Share

BAB 97-98

Penulis: Sifa Syafii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-12 20:15:29
BAB 97

“Biarin!” balas Citra kesal.

Dua puluh menit kemudian dua orang pelayan datang membawakan makanan pesanan Dokter Ardian. Dokter Ardian memesan gurami bakar, ayam goreng ungkep bumbu rempah, es jeruk dua porsi, cah kangkung, dan setengah bakul nasi.

Citra menelan saliva-nya saat melihat makanan itu terhidang di depannya. Bau gurami bakar dan ayam goreng-nya menyeruak memasuki indra penciuman-nya. Tanpa disuruh, ia pun segera mencuci tangan di wastafel yang berada di dekat tempat ia melepas sandalnya.

Dokter Ardian menahan senyum saat melihat Citra tidak sabar untuk segera makan. Ia senang karena meskipun marah, Citra tetap mau makan dan tidak jaim (jaga image).

“Makan yang banyak, biar bisa lanjut ronde kedua,” ujar Dokter Ardian ketika Citra akan memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya. Citra pun mengerucutkan bibirnya lalu melanjutkan makannya.

Sambil makan, Dokter Ardian memisahkan daging dan duri ikan gurami kemudian menaruhnya di atas piring Citra. Perlahan rasa do
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Farida Laela Cianu
mantap, akhirnya Citra perlahan bisa memahami dokter Adrian. ayo thor, up lagi ya.
goodnovel comment avatar
Reni Asmiati
nah gitu dong cit baikan jgn marahan mulu . belajar jadi dewasa ya citra......
goodnovel comment avatar
Meimy
Asixx udah baikan khan, Citra luluh juga khan sama dokter Adrian .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 99-100

    BAB 99 “Ini mau ke mal beli perhiasan lagi apa mau pulang?” tanya Dokter Ardian dengan tetap fokus mengemudi dan sesekali memandang ke arah Citra. “Terserah!” jawab Citra singkat. “Kok terserah sih? Nanti marah lagi,” balas Dokter Ardian. “Kembalikan ponsel dan dompetku, Mas. Aku mau pulang ke rumah Ibuk,” ujar Citra dengan cemberut dan menghadap ke Dokter Ardian. “Kamu mau pulang sekarang? Ini udah malam loh,” tanya Dokter Ardian. Ia merasa khawatir kalau sampai Citra nekat dan pulang sendiri ke rumah Ibunya. “Iya. Mas nggak usah perdulikan aku. Dari dulu aku sudah terbiasa serba sendiri sebelum jadi pengasuhnya Nizam,” balas Citra. “Ya nggak gitu, Cit. Sekarang kamu istriku. Sepenuhnya kamu tanggung jawab aku. Kita pulang dulu, ya? Nanti aku antar. Oke,” tutur Dokter Ardian. Citra pun semakin cemberut dan melipat kedua tangan di depan dadanya. Sesampainya di rumah, Dokter Ardian naik ke lantai dua menuju kamarnya. Ia mengambil dua setel pakaian untuk berganti di rumah Citra.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 101-102

    BAB 101 Citra pun membenarkan perkataan Dokter Ardian. Memang Dokter Ardian tidak pernah bersikap kurang ajar padanya. Pernah satu kali saat memaksanya untuk menyusui Nizam, tapi Citra maklum karena waktu itu Nizam menangis sangat kencang sekali. Mungkin Dokter Ardian sangat panik waktu itu, pikirnya. “Kamu tahu, aku baru merasakan menembus perawan yang sebenarnya hari ini. Milikmu. Maaf kalau tadi mungkin mengecewakan atau menyakitkan bagimu, tapi itulah kenyataannya,” tutur Dokter Ardian tiba-tiba Citra pun tidak mengerti, kenapa Dokter Ardian berkata seperti itu. Padahal Dokter Ardian seorang duda, sudah pernah menikah. Seharusnya sudah pernah merasakan itu di malam pertama dengan istri pertamanya. “Kamu pasti bingung dan bertanya-tanya. Aku pun masih bertanya-tanya tentang menembus perawan yang sebenarnya itu seperti apa. Karena waktu aku melakukannya dengan Nadia untuk yang pertama kalinya, aku tidak merasakan dinding penghalang apapun waktu itu. Hanya rasa sempit. Karena Nadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 103-104

