Share

BAB 69-70

Author: Sifa Syafii
last update Last Updated: 2021-09-22 23:01:23
BAB 69

“Cit, biar Nizam tidur sama Ibuk saja ya,” ujar Bu Ratna karena Nizam sudah tidur di gendongannya.

“Loh kenapa, Buk?” tanya Citra.

“Kamar kamu kan sempit, nanti nggak bisa gerak. Lagian Ibuk kan tidur sendiri. Nggak apa-apa kan kalau Nizam tidur sama Ibuk?” tanya Bu Ratna seraya menatap Dokter Ardian.

“Iya, Buk. Nggak apa-apa,” balas Dokter Ardian dengan tersenyum.

Bu Ratna pun mengajak Nizam masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Citra masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkannya sebentar.

“Mas, kalau capek, istirahat saja. Kamarnya sudah saya bersihkan,” ucap Citra pada Dokter Adrian. Dokter Ardian pun mengangguk lalu masuk ke dalam kamar Citra.

Setelah Dokter Ardian masuk ke dalam kamarnya, Citra pergi ke kamar Bu Ratna.

“Buk, Citra mau bicara sebentar,” ucap Citra dengan setengah berbisik.

“Ada apa, Cit?” tanya Bu Ratna setelah bangkit.

Mereka pun berbicara di ruang tengah supaya tidur Nizam tidak terganggu.

“Ibuk kenapa langsung setuju aja saat Dokter Ardian melamar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rita Syatria
asik ibu2 selalu begini. begitu udah tau lgs sesak nafas
goodnovel comment avatar
Meimy
Ibu-ibu nyinyir banget dech nggak dikampung nggak dikota .......... Ketampanan dokter Adrian paripurna .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 71-72

    BAB 71 Citra berbaring miring membelakangi Dokter Ardian dengan bibir mengerucut. Sesekali ia melirik ke belakang dan mendengkus pelan. Tangannya memegangi handuk di dada yang menutupi bahunya dan selimut yang menutupi tubuhnya. “Cit, apa kamu nggak gerah?” tanya Dokter Ardian yang melihat Citra menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. “Nggak, Mas,” jawab Citra singkat. “Cit,” panggil Dokter Ardian seraya memegang bahu Citra. “Hm,” sahut Citra tanpa menoleh dan mengedikkan bahunya yang dipegang Dokter Ardian. Karena Citra tidak mau menoleh padanya, Dokter Ardian pun menarik bahu Citra secara paksa supaya Citra mau menghadap ke arahnya. “Apaan sih, Mas?” sungut Citra seraya mengerutkan alisnya lalu kembali membelakangi Dokter Ardian. “Saya mau bicara,” ujar Dokter Ardian dengan sabar. “Bicara saja. Saya dengar, kok,” sahut Citra. “Saya tadi mendengar kamu ngobrol sama Ibuk. Apa masalah kalau kamu menikah dengan duda?” tanya Dokter Ardian. Citra pun melebarkan kelopak matanya

    Last Updated : 2021-09-27
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 73-74

    BAB 73 “Tina!” seru Bu Tini ketika sudah sampai di rumah dengan memegangi dadanya. Tina, anak Bu Tini yang kebetulan sedang menonton televisi segera bangkit dan menghampiri Bu Tini. Kemudian ia membantu Bu Tini untuk duduk di kursi ruang tamu. “Ada apa, Buk? Asma Ibuk kambuh lagi?” tanya Tina ketika melihat Ibunya kesusahan menarik napas. “Mana obat Ibuk? Cepat ambilkan!” seru Bu Tini sambil sesekali menarik napas dalam-dalam. Tina pun segera bangkit untuk mengambilkan obat sesak napas Bu Tini. Ia merasa heran karena masih pagi asma Ibunya sudah kambuh. Padahal sudah lama penyakit Bu Tini tidak pernah kambuh. Bu Tini pun segera menghirup inhaler yang disemprotkan Tina di depan hidung dan mulutnya. Tidak lama kemudian asma-nya pun mereda. “Ibuk kenapa?” tanya Tina. “Itu si Citra pulang. Tau-tau udah nikah dan punya anak. Suaminya dokter kandungan, ganteng lagi,” sungut Bu Tini sambil menunjuk-nunjuk rumah Citra yang ada di seberang rumahnya. “Citra udah punya anak? Gimana cerit

    Last Updated : 2021-10-01
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 75-76

