah mengapa pria di sebelahnya mendadak canggung, juga takut tiba-tiba Romi menanyakan janji yang sudah dia ucap sebelum menikahi Sania.“Begini, Pak Dewa. Emm ... Nak Dewa.” Pria satu generasi tersebut terlihat bingung harus memanggil menantunya dengan panggilan apa.“Panggil Dewa saja, Pak. Saya ini ‘kan menantu Bapak sekarang.”Riak wajah Romi seketika langsung berubah mendengarnya. Dia terlihat tidak suka, namun apa mau dikata. P

    Last Updated : 2022-06-21
  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part 10

    Mobil berwarna hitam yang ditumpangi dua sejoli berbeda generasi tersebut menepi di parkiran sebuah pusat perbelanjaan. Dengan cepat Sania keluar dari kendaraan roda empat milik suaminya, menggamit lengan Sadewa tanpa peduli tatapan orang-orang di sekitar mereka.Wanita itu terkesan cuek serta bodo amat kala ada beberapa orang berbisik, mengatai dia sebagai seorang sugar baby.Biar saja mereka mau berkata apa. Toh, semuanya tidak nyata. Aku istri Om Dewa, bukan sugar baby-nya. Batin Sania tanpa melepas rangkulan tangannya.“Beli baju ini ya, San.” Sadewa menunjuk sebuah lingerie berwarna merah muda yang terpajang di display sebuah toko.“Buat apaan, Om?” Dahi perempuan berumur dua puluh dua tahun tersebut berkerut dengan mimik heran.“Dipake lah. Memangnya buat apaan.”Sania berjalan masuk dan melihat-lihat barang yang ditunjuk oleh suaminya.“Nggak usah ah, Om. Harganya terlalu mahal. Mending buat beli gamis aku dapet satu.” Dia menyeringai, syok melihat harga yang tercantum.“Biar k

    Last Updated : 2022-06-21
  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part 11

    “Kamu sudah bukan tanggung jawab ayah lagi karena sudah punya suami. Kalau minta bantuan pekerjaan dan lain-lainnya Ayah masih bisa berikan. Tapi kalau minta barang berharga seperti itu Ayah nggak bisa belikan karena sudah bukan lagi kewajiban Ayah untuk memberikan barang-barang seperti itu,” ucap Sadewa beberapa hari yang lalu ketika Clarissa meminta dibelikan kalung berlian yang dia lihat-lihat di toko langganannya lewat sosial media.Clarissa menyentak napas menepis rasa cemburu yang tengah bertakhta dalam sanubari.Wajar jika Sadewa membelikan Sania perhiasan karena dia adalah istri Sadewa, wanita yang wajib dibahagiakan.“Ini, Bu. Wedang jeruknya!” Darmi menghampiri mereka berdua, menyodorkan segelas air perasan jeruk tanpa gula dan segera diteguk setengahnya oleh Sania.“Memangnya nggak asem, Bu?” Asisten rumah tangga keluarga Sadewa mengernyitkan dahi menatap sang juragan dengan ekspresi aneh.“Asem, tapi seger.”Sania lalu kembali merebahkan bobotnya di sofa, karena merasa lel

    Last Updated : 2022-06-21

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part Akhir

    Tangis sahabat seperjuangannya itu semakin pecah ketika melihat sang mertua datang. Sadewa ikut duduk di lantai, menatap lemas dengan air mata sudah merebak dari balik kelopak.“Maaf, Pak. Silakan anak-anaknya diazani dulu!” Seorang perempuan berseragam khas perawatan keluar sambil tersenyum, menyuruh Aditya segera masuk untuk mengazani anak-anaknya.Sambil menghapus air mata laki-laki berkumis tipis itu berjalan masuk, menghampiri istrinya yang masih terbaring lemah dan menciumi pipinya sambil menangis.“Jangan cengeng, Abang. Masa seorang penembak jitu nangis sesenggukan begini?” ucap Clarissa sembari menerbitkan senyum.“Iya, Ca. Saking jitunya Abang nembak, sekali jadi langsung tiga! Makanya Abang terharu dan melihat perjuangan kamu melahirkan ketiga anak kita. Padahal, dokter kemarin Cuma bilang kalau kamu hamil kembar. Abang pikir Cuma dua. Ternyata malah tiga!” Aditya kembali mengusap air matanya.“Alhamdulillah, Bang. Rezeki kita langsung dikasih amanah banyak sama Allah. Ting