    BAB 103 ‘Kok nggak gerak ya nih orang?’ gumam Citra dalam hati. Ia pun memberanikan diri untuk melihat wajah Dokter Ardian. Tampaklah di sana Dokter Ardian yang sudah memejamkan mata dan tertidur dengan lelap-nya. ‘Udah tidur ternyata. Baru kali ini aku lihat wajah Dokter Ardian dari jarak dekat dan seksama. Ternyata emang ganteng, ya? Dari dulu aku nggak berani memandangnya seperti ini. Nggak nyangka sekarang dia udah jadi suamiku. Bermimpi menikah dengannya pun aku nggak berani, eh sekarang malah tiba-tiba aja dia nikahin aku,’ gumam Citra dalam hati. Tidak lama kemudian Citra pun merasa mengantuk dan ikut tidur di samping Dokter Ardian. *** Ting tong Ting tong Ting tong Berkali-kali bel rumah Dokter Ardian berbunyi. Namun, tidak ada yang membukakan pintu. Hingga akhirnya Dokter Ardian merasa terganggu dan terbangun. “Jam berapa ini? Masih pagi sudah mengganggu orang tidur,” gerutu Dokter Ardian seraya bangkit dan keluar dari kamarnya untuk melihat siapa yang memencet bel rum

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 105-106

    BAB 105 Setelah itu ia membuka kunci layar ponsel-nya untuk segera memesan beberapa menu makanan di aplikasi Gejek. Sementara itu Citra mengambil sapu dan pengki di belakang untuk membersihkan pecahan kaca di ruang tamu. Sambil menunggu makanan pesanan datang, Dokter Ardian mengambil tangga di gudang untuk menurunkan foto pernikahannya dengan Nadia. Memang sudah saatnya foto itu pensiun dan berganti foto baru, pernikahannya dengan Citra. Citra membantu Dokter Ardian menurunkan foto itu dengan menunggu di bawah tangga. Namun, karena kurang hati-hati memegang pigura foto yang masih ada pecahan kacanya, jari Citra pun terluka. Ketika Dokter Ardian akan menaruh foto itu di gudang, ia melihat tangan Citra mengeluarkan darah. Memang tidak banyak, tapi kalau tidak dihentikan darah itu akan terus mengalir. “Tangan kamu berdarah, Cit,” ujar Dokter Ardian seraya menarik tangan Citra setelah menaruh pigura foto yang ada tangannya. “Ah, nggak apa-apa, Mas. Cuma sedikit, kok. Aku mandi dulu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 107-108

    BAB 107 “Ada apa?” tanya Dokter Ardian seraya memilih pakaian di dalam almari. Ia harus segera berangkat ke rumah sakit. “Mm … anu, Mas, makanannya sudah datang. Ayo makan nanti keburu dingin,” balas Citra dengan kikuk. “Aku ada SC sekarang,” balas Dokter Ardian sembari memakai kaos dalam. “Oh,” sahut Citra singkat. “Kok ‘Oh’ doang sih? Bantuin dong, Cit!” ujar Dokter Ardian sambil memakai kemeja. Citra pun masuk ke dalam kamar dan mendekat ke arah Dokter Ardian. “Dibantuin apa?” tanya Citra. Ia tidak tahu bantuan apa yang diminta suaminya itu. “Kancingkan!” perintah Dokter Ardian seraya menunjuk kancing kemeja-nya. “Oh, oke,” balas Citra lalu mulai mengancingkan kemeja Dokter Ardian. Sementara itu tangan Dokter Ardian mengambil celana dalam kemudian memakainya di depan Citra. Citra pun segera memejamkan matanya saat Dokter Ardian melepas handuk-nya. Dokter Ardian tersenyum samar ketika melihat Citra yang masih malu-malu padanya. “Kenapa memejamkan mata?” tanya Dokter Ardian

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 109-110

    BAB 109 Dokter Herlina pun membawa bayi itu ke sebuah meja dengan lampu sangat terang untuk diperiksa dan dibersihkan jalan napasnya. Setelah itu ia menimbang bayi itu untuk mengetahui berat lahir bayi tersebut. Dokter Ardian merasa lega karena ibu dan bayinya selamat. Ia ingin segera menyelesaikan operasi ini supaya bisa segera pulang. Sedari tadi di pikirannya hanya ada Citra yang tengah menunggunya di dalam mobil. Usai melakukan heating, Dokter Ardian melepas semua APD yang menempel pada tubuhnya dibantu seorang perawat. Setelah itu ia mencuci tangannya lalu duduk pada sebuah meja untuk menulis laporan kembali. Sambil menulis, Dokter Ardian tersenyum-senyum sendiri dan sesekali menggelengkan kepalanya. Dokter Herlina memperhatikan itu karena ia berada tidak jauh dari tempat Duduk Dokter Ardian. Dokter Ardian teringat kejadian di dalam mobil tadi. Citra menyuapinya dengan penuh kesabaran dan sangat telaten. Almarhumah Nadia saja belum pernah melakukan hal itu padanya. Karena itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 111-112