    BAB 75 “Kenapa?” tanya Dokter Ardian. “Nggak apa-apa, Mas. Cuma pengen aja,” balas Citra dengan mendongakkan kepalanya menatap Dokter Ardian dan tersenyum. “Ayo makan. Nanti keburu dingin lagi,” ajak Dokter Ardian lalu duduk di meja makan. Citra mengangguk lalu memindahkan makanan dari atas kompor ke atas piring. Setelah makan, mereka kembali ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar Citra. Mereka berdua duduk di atas tempat tidur sambil bersandar pada sandaran tempat tidur dengan kaki diselonjorkan di bawah selimut. Beberapa saat mereka saling diam karena tidak tahu harus ngapain. “Cit, deketan sini dong jangan jauh-jauh,” ujar Dokter Ardian sambil menepuk bantalan kasur yang ada di sampingnya. Citra pun menggeser pantatnya mendekat pada Dokter Ardian. Dokter Ardian tersenyum lalu menaruh lengannya di atas bahu Citra. “Cit, kamu tau nggak, seks itu apa?” tanya Dokter Ardian. “Kenapa?” tanya Citra balik sambil mengernyitkan dahinya. “Udah, jawab aja!” balas Dokter Ardian. Mesk

    Last Updated : 2021-10-06
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 77-78

    BAB 77 “Sebentar ya, Yang. Aku ke atas dulu,” pamit Dokter Ardian. ‘Yang? Sayang gitu?’ sungut Citra dalam hati dengan menghentakkan kakinya semakin keras sembari menaiki anak tangga ketika mendengar suara Dokter Ardian. “Jangan lama-lama ya, Mas. Aku mau pulang, bentar lagi maghrib,” sahut wanita itu dengan manja. “Oke. Beres!” timpal Dokter Ardian. Citra pun semakin mempercepat langkah kakinya menaiki anak tangga supaya segera sampai di kamarnya. sesampainya di kamar, ia segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Dokter Ardian melewati kamar Citra dengan menggeleng-gelengkan kepalanya lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ia membuka almari kaca yang berisi khusus buku kesehatan, tepatnya bukunya waktu kuliah dulu. Setelah mengambil dua buku yang dibutuhkan, ia menutup kembali almari kacanya dan keluar dari kamar. “Cit, kamu kenapa? Buka dong pintunya!” seru Dokter Ardian di depan pintu kamar Citra dengan mencoba memutar gagang pintu kamar itu, tapi tidak bisa terbuka karena C

    Last Updated : 2021-10-08
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 79-80

    BAB 79 Keesokan harinya Dokter Ardian baru saja sampai di ruang poli kandungan. Setelah duduk di kursinya, ia melihat data pasien yang akan diperiksa hari ini. “Sudah ada lima belas pasien, ya?” tanya Dokter Ardian pada asisten-nya. “Iya, Dok,” balas Dewi yang menjadi asisten-nya hari ini. “Ya sudah, langsung saja pasien pertama suruh masuk,” ujar Dokter Ardian lalu memakai jas putih yang biasa dipakai dokter di rumah sakit. Pasien pertama pun masuk. Ia seorang ibu paruh baya berusia empat puluh dua tahun. Setelah duduk di depan Dokter Ardian, ibu itu menatap Dokter Ardian dengan kagum. ‘Wuaaaah … dokter-nya ganteng,’ gumam ibu itu dengan girang di dalam hati. Dokter Ardian masih menundukkan kepalanya membaca data keluhan ibu itu yang sudah ditulis asisten-nya tadi sebelum ia datang. “Keluhannya keputihan dan gatal ya, Bu?” tanya Dokter Ardian seraya menatap pasien yang ada di hadapannya. “A-apa, Dok?” tanya ibu itu baru tersadar dari lamunannya karena terpesona ketampanan Do

    Last Updated : 2021-10-09
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 81-82

    BAB 81 Citra pun buru-buru mengambil pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi ia berdiri di depan wastafel dan melihat tanda merah pada leher dan bahunya. “Gimana cara menutupinya?” gumam Citra panik seraya meraba leher, bahu serta tulang selangka-nya. Ia merasa malu kalau sampai ada yang melihatnya. “Cit, cepetan dong ganti bajunya!” seru Dokter Ardian dari dalam kamar. “I-iya, Mas,” sahut Citra lalu bergegas memakai pakaiannya. Sementara itu di luar rumah, Mirna sedang mencari orang. Tepatnya mengumpulkan massa. Tadi ia sempat naik ke lantai dua dan hendak menidurkan Nizam di kamar Citra. Namun, ketika ia hendak mengetuk kamar Citra, samar-samar ia mendengar suara desahan Citra dan bergumam “Jangan, Mas”. Ia pun berpikir kalau Citra dan Dokter Ardian sedang melakukan sesuatu yang tidak senonoh. “Ada apa, Buk?” tanya salah satu warga yang kebetulan lewat dan melihat Mirna seperti sedang kebingungan di depan pintu gerbang. “Mm … anu di mana ya rumah pak R

