Share

BAB 85-86

Penulis: Sifa Syafii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-20 04:01:08
BAB 85

Sesampainya di gedung tempat resepsi pernikahan Joni berlangsung, Citra merasa kikuk kalau harus berjalan berdampingan bersama dengan Dokter Ardian. Bagaimana pun, dulu ketika ia masih bekerja di rumah sakit, Dokter Ardian adalah atasannya.

“Ayo masuk!” ajak Dokter Ardian seraya mengulurkan tangannya pada Citra.

Tiba-tiba terdengar suara Dewi memanggil Citra dari kejauhan. Ia baru saja datang dan melihat Citra turun dari mobil Dokter Ardian.

“Mas, masuk duluan aja. Aku mau ketemu Dewi dan teman-teman bidan lainnya dulu,” ujar Citra sebelum Dewi datang menghampirinya.

“Oke. Kalau gitu, aku masuk duluan ya,” balas Dokter Ardian lalu masuk ke gedung resepsi pernikahan Joni seorang diri.

Dewi datang menghampiri Citra dengan tersenyum. Sudah lama mereka tidak bertemu. Mereka berkomunikasi hanya melalui ponsel dan itu sangat jarang mereka lakukan.

“Gimana kabar kamu, Cit?” tanya Dewi sambil berjalan beriringan dengan Citra.

“Alhamdulillah baik, Wik. Kamu sendiri gimana?” balas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (11)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Sepertinya dokter adrian minum minuman yg ada obat nya ,siapa yg menjebak nya ?apa Herlina atau Widia ??
goodnovel comment avatar
Aipa Ayu
citra kamu kemana,, tolonglah kembali
goodnovel comment avatar
Reni Asmiati
bolak balik cek belum up jg ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 87-88

    BAB 87 Citra terperanjat kaget. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Baru kali ini ia melihat Dokter Ardian marah. Selama ini yang ia tahu, Dokter Ardian adalah sosok laki-laki yang sabar. Bahkan saat menangani pasien sekali pun. Tiba-tiba Dokter Ardian mematikan lampu yang ada di atas kepalanya lalu mendekat ke arah Citra dan menciumnya dengan kasar. Citra tidak melawan. Ia takut Dokter Ardian akan semakin marah padanya. Ia pun pasrah ketika Dokter Ardian membuka kancing pakaiannya dan menciumi leher serta dadanya. “Mas! Kamu ini kenapa?” Tiba-tiba Citra berteriak karena Dokter Ardian menyakitinya. Isak tangis pun mulai terdengar. Tubuh Citra bergetar karena menangis. Dokter Ardian pun menghentikan aktivitasnya. Ia merasakan tetesan air mata Citra yang jatuh mengenai dahinya. Kemudian ia menghela napas panjang dan kembali duduk di belakang kemudi. Setelah itu ia menyalakan mesin mobil dan melajukan-nya dengan kencang pulang ke rumah. Selama perjalan pulang, tidak ada yang memu

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-26
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 89-90

    BAB 89 “Yaaah … kok basah sih?” keluh Citra seraya mengangkat kaus dalamnya. Citra mulai bingung. Ia harus memilih memakai kaus dalam basah itu atau memakai lingerie menerawang milik Nadia. Kalau memakai kaus dalam basah, bisa dipastikan ia akan masuk angin, dan yang pasti Dokter Ardian tidak akan membiarkan itu. Pasti Dokter Ardian akan melepaskan kaus dalamnya secara paksa. Kalau memakai lingerie menerawang itu, ia akan sangat malu seandainya dilihat Dokter Ardian. “Cit, kamu nggak ketiduran kan di dalam kamar mandi?!” seru Dokter Ardian dari dalam kamar. “Enggak, Mas. Bentar lagi keluar, kok,” sahut Citra dengan buru-buru memakai lingerie menerawang milik Nadia. Tidak lama kemudian Citra keluar dari dalam kamar mandi dan dengan setengah berlari ia segera naik ke atas tempat tidur lalu masuk ke dalam selimut. Sedari tadi Dokter Ardian menunduk menatap layar ponsel. Sehingga ia tidak melihat apa yang dipakai Citra. Segera ia menoleh ketika Citra masuk ke dalam selimut dengan ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-29
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 91-92