    BAB 111 “Pergi? Ke mana?” tanya Dokter Ardian sembari mengerutkan keningnya. “Saya tidak tahu, Pak. Tadi waktu saya baru sampai di depan gerbang, saya melihat Mbak Citra pergi dengan membawa tas yang dulu pertama kali ia bawa ke sini. Sudah saya panggil, tadinya mau nanya hendak pergi ke mana, tapi Mbak Citra-nya keburu naik taksi dan sudah terlalu jauh. Mungkin tidak dengar,” tutur Bik Yati menjelaskan. “Oh gitu. Ya sudah, Bik. Makasih, ya. Kalau capek istirahat saja. Jangan dipaksakan kerjanya. Kan baru sembuh,” balas Dokter Ardian dengan ramah seperti biasanya. “Iya, Pak,” balas Bik Yati sopan. Setelah itu Dokter Ardian pun segera menaiki anak tangga dengan tidak sabar. Sesampainya di lantai atas, ia masuk ke dalam kamar Citra. Ia berjalan mendekati almari Citra dan membukanya. Ia ingin tahu apakah Citra membawa semua pakaiannya atau tidak. Saat pintu almari terbuka, ia melihat beberapa lipatan pakaian Citra tampak berantakan dan terlihat berkurang jumlahnya. Sepertinya Citra

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 113-114

    BAB 113 Usai itu Citra buru-buru keluar dari rumah dan tidak lupa mengunci pintunya kembali. Kemudian ia naik taksi kembali menuju Puskesmas di mana Ibunya dirawat tanpa menoleh ke belakang. Sesampainya di depan Puskesmas Anggrek, Citra pun segera turun setelah membayar argo taksi yang ditumpanginya. Ia sempat terkejut karena argo taksi yang mahal. Ia terbiasa naik angkot yang cukup murah dan terjangkau di kantongnya. Dengan segera Citra mencari di mana Ibunya berada. Mulai dari UGD hingga akhirnya ia bertanya pada bagian informasi. Setelah mendapatkan informasi di mana kamar Ibunya, Citra pun segera masuk untuk melihat keadaan Ibunya. “Ibuk!” panggil Citra dengan menangis. Ia tidak pernah melihat Ibunya tidak sadarkan diri seperti ini. Ia pun memeluk Ibunya yang terbaring di atas tempat tidur. “Udah nggak apa-apa. Cuma luka sedikit. Ibu kamu pingsan karena terkejut,” ujar Tina tiba-tiba di ambang pintu. Sedari tadi ia menjaga Bu Ratna karena tidak ada yang menjaganya. Sebelum Ci

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-14

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 220 (Tamat)

    BAB 220Beberapa bulan kemudianSudah satu minggu ini Citra mengambil cuti karena kandungannya sudah memasuki usia 37 minggu. Ia ingin beristirahat di rumah sambil mempersiapkan persalinan anak keduanya.Dokter Ardian sudah bekerja di Rumah Sakit Husada kembali. Namun, ia bekerja pada sore hari karena pagi hari sudah diisi dokter lain semenjak kepergiannya dulu.Pagi ini Dokter Ardian menemani Citra jalan-jalan pagi di komplek perumahannya. Arman dan Nizam masih tidur di rumah karena hari ini hari Minggu, sehingga mereka akan tidur sampai puas.Ketika sedang beristirahat di bangku yang ada pada sebuah taman, Citra merasakan janinnya menendang. Ia pun memegangi perutnya dengan tersenyum.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian.“Dia menendang, Mas,” jawab Citra dengan mendesis. Setelah tendangan itu ia merasakan perutnya kencang dan sangat sakit.“Aaaahhh, Mas! Sakit!” ucap Citra mendesis menahan sakit pada perutnya.“Apa akan melahirkan? Kamu tunggu di sini, ya! Aku pulang dulu ambil mobil dan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 219