    Last Updated : 2021-10-15
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 83-84

    BAB 83 Siang hari Dokter Ardian mendengar Nizam menangis di kamar sebelah, tepatnya kamar Citra. Ia pun buru-buru pergi ke kamar sebelah. Karena pintunya tertutup, Dokter Ardian membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Di dalam kamar itu Citra berbaring miring membelakangi pintu. “Ada apa, Cit?” tanya Dokter Ardian. Ia berjalan mendekat ke arah Citra untuk mengetahui kenapa Nizam menangis. Citra terkejut saat mendengar suara Dokter Ardian sudah berada di dalam kamarnya. Ia pun segera menutup buah dadanya dan mengancingkan pakaiannya kembali. “Mas, kamu kok di sini?” tanya Citra ketika sudah membenahi pakaiannya dan duduk serta menoleh pada Dokter Ardian. “Aku mendengar tangisan Nizam. Ada apa?” tanya Dokter Ardian balik. Ia menghampiri Nizam dan menggendong di depan dadanya. “Anu, Mas … mm … dia mau nenen terus. Kalau aku tutup, dia nangis,” balas Citra seraya menyentuh dadanya. “Ya … kasih lah, Cit. Mungkin dia ngantuk dan bentar lagi tidur,” ucap Dokter Ardian sembari membe

    Last Updated : 2021-10-18
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 85-86

    BAB 85 Sesampainya di gedung tempat resepsi pernikahan Joni berlangsung, Citra merasa kikuk kalau harus berjalan berdampingan bersama dengan Dokter Ardian. Bagaimana pun, dulu ketika ia masih bekerja di rumah sakit, Dokter Ardian adalah atasannya. “Ayo masuk!” ajak Dokter Ardian seraya mengulurkan tangannya pada Citra. Tiba-tiba terdengar suara Dewi memanggil Citra dari kejauhan. Ia baru saja datang dan melihat Citra turun dari mobil Dokter Ardian. “Mas, masuk duluan aja. Aku mau ketemu Dewi dan teman-teman bidan lainnya dulu,” ujar Citra sebelum Dewi datang menghampirinya. “Oke. Kalau gitu, aku masuk duluan ya,” balas Dokter Ardian lalu masuk ke gedung resepsi pernikahan Joni seorang diri. Dewi datang menghampiri Citra dengan tersenyum. Sudah lama mereka tidak bertemu. Mereka berkomunikasi hanya melalui ponsel dan itu sangat jarang mereka lakukan. “Gimana kabar kamu, Cit?” tanya Dewi sambil berjalan beriringan dengan Citra. “Alhamdulillah baik, Wik. Kamu sendiri gimana?” balas

    Last Updated : 2021-10-20

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 220 (Tamat)

    BAB 220Beberapa bulan kemudianSudah satu minggu ini Citra mengambil cuti karena kandungannya sudah memasuki usia 37 minggu. Ia ingin beristirahat di rumah sambil mempersiapkan persalinan anak keduanya.Dokter Ardian sudah bekerja di Rumah Sakit Husada kembali. Namun, ia bekerja pada sore hari karena pagi hari sudah diisi dokter lain semenjak kepergiannya dulu.Pagi ini Dokter Ardian menemani Citra jalan-jalan pagi di komplek perumahannya. Arman dan Nizam masih tidur di rumah karena hari ini hari Minggu, sehingga mereka akan tidur sampai puas.Ketika sedang beristirahat di bangku yang ada pada sebuah taman, Citra merasakan janinnya menendang. Ia pun memegangi perutnya dengan tersenyum.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian.“Dia menendang, Mas,” jawab Citra dengan mendesis. Setelah tendangan itu ia merasakan perutnya kencang dan sangat sakit.“Aaaahhh, Mas! Sakit!” ucap Citra mendesis menahan sakit pada perutnya.“Apa akan melahirkan? Kamu tunggu di sini, ya! Aku pulang dulu ambil mobil dan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 219