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra Part 6

    “Maaf, Sayang. Abang begitu mengkhawatirkan kamu soalnya. Plis jangan nangis. Abang liat kamu kesakitan saja sudah stres, ditambah liat kamu nangis. Abang minta maaf kalo Abang salah. Tolong jangan menangis. Mana yang sakit biar Abang elus-elus.” Aditya terus saja mencerocos sambil mengusap perut gendut istrinya.“Sakit semua, Bang!” Wanita berambut ikal itu melingkarkan tangan di pinggang, mencengkeram baju yang tengah dikenakan sang suami sambil meringis menahan sakit yang semakin terasa.“Minum air hangat dulu, Kak. Biar rileks!” Sania berjalan sambil menyodorkan segelas air putih hangat dan langsung disambar oleh menantunya, ditenggak habis hingga tersisa gelasnya saja.“Istri gue ngasih minum buat anak gue! Kenapa jadi lo yang minum?!” Sadewa menjitak kepala sahabatnya itu.“Maaf, Wa. Aku terlalu grogi!”“Wa...Wa... Dasar mantu durjana, sama mertua sendiri panggil nama. Nanti gue coret kamu dari daftar keluarga!” protes sang pemilik rahang tegas sambil menjitak kepala Aditya seka

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra Part 5

    “Naik motor, ya Bang. Ica pengen peluk Abang dari belakang!”Lelaki berambut cepak itu menghela napas berat, akan tetapi dia tidak berani menolak permintaan si istri, karena saat ini Clarissa tengah berbadan dua dan perasaannya begitu sensitif. Ia pun akhirnya mendorong sepeda motor miliknya keluar, menyuruh Clarissa merapatkan tubuh serta memeluknya dan segera melajukan kendaraan roda dua miliknya menuju tukang sate langganan.Clarissa tersenyum sembari menyenderkan kepala di punggung sang suami, merasa begitu nyaman serta bahagia hidup bersama sahabat ayahnya yang kini sudah sah menjadi suaminya.Tidak seperti saat membina biduk rumah tangga dengan David dulu, yang penuh luka juga liku. David tidak pernah berlaku manis, bahkan sekedar tersenyum kepadanya pun tidak pernah. Hanya luka yang selalu ditorehkan, baik di sanubari maupun fisiknya.“Terima kasih, ya Bang,” bisiknya seraya mempererat dekapan.“Untuk apa?” Raditya menggenggam jemari Clarissa yang tengah bertengger di pinggang.

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra Part 4

    Pagi-pagi sekali Sania sudah berjibaku di dapur menyiapkan sarapan untuk suami serta putranya. Kebetulan hari ini Mbak Resti izin libur, karena suaminya sedang kurang sehat jadi Sania harus menyiapkan segala sendiri.“Assalamualaikum, selamat pagi bidadari,” sapa Sadewa sembari melingkarkan tangan di pinggang sang istri.“Emangnya aku secantik bidadari, Yah?”“Lebih cantik dari bidadari malahan. Kamu itu luar biasa. Wanita tercantik yang pernah aku temui juga perempuan terbaik yang pernah aku kenal. Kamu adalah jantung serta napasku, dan tanpamu mungkin aku tidak akan sanggup lagi untuk hidup serta berdiri. Terima kasih atas cinta yang selama ini kamu curahkan kepadaku, terima kasih juga karena sudah mau menjadi ibu dari anak-anakku!” bisiknya mesra di telinga istrinya.Saat sedang santap pagi terdengar suara pintu diketuk nyaring. Sania segera keluar untuk melihat siapa yang datang, dan ternyata Malvin—anaknya Darmi yang bertamu. Sania mengulas senyum tipis kepada anak mantan asisten

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra part 3

    “Sudah, buruan dimakan. Biar dedeknya tambah besar!”“Iya, Yah. Ayah juga sebaiknya cepat makan. Nanti Embun habisin loh, jatahnya kalau Cuma diliatin doang.”“Kalau mau silakan habiskan. Kalau kamu minta sekalian dibeli sama kios-kiosnya juga akan aku turuti.”“Ish! Memangnya mau buat apaan?” Sania mencebik. Perempuan berhijab ungu itu segera memotong makanan berbentuk bulat dengan isi tertelan daging tersebut dan lekas menyantapnya dengan semangat, hingga keringat sebiji-biji kacang hijau menitik di dahinya.Buru-buru Sadewa menarik dua lembar tisu, mengelap peluh yang membuat istrinya semakin terlihat bertambah menawan sambil tidak henti-hentinya mengagumi wajah cantik Sania.“Kenapa Ayah liatin aku seperti itu?” Sania menghentikan aktivitasnya menyantap bakso karena terus diperhatikan.“Kamu cantik. Aku mencintai kamu!”“Aku tau, kok, kalau Ayah begitu mencintai aku.”“Aku mencintai kamu lebih dari yang kamu tahu, Mbun. Cinta di hati ini begitu besar, dan bahkan tiap detiknya kian