    BAB 219Malam hari Citra dan Dokter Ardian berbaring di atas tempat tidur berdua. Mereka sama-sama menatap langit-langit kamar mereka. Ada rasa canggung di antara mereka berdua karena sudah sepuluh tahun tidak bertemu.“Kenapa kamu tidak menikah lagi?” celetuk Dokter Ardian tiba-tiba seraya menoleh ke arah Citra yang berbaring di sampingnya.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas?” tanya Citra balik. Ia pun menatap Dokter Ardian juga.“Aku sudah pergi bertahun-tahun. Aku yakin kalau kalian semua sudah menganggapku mati,” jawab Dokter Ardian.“Bagaimana aku bisa menikah lagi, sedangkan hatiku kamu bawa pergi. Aku cinta hanya sama kamu, Mas,” ucap Citra dengan tersenyum.Hati Dokter Ardian tersentuh. Ia merasa terharu dengan pernyataan Citra. Ia pun segera memeluk tubuh Citra dan mencium bibirnya dengan buas. Untungnya ia sudah mencukur kumis berewoknya sebelum tidur tadi, sehingga Citra tidak menolaknya lagi.Ciuman mereka pun semakin panas hingga akhirnya percintaan di antara mereka p

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 218

    BAB 218“Kamu kerja?” tanya Dokter Ardian.Citra menganggukkan kepalanya. “Iya, Mas,” jawab Citra.“Kalau aku nggak kerja, bagaimana aku dan anak-anak bisa makan?” imbuh Citra lagi.“Maaf, ya. Aku sudah membuat kamu susah dan menderita,” ucap Dokter Ardian merasa bersalah. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Citra dan menempelkan bibirnya pada bibir Citra lalu melumat bibir itu seperti dulu.Citra tidak membalas ciuman Dokter Ardian. Ia mengernyitkan keningnya merasa tidak nyaman karena Dokter Ardian berewokan. Ia pun memundurkan kepalanya menjauh.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian heran karena Citra menolak ciumannya.“Cukur dulu berewoknya, Mas,” gerutu Citra. Sudah lama ia tidak berciuman. Apalagi dengan wajah Dokter Ardian yang berewokan membuatnya risih dan sakit.Dokter Ardian mendesah pelan. Ia pun akhirnya pasrah karena memang tidak sempat mencukur bulu-bulu yang ada di wajahnya.Tidak lama kemudian Pak Aryo dan Bu Indah datang. Mereka segera masuk ke dalam rumah untuk meliha

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 217

    BAB 217“Kata Mama, Papa sudah di surga,” sahut Nizam. Ia masih ingat kalau Citra mengatakan seperti itu ketika Arman dan Nizam menanyakan papanya.“Mungkin maksud Mama calon Papa, Kak,” sahut Arman menebak.Dokter Ardian mendesah pelan. Dengan segera ia menarik pelan tangan kedua anaknya agar masuk ke dalam rumah. Citra pun segera menutup pintu lalu mengekor di belakang mereka.Dokter Ardian menunjuk foto pernikahannya dengan Citra yang tergantung di ruang tengah.“Tuh lihat! Masa nggak kenal sama Papa sendiri,” gerutu Dokter Ardian pada kedua anaknya.Nizam dan Arman menatap foto pernikahan Citra dan Dokter Ardian dengan sangat lekat. Sesekali mereka juga melihat Dokter Ardian untuk mencocokkan garis wajah papanya.“Nggak sama. Yang di foto ganteng. Yang ini tua!” ujar Nizam sambil menunjuk Dokter Ardian.Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar. Bagaimana tidak tua? Saat ini usia Dokter Ardian sudah empat puluh dua tahun. Ditambah lagi ia tidak bisa me

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 216

    BAB 216Citra seperti melihat bayangan Dokter Ardian yang tersenyum padanya sambil duduk di kursi itu.‘Selamat pagi, Mas,’ ucap Citra dalam hati. Ia pun tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. Kemudian ia bergegas menuju UGD untuk menjadi dokter jaga di sana.*Sore hari Citra pulang ke rumah seperti biasanya. Tubuhnya terasa lelah karena hari ini pasien di UGD sangat banyak. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Tiba-tiba Nizam dan Arman berlari ke arahnya lalu memeluk tubuhnya.“Mama!” seru mereka senang karena melihat Citra sudah pulang.Citra tersenyum lalu berjongkok untuk membalas pelukan mereka.“Bagaimana sekolahnya hari ini? Seru?” tanya Citra seraya menatap Nizam dan Arman bergantian.“Seru… sekali, Ma!” balas Nizam dengan antusias.Citra pun membelai kepala Nizam dengan tersenyum. Meskipun Nizam bukan anak kandungannya, ia akan tetap menyayangi Nizam seperti anaknya sendiri.“Kalau Arman?” tanya Citra seraya menatap Arman.Arman cemberut lalu berkata, “Sebel ah,