    BAB 219Malam hari Citra dan Dokter Ardian berbaring di atas tempat tidur berdua. Mereka sama-sama menatap langit-langit kamar mereka. Ada rasa canggung di antara mereka berdua karena sudah sepuluh tahun tidak bertemu.“Kenapa kamu tidak menikah lagi?” celetuk Dokter Ardian tiba-tiba seraya menoleh ke arah Citra yang berbaring di sampingnya.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas?” tanya Citra balik. Ia pun menatap Dokter Ardian juga.“Aku sudah pergi bertahun-tahun. Aku yakin kalau kalian semua sudah menganggapku mati,” jawab Dokter Ardian.“Bagaimana aku bisa menikah lagi, sedangkan hatiku kamu bawa pergi. Aku cinta hanya sama kamu, Mas,” ucap Citra dengan tersenyum.Hati Dokter Ardian tersentuh. Ia merasa terharu dengan pernyataan Citra. Ia pun segera memeluk tubuh Citra dan mencium bibirnya dengan buas. Untungnya ia sudah mencukur kumis berewoknya sebelum tidur tadi, sehingga Citra tidak menolaknya lagi.Ciuman mereka pun semakin panas hingga akhirnya percintaan di antara mereka p

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 218

    BAB 218“Kamu kerja?” tanya Dokter Ardian.Citra menganggukkan kepalanya. “Iya, Mas,” jawab Citra.“Kalau aku nggak kerja, bagaimana aku dan anak-anak bisa makan?” imbuh Citra lagi.“Maaf, ya. Aku sudah membuat kamu susah dan menderita,” ucap Dokter Ardian merasa bersalah. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Citra dan menempelkan bibirnya pada bibir Citra lalu melumat bibir itu seperti dulu.Citra tidak membalas ciuman Dokter Ardian. Ia mengernyitkan keningnya merasa tidak nyaman karena Dokter Ardian berewokan. Ia pun memundurkan kepalanya menjauh.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian heran karena Citra menolak ciumannya.“Cukur dulu berewoknya, Mas,” gerutu Citra. Sudah lama ia tidak berciuman. Apalagi dengan wajah Dokter Ardian yang berewokan membuatnya risih dan sakit.Dokter Ardian mendesah pelan. Ia pun akhirnya pasrah karena memang tidak sempat mencukur bulu-bulu yang ada di wajahnya.Tidak lama kemudian Pak Aryo dan Bu Indah datang. Mereka segera masuk ke dalam rumah untuk meliha

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 217

    BAB 217“Kata Mama, Papa sudah di surga,” sahut Nizam. Ia masih ingat kalau Citra mengatakan seperti itu ketika Arman dan Nizam menanyakan papanya.“Mungkin maksud Mama calon Papa, Kak,” sahut Arman menebak.Dokter Ardian mendesah pelan. Dengan segera ia menarik pelan tangan kedua anaknya agar masuk ke dalam rumah. Citra pun segera menutup pintu lalu mengekor di belakang mereka.Dokter Ardian menunjuk foto pernikahannya dengan Citra yang tergantung di ruang tengah.“Tuh lihat! Masa nggak kenal sama Papa sendiri,” gerutu Dokter Ardian pada kedua anaknya.Nizam dan Arman menatap foto pernikahan Citra dan Dokter Ardian dengan sangat lekat. Sesekali mereka juga melihat Dokter Ardian untuk mencocokkan garis wajah papanya.“Nggak sama. Yang di foto ganteng. Yang ini tua!” ujar Nizam sambil menunjuk Dokter Ardian.Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar. Bagaimana tidak tua? Saat ini usia Dokter Ardian sudah empat puluh dua tahun. Ditambah lagi ia tidak bisa me

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 216

    BAB 216Citra seperti melihat bayangan Dokter Ardian yang tersenyum padanya sambil duduk di kursi itu.‘Selamat pagi, Mas,’ ucap Citra dalam hati. Ia pun tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. Kemudian ia bergegas menuju UGD untuk menjadi dokter jaga di sana.*Sore hari Citra pulang ke rumah seperti biasanya. Tubuhnya terasa lelah karena hari ini pasien di UGD sangat banyak. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Tiba-tiba Nizam dan Arman berlari ke arahnya lalu memeluk tubuhnya.“Mama!” seru mereka senang karena melihat Citra sudah pulang.Citra tersenyum lalu berjongkok untuk membalas pelukan mereka.“Bagaimana sekolahnya hari ini? Seru?” tanya Citra seraya menatap Nizam dan Arman bergantian.“Seru… sekali, Ma!” balas Nizam dengan antusias.Citra pun membelai kepala Nizam dengan tersenyum. Meskipun Nizam bukan anak kandungannya, ia akan tetap menyayangi Nizam seperti anaknya sendiri.“Kalau Arman?” tanya Citra seraya menatap Arman.Arman cemberut lalu berkata, “Sebel ah,