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra Part 2

    “Abang ngapain? Kok malah olah raga?” tanya Clarissa seraya menatap bingung ke arah suaminya.“Sayangku itu bagaimana sih? Tadi katanya Abang suruh pemanasan. Sekarang malah ditanya lagi ngapain?”Hah? Mulut perempuan berambut ikal itu menganga lebar.Seriusan ini laki nggak mudeng pemanasan? Pikirnya.“Bang, maksud aku pemanasan itu bukan seperti itu. Tapi...Ah, masa Abang tidak tahu. Kan aneh, Abang ini duda, masa nggak paham pemanasan sebelum perang?” Kedua bulat bening milik Clarissa terus saja menatap wajah Aditya yang terlihat basah oleh keringat juga sudah ngos-ngosan.“Sebenarnya, Abang belum pernah perang sebelumnya, Ca. Abang...” Dia menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. “Abang dulu belum sempat kikuk-kikuk sama mantan istri Abang. Dia menolak disentuh sama Abang, dan ternyata setelah beberapa bulan usia pernikahan kami, Abang baru tahu kalau dia sedang mengandung benih orang lain!”“Ya Allah, Bang. Miris sekali kisah cinta Abang dulu. Berarti Abang duda perjaka, don

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ekstra Part 1

    “Saya terima nikah dan kawinnya Clarissa Arabella binti Veronika untuk diri saya, dengan mas kawin tersebut tunai!” Dengan sekali tarikan napas dan semangat empat lima Aditya mengucap ijab qobul di depan penghulu juga beberapa orang saksi, memindahkan tanggung jawab serta dosa-dosa wanita yang telah resmi menjadi pendamping hidupnya.Clarissa menghampiri lelaki yang kini menyandang gelar suami, menyalami dan mencium bagian punggungnya dengan takzim, disambut ciuman hangat di kening dan Aditya segera membacakan doa setelah ijab kabul.“Alhamdulillah. Akhirnya aku bisa menghalalkan anak kamu, Wa,” ucap Aditya ketika kedua mempelai disuruh sungkeman.“Coba sekali lagi kamu panggilan saya apa?” Kedua manik hitam lawan bicaranya melotot, menatap sang menantu yang tidak ada sopan-sopannya sama sekali.“Lah, saya harus panggil apa, Wa?”“Wa! Wa! Hargai saya sedikit lah, Dit. Saya ini ayahnya Ica dan Ica istri kamu. Otomatis kamu sudah menjadi menantu saya. Harusnya kamu panggil saya ayah. Ja

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Ending

    Kevin tertawa mendengar kabar tersebut, merasa lucu saja jika sang kakak benar-benar menikahi sahabat ayahnya itu.“Kenapa kamu ketawa seperti itu, Kevin? Ada apa? Memangnya nggak boleh, saya nikah sama Ica?” Timpal Aditya yang ternyata sudah berdiri tidak jauh dari tempat kevin serta Sania bercengkerama.“Ya lucu saja, Om. Om kan ... ya sudahlah. Asalkan Om setia dan menyayangi kakak saya. Usia nggak jadi penghalang. Yang penting saling mencintai!” Kevin menjawab sambil menahan tawa.“Tumben kamu lempeng, Vin?”“Kan sudah berguru sama Om waktu saya dipenjara!” kekehnya lagi.Tidak lama kemudian Clarissa keluar sambil menggendong Angel putrinya. Senyum terkembang di bibir merah perempuan itu, apalagi ketika melihat Lisa bersama putrinya datang bertamu untuk pertama kalinya.“Alhamdulillah akhirnya kamu mau main ke rumah juga, Sa. Kakak seneng kamu dateng,” ucap wanita berambut ikal itu seraya menyalami sang adik ipar.“Terima kasih, Kak.”“Hayo masuk ke dalam. Kita ngobrol-ngobrolnya

  • Terpaksa Menikah dengan Calon Mertua   Part 65

    "Silakan lakukan kalo Mama berani. Aku pastikan Ayah dan Bang Adit tidak akan memberi ampun sama Mama, apalagi sampai melepaskan Mama!" Clarissa mengancam balik. Aditya yang merasa namanya disebut dengan embel-embel 'Bang', tersenyum semringah dan langsung memasang wajah serius serta jemawa. "Maaf, ibu yang pake baju hijau!" Dia menunjuk salah seorang perempuan yang tengah merekam kejadian dan memintanya untuk menghampiri dirinya. "Ma--maaf, Pak. Saya cuma iseng-iseng merekam. Kalo Bapak tidak berkenan akan saya hapus!" Wajah si ibu tampak ketakutan. "Tidak perlu takut, Bu. Saya seorang anggota polisi dan saya akan meminta video yang ibu rekam tadi sebagai barang bukti untuk menjebloskan mantan mertua calon istri saya ke penjara," ucap Aditya kemudian, membuat mamanya David bertambah ketakutan. "Pak, saya tadi cuma bercanda loh. Saya nggak serius ngancem Ica. Lagian Enjel itu kan cucu saya. Mana mungkin saya berani menculik dan menjualnya. Tolong jangan penjarakan saya, Pak Adit.

DMCA.com Protection Status