    BAB 91 “Dokter, ini tadi dari Dokter Herlina,” ucap Yeni yang bertugas menjadi asisten di ruang poli kandungan hari ini seraya menunjuk kotak makan yang ada di atas meja Dokter Ardian. “Terima kasih,” balas Dokter Ardian lalu duduk untuk mulai bekerja. Siang hari, Citra pergi ke kantin untuk membeli makanan dan minuman. Ia juga membeli untuk makan siang Dokter Ardian. Setelah membayar makanan yang dipesannya, ia membawa makanan itu ke ruang poli kandungan untuk makan bersama dengan suaminya. Namun, ketika membuka pintu ruang poli kandungan, ia melihat Dokter Ardian baru saja membuka kotak bekal makan yang diberikan Dokter Herlina. Dokter Ardian pun menoleh saat pintu terbuka. “Cit,” ucap Dokter Ardian ketika melihat Citra. Citra pun menyembunyikan makanan yang dibelinya tadi di balik tubuhnya. Kemudian ia masuk dan duduk di depan Dokter Ardian. “Sekarang dapat makan siang dari rumah sakit? Kotaknya bagus ya?” sindir Citra. Yang ia tahu, selama ini rumah sakit hanya memberikan ro

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 93-94

    BAB 93 Dokter Ardian menatap Citra yang sudah melepas semua kancing kemeja-nya. “Kamu yakin?” tanya Dokter Ardian. Citra menganggukkan kepalanya dengan mantap. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, dengan segera Dokter Ardian bangkit dari duduknya lalu melepas kemeja Citra dan membuangnya ke sembarang arah. Kemudian ia mengangkat tubuh Citra dan menggendong-nya ke atas tempat tidur. Hingga akhirnya mereka pun melakukannya dalam keadaan sama-sama masih emosi dan marah satu sama lain. Meskipun begitu, Dokter Ardian melakukannya dengan sangat lembut dan foreplay selama mungkin supaya meminimalkan rasa sakit dan agar tidak menimbulkan trauma bagi Citra karena ini yang pertama baginya. Sayangnya, di akhir pelepasan-nya, Dokter Ardian melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal. Tanpa sadar ia menyebut nama Nadia, bukan Citra. Itu terjadi karena ia sering mengucapkan kata-kata itu ketika usai bercinta dengan Nadia. Sedangkan ini kali pertama ia melakukannya dengan Citra. Sehingga ia meng

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 95-96

    BAB 95 “Nggak! Aku nggak bisa melakukan itu, Cit. Aku mohon, beri aku satu kesempatan lagi. Sekali saja,” pinta Dokter Ardian. Citra tidak menyahuti-nya. Tiba-tiba tubuhnya bergetar. Isak tangis pun mulai terdengar. Kejadian tadi siang terbesit lagi di dalam ingatannya. Hatinya pun berdenyut nyeri jikalau teringat kejadian itu. Kejadian yang harusnya indah untuk dikenang seumur hidup, tetapi menjadi kenangan yang sangat buruk baginya. Semua orang mungkin mengira Citra gadis bodoh, termasuk Dokter Ardian. Mau-maunya dia memakai barang-barang bekas milik mantan istri Dokter Ardian. Mulai dari kebaya pernikahan, cincin, kalung, dan pakaian. Ingin Citra berkata tidak, tapi ia tidak pernah mengatakannya meskipun sebenarnya ada rasa kesal di dalam dada. Selama ini ia mencoba untuk selalu bersabar. Ia tidak mau mengungkit-ungkit atau mempermasalahkan dengan orang yang sudah meninggal. Namun, hari ini Dokter Ardian benar-benar keterlaluan. Tiba-tiba Citra menginjak kaki Dokter Ardian deng

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 97-98

    BAB 97 “Biarin!” balas Citra kesal. Dua puluh menit kemudian dua orang pelayan datang membawakan makanan pesanan Dokter Ardian. Dokter Ardian memesan gurami bakar, ayam goreng ungkep bumbu rempah, es jeruk dua porsi, cah kangkung, dan setengah bakul nasi. Citra menelan saliva-nya saat melihat makanan itu terhidang di depannya. Bau gurami bakar dan ayam goreng-nya menyeruak memasuki indra penciuman-nya. Tanpa disuruh, ia pun segera mencuci tangan di wastafel yang berada di dekat tempat ia melepas sandalnya. Dokter Ardian menahan senyum saat melihat Citra tidak sabar untuk segera makan. Ia senang karena meskipun marah, Citra tetap mau makan dan tidak jaim (jaga image). “Makan yang banyak, biar bisa lanjut ronde kedua,” ujar Dokter Ardian ketika Citra akan memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya. Citra pun mengerucutkan bibirnya lalu melanjutkan makannya. Sambil makan, Dokter Ardian memisahkan daging dan duri ikan gurami kemudian menaruhnya di atas piring Citra. Perlahan rasa do