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 215

    BAB 215Dua tahun kemudianCitra masih berharap Dokter Ardian pulang. Ia masih berharap semua ini hanyalah mimpi panjangnya. Ia sangat ingin segera bangun dari tidur panjangnya ini.Setiap hari, sampai saat ini Citra selalu menunggu suaminya pulang di balkon kamarnya. pagi, siang, malam, ia sangat berharap Dokter Ardian memberikan kejutan padanya. Penantian panjang tak pernah membuatnya letih. Karena semua kenangan indah bersama dibawa Dokter Ardian pergi. Ia ingin kenangan itu datang kembali bersama suaminya tercinta.Setiap salat, Citra selalu berdoa agar Allah menuntun Dokter Ardian menemukan jalan pulang. Ia masih tetap di sini menunggu Dokter Ardian pulang kembali. Meskipun itu mustahil, tapi ia berharap ada keajaiban di dunia ini untuknya.Saat ini anak Citra sudah berusia dua tahun. Anak itu diberi nama Arman Raditya. Nama Arman mempunyai arti harapan dan doa. Harapan dan doa Citra adalah kepulangan Dokter Ardian, ayah dari anak-anaknya. Ia masih belum siap menjadi janda di usi

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 214

    BAB 214 Mobil ambulans baru saja sampai di halaman rumah Dokter Ardian. Citra pun masuk ke dalam mobil ambulans dengan bantuan dua orang perawat. Ia masih bisa berjalan dan tidak mau naik brankar. Bu Ratna juga mengekor di belakang mereka sambil membawa tas yang berisi pakaian Citra dan calon bayinya. Sesampainya di Rumah Sakit Bunda, Citra dianjurkan segera masuk ke ruang bersalin karena Dokter Amanda sudah mengatur semuanya. Sambil berjalan, Citra menangis berlinang air mata. Bukan karena kesakitan, tapi karena rindu dan teringat Dokter Ardian. ‘Mana janjimu, Mas? Kamu bilang akan menemaniku saat melahirkan anak kita? Tapi, kenapa kamu malah pergi meninggalkan aku dan anak kita?’ raung Citra dalam hati. “Cit,” panggil Dokter Amanda saat melihat Citra di ambang pintu ruang bersalin. Ia pun tersenyum paksa meskipun hatinya menangis. Hatinya sangat sakit melihat Citra yang berlinang air mata di hadapannya. Ia tahu dan mengerti bagaimana rasanya jadi Citra saat ini. Citra pun melan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 213

    BAB 213Satu minggu kemudianCitra berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap ke halaman rumah dan berharap melihat Dokter Ardian pulang. Setiap hari, pagi, siang, dan malam, ia menunggu Dokter Ardian pulang. Ia berharap semua ini hanya mimpi dan prank dari suaminya.“Mas …, aku rindu,” lirih Citra dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Setiap hari ia menangis merindukan Dokter Ardian.“Andai waktu bisa diulang, aku akan bilang ‘I love you’ setiap hari padamu, Mas. Aku belum pernah mengucapkan cintaku padamu. Andai waktu bisa terulang kembali, aku ingin bilang ‘Aku cinta kamu’ sejuta kali sehari pun aku akan melakukannya, Mas,” ucap Citra menyesali semuanya. Ia menyesal karena tidak pernah mengatakan cinta pada Dokter Ardian selama ini. Padahal waktu kebersamaan mereka sangat singkat.Mobil Dokter Ardian memang sudah diangkat dari jurang. Namun, di dalam mobil itu tidak ditemukan tubuh ataupun jenazah Dokter Ardian. Kemungkinan besar, tubuh Dokter Ardian terlempar keluar saat mobil

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 212

    BAB 212Citra tengah terbaring di salah satu kamar VIP Rumah Sakit Bunda. Sebuah selang infus terpasang pada tangan kirinya.Bu Ratna sedang menggosok telapak tangan dan telapak kaki Citra secara bergantian dengan lembut. Beberapa kali ia menatap wajah Citra dan berharap Citra segera membuka matanya. Ia baru saja sampai di Rumah Sakit Bunda sepuluh menit yang lalu dan langsung mencari di mana Citra dirawat.Tidak lama kemudian Citra mengernyitkan keningnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening.“Cit,” ujar Bu Ratna senang akhirnya Citra sadar juga.Citra pun membuka matanya dan melihat ibunya di samping tempat tidurnya. Kemudian ia melihat ke sekeliling ruangan itu dan ia pun sadar kalau sedang berada di rumah sakit.“Ibuk,” balas Citra lirih.“Mau minum?” Bu Ratna menawarkan seraya mengambil air minum dalam kemasan botol yang ada di atas meja. Namun, Citra menggelengkan kepalanya. Bu Ratna pun menaruh kembali botol itu.Citra menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan koso

DMCA.com Protection Status