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 99-100

    BAB 99 “Ini mau ke mal beli perhiasan lagi apa mau pulang?” tanya Dokter Ardian dengan tetap fokus mengemudi dan sesekali memandang ke arah Citra. “Terserah!” jawab Citra singkat. “Kok terserah sih? Nanti marah lagi,” balas Dokter Ardian. “Kembalikan ponsel dan dompetku, Mas. Aku mau pulang ke rumah Ibuk,” ujar Citra dengan cemberut dan menghadap ke Dokter Ardian. “Kamu mau pulang sekarang? Ini udah malam loh,” tanya Dokter Ardian. Ia merasa khawatir kalau sampai Citra nekat dan pulang sendiri ke rumah Ibunya. “Iya. Mas nggak usah perdulikan aku. Dari dulu aku sudah terbiasa serba sendiri sebelum jadi pengasuhnya Nizam,” balas Citra. “Ya nggak gitu, Cit. Sekarang kamu istriku. Sepenuhnya kamu tanggung jawab aku. Kita pulang dulu, ya? Nanti aku antar. Oke,” tutur Dokter Ardian. Citra pun semakin cemberut dan melipat kedua tangan di depan dadanya. Sesampainya di rumah, Dokter Ardian naik ke lantai dua menuju kamarnya. Ia mengambil dua setel pakaian untuk berganti di rumah Citra.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 101-102

    BAB 101 Citra pun membenarkan perkataan Dokter Ardian. Memang Dokter Ardian tidak pernah bersikap kurang ajar padanya. Pernah satu kali saat memaksanya untuk menyusui Nizam, tapi Citra maklum karena waktu itu Nizam menangis sangat kencang sekali. Mungkin Dokter Ardian sangat panik waktu itu, pikirnya. “Kamu tahu, aku baru merasakan menembus perawan yang sebenarnya hari ini. Milikmu. Maaf kalau tadi mungkin mengecewakan atau menyakitkan bagimu, tapi itulah kenyataannya,” tutur Dokter Ardian tiba-tiba Citra pun tidak mengerti, kenapa Dokter Ardian berkata seperti itu. Padahal Dokter Ardian seorang duda, sudah pernah menikah. Seharusnya sudah pernah merasakan itu di malam pertama dengan istri pertamanya. “Kamu pasti bingung dan bertanya-tanya. Aku pun masih bertanya-tanya tentang menembus perawan yang sebenarnya itu seperti apa. Karena waktu aku melakukannya dengan Nadia untuk yang pertama kalinya, aku tidak merasakan dinding penghalang apapun waktu itu. Hanya rasa sempit. Karena Nadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 220 (Tamat)

    BAB 220Beberapa bulan kemudianSudah satu minggu ini Citra mengambil cuti karena kandungannya sudah memasuki usia 37 minggu. Ia ingin beristirahat di rumah sambil mempersiapkan persalinan anak keduanya.Dokter Ardian sudah bekerja di Rumah Sakit Husada kembali. Namun, ia bekerja pada sore hari karena pagi hari sudah diisi dokter lain semenjak kepergiannya dulu.Pagi ini Dokter Ardian menemani Citra jalan-jalan pagi di komplek perumahannya. Arman dan Nizam masih tidur di rumah karena hari ini hari Minggu, sehingga mereka akan tidur sampai puas.Ketika sedang beristirahat di bangku yang ada pada sebuah taman, Citra merasakan janinnya menendang. Ia pun memegangi perutnya dengan tersenyum.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian.“Dia menendang, Mas,” jawab Citra dengan mendesis. Setelah tendangan itu ia merasakan perutnya kencang dan sangat sakit.“Aaaahhh, Mas! Sakit!” ucap Citra mendesis menahan sakit pada perutnya.“Apa akan melahirkan? Kamu tunggu di sini, ya! Aku pulang dulu ambil mobil dan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 219

    BAB 219Malam hari Citra dan Dokter Ardian berbaring di atas tempat tidur berdua. Mereka sama-sama menatap langit-langit kamar mereka. Ada rasa canggung di antara mereka berdua karena sudah sepuluh tahun tidak bertemu.“Kenapa kamu tidak menikah lagi?” celetuk Dokter Ardian tiba-tiba seraya menoleh ke arah Citra yang berbaring di sampingnya.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas?” tanya Citra balik. Ia pun menatap Dokter Ardian juga.“Aku sudah pergi bertahun-tahun. Aku yakin kalau kalian semua sudah menganggapku mati,” jawab Dokter Ardian.“Bagaimana aku bisa menikah lagi, sedangkan hatiku kamu bawa pergi. Aku cinta hanya sama kamu, Mas,” ucap Citra dengan tersenyum.Hati Dokter Ardian tersentuh. Ia merasa terharu dengan pernyataan Citra. Ia pun segera memeluk tubuh Citra dan mencium bibirnya dengan buas. Untungnya ia sudah mencukur kumis berewoknya sebelum tidur tadi, sehingga Citra tidak menolaknya lagi.Ciuman mereka pun semakin panas hingga akhirnya percintaan di antara mereka p

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 218

    BAB 218“Kamu kerja?” tanya Dokter Ardian.Citra menganggukkan kepalanya. “Iya, Mas,” jawab Citra.“Kalau aku nggak kerja, bagaimana aku dan anak-anak bisa makan?” imbuh Citra lagi.“Maaf, ya. Aku sudah membuat kamu susah dan menderita,” ucap Dokter Ardian merasa bersalah. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Citra dan menempelkan bibirnya pada bibir Citra lalu melumat bibir itu seperti dulu.Citra tidak membalas ciuman Dokter Ardian. Ia mengernyitkan keningnya merasa tidak nyaman karena Dokter Ardian berewokan. Ia pun memundurkan kepalanya menjauh.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian heran karena Citra menolak ciumannya.“Cukur dulu berewoknya, Mas,” gerutu Citra. Sudah lama ia tidak berciuman. Apalagi dengan wajah Dokter Ardian yang berewokan membuatnya risih dan sakit.Dokter Ardian mendesah pelan. Ia pun akhirnya pasrah karena memang tidak sempat mencukur bulu-bulu yang ada di wajahnya.Tidak lama kemudian Pak Aryo dan Bu Indah datang. Mereka segera masuk ke dalam rumah untuk meliha

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 217

    BAB 217“Kata Mama, Papa sudah di surga,” sahut Nizam. Ia masih ingat kalau Citra mengatakan seperti itu ketika Arman dan Nizam menanyakan papanya.“Mungkin maksud Mama calon Papa, Kak,” sahut Arman menebak.Dokter Ardian mendesah pelan. Dengan segera ia menarik pelan tangan kedua anaknya agar masuk ke dalam rumah. Citra pun segera menutup pintu lalu mengekor di belakang mereka.Dokter Ardian menunjuk foto pernikahannya dengan Citra yang tergantung di ruang tengah.“Tuh lihat! Masa nggak kenal sama Papa sendiri,” gerutu Dokter Ardian pada kedua anaknya.Nizam dan Arman menatap foto pernikahan Citra dan Dokter Ardian dengan sangat lekat. Sesekali mereka juga melihat Dokter Ardian untuk mencocokkan garis wajah papanya.“Nggak sama. Yang di foto ganteng. Yang ini tua!” ujar Nizam sambil menunjuk Dokter Ardian.Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar. Bagaimana tidak tua? Saat ini usia Dokter Ardian sudah empat puluh dua tahun. Ditambah lagi ia tidak bisa me

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 216

    BAB 216Citra seperti melihat bayangan Dokter Ardian yang tersenyum padanya sambil duduk di kursi itu.‘Selamat pagi, Mas,’ ucap Citra dalam hati. Ia pun tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. Kemudian ia bergegas menuju UGD untuk menjadi dokter jaga di sana.*Sore hari Citra pulang ke rumah seperti biasanya. Tubuhnya terasa lelah karena hari ini pasien di UGD sangat banyak. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Tiba-tiba Nizam dan Arman berlari ke arahnya lalu memeluk tubuhnya.“Mama!” seru mereka senang karena melihat Citra sudah pulang.Citra tersenyum lalu berjongkok untuk membalas pelukan mereka.“Bagaimana sekolahnya hari ini? Seru?” tanya Citra seraya menatap Nizam dan Arman bergantian.“Seru… sekali, Ma!” balas Nizam dengan antusias.Citra pun membelai kepala Nizam dengan tersenyum. Meskipun Nizam bukan anak kandungannya, ia akan tetap menyayangi Nizam seperti anaknya sendiri.“Kalau Arman?” tanya Citra seraya menatap Arman.Arman cemberut lalu berkata, “Sebel ah,

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 215

    BAB 215Dua tahun kemudianCitra masih berharap Dokter Ardian pulang. Ia masih berharap semua ini hanyalah mimpi panjangnya. Ia sangat ingin segera bangun dari tidur panjangnya ini.Setiap hari, sampai saat ini Citra selalu menunggu suaminya pulang di balkon kamarnya. pagi, siang, malam, ia sangat berharap Dokter Ardian memberikan kejutan padanya. Penantian panjang tak pernah membuatnya letih. Karena semua kenangan indah bersama dibawa Dokter Ardian pergi. Ia ingin kenangan itu datang kembali bersama suaminya tercinta.Setiap salat, Citra selalu berdoa agar Allah menuntun Dokter Ardian menemukan jalan pulang. Ia masih tetap di sini menunggu Dokter Ardian pulang kembali. Meskipun itu mustahil, tapi ia berharap ada keajaiban di dunia ini untuknya.Saat ini anak Citra sudah berusia dua tahun. Anak itu diberi nama Arman Raditya. Nama Arman mempunyai arti harapan dan doa. Harapan dan doa Citra adalah kepulangan Dokter Ardian, ayah dari anak-anaknya. Ia masih belum siap menjadi janda di usi

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 214

    BAB 214 Mobil ambulans baru saja sampai di halaman rumah Dokter Ardian. Citra pun masuk ke dalam mobil ambulans dengan bantuan dua orang perawat. Ia masih bisa berjalan dan tidak mau naik brankar. Bu Ratna juga mengekor di belakang mereka sambil membawa tas yang berisi pakaian Citra dan calon bayinya. Sesampainya di Rumah Sakit Bunda, Citra dianjurkan segera masuk ke ruang bersalin karena Dokter Amanda sudah mengatur semuanya. Sambil berjalan, Citra menangis berlinang air mata. Bukan karena kesakitan, tapi karena rindu dan teringat Dokter Ardian. ‘Mana janjimu, Mas? Kamu bilang akan menemaniku saat melahirkan anak kita? Tapi, kenapa kamu malah pergi meninggalkan aku dan anak kita?’ raung Citra dalam hati. “Cit,” panggil Dokter Amanda saat melihat Citra di ambang pintu ruang bersalin. Ia pun tersenyum paksa meskipun hatinya menangis. Hatinya sangat sakit melihat Citra yang berlinang air mata di hadapannya. Ia tahu dan mengerti bagaimana rasanya jadi Citra saat ini. Citra pun melan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 213

    BAB 213Satu minggu kemudianCitra berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap ke halaman rumah dan berharap melihat Dokter Ardian pulang. Setiap hari, pagi, siang, dan malam, ia menunggu Dokter Ardian pulang. Ia berharap semua ini hanya mimpi dan prank dari suaminya.“Mas …, aku rindu,” lirih Citra dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Setiap hari ia menangis merindukan Dokter Ardian.“Andai waktu bisa diulang, aku akan bilang ‘I love you’ setiap hari padamu, Mas. Aku belum pernah mengucapkan cintaku padamu. Andai waktu bisa terulang kembali, aku ingin bilang ‘Aku cinta kamu’ sejuta kali sehari pun aku akan melakukannya, Mas,” ucap Citra menyesali semuanya. Ia menyesal karena tidak pernah mengatakan cinta pada Dokter Ardian selama ini. Padahal waktu kebersamaan mereka sangat singkat.Mobil Dokter Ardian memang sudah diangkat dari jurang. Namun, di dalam mobil itu tidak ditemukan tubuh ataupun jenazah Dokter Ardian. Kemungkinan besar, tubuh Dokter Ardian terlempar keluar saat mobil

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 212

    BAB 212Citra tengah terbaring di salah satu kamar VIP Rumah Sakit Bunda. Sebuah selang infus terpasang pada tangan kirinya.Bu Ratna sedang menggosok telapak tangan dan telapak kaki Citra secara bergantian dengan lembut. Beberapa kali ia menatap wajah Citra dan berharap Citra segera membuka matanya. Ia baru saja sampai di Rumah Sakit Bunda sepuluh menit yang lalu dan langsung mencari di mana Citra dirawat.Tidak lama kemudian Citra mengernyitkan keningnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening.“Cit,” ujar Bu Ratna senang akhirnya Citra sadar juga.Citra pun membuka matanya dan melihat ibunya di samping tempat tidurnya. Kemudian ia melihat ke sekeliling ruangan itu dan ia pun sadar kalau sedang berada di rumah sakit.“Ibuk,” balas Citra lirih.“Mau minum?” Bu Ratna menawarkan seraya mengambil air minum dalam kemasan botol yang ada di atas meja. Namun, Citra menggelengkan kepalanya. Bu Ratna pun menaruh kembali botol itu.Citra menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan koso

DMCA.com Protection Status