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 215

    BAB 215Dua tahun kemudianCitra masih berharap Dokter Ardian pulang. Ia masih berharap semua ini hanyalah mimpi panjangnya. Ia sangat ingin segera bangun dari tidur panjangnya ini.Setiap hari, sampai saat ini Citra selalu menunggu suaminya pulang di balkon kamarnya. pagi, siang, malam, ia sangat berharap Dokter Ardian memberikan kejutan padanya. Penantian panjang tak pernah membuatnya letih. Karena semua kenangan indah bersama dibawa Dokter Ardian pergi. Ia ingin kenangan itu datang kembali bersama suaminya tercinta.Setiap salat, Citra selalu berdoa agar Allah menuntun Dokter Ardian menemukan jalan pulang. Ia masih tetap di sini menunggu Dokter Ardian pulang kembali. Meskipun itu mustahil, tapi ia berharap ada keajaiban di dunia ini untuknya.Saat ini anak Citra sudah berusia dua tahun. Anak itu diberi nama Arman Raditya. Nama Arman mempunyai arti harapan dan doa. Harapan dan doa Citra adalah kepulangan Dokter Ardian, ayah dari anak-anaknya. Ia masih belum siap menjadi janda di usi

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 214

    BAB 214 Mobil ambulans baru saja sampai di halaman rumah Dokter Ardian. Citra pun masuk ke dalam mobil ambulans dengan bantuan dua orang perawat. Ia masih bisa berjalan dan tidak mau naik brankar. Bu Ratna juga mengekor di belakang mereka sambil membawa tas yang berisi pakaian Citra dan calon bayinya. Sesampainya di Rumah Sakit Bunda, Citra dianjurkan segera masuk ke ruang bersalin karena Dokter Amanda sudah mengatur semuanya. Sambil berjalan, Citra menangis berlinang air mata. Bukan karena kesakitan, tapi karena rindu dan teringat Dokter Ardian. ‘Mana janjimu, Mas? Kamu bilang akan menemaniku saat melahirkan anak kita? Tapi, kenapa kamu malah pergi meninggalkan aku dan anak kita?’ raung Citra dalam hati. “Cit,” panggil Dokter Amanda saat melihat Citra di ambang pintu ruang bersalin. Ia pun tersenyum paksa meskipun hatinya menangis. Hatinya sangat sakit melihat Citra yang berlinang air mata di hadapannya. Ia tahu dan mengerti bagaimana rasanya jadi Citra saat ini. Citra pun melan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 213

    BAB 213Satu minggu kemudianCitra berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap ke halaman rumah dan berharap melihat Dokter Ardian pulang. Setiap hari, pagi, siang, dan malam, ia menunggu Dokter Ardian pulang. Ia berharap semua ini hanya mimpi dan prank dari suaminya.“Mas …, aku rindu,” lirih Citra dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Setiap hari ia menangis merindukan Dokter Ardian.“Andai waktu bisa diulang, aku akan bilang ‘I love you’ setiap hari padamu, Mas. Aku belum pernah mengucapkan cintaku padamu. Andai waktu bisa terulang kembali, aku ingin bilang ‘Aku cinta kamu’ sejuta kali sehari pun aku akan melakukannya, Mas,” ucap Citra menyesali semuanya. Ia menyesal karena tidak pernah mengatakan cinta pada Dokter Ardian selama ini. Padahal waktu kebersamaan mereka sangat singkat.Mobil Dokter Ardian memang sudah diangkat dari jurang. Namun, di dalam mobil itu tidak ditemukan tubuh ataupun jenazah Dokter Ardian. Kemungkinan besar, tubuh Dokter Ardian terlempar keluar saat mobil

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 212

    BAB 212Citra tengah terbaring di salah satu kamar VIP Rumah Sakit Bunda. Sebuah selang infus terpasang pada tangan kirinya.Bu Ratna sedang menggosok telapak tangan dan telapak kaki Citra secara bergantian dengan lembut. Beberapa kali ia menatap wajah Citra dan berharap Citra segera membuka matanya. Ia baru saja sampai di Rumah Sakit Bunda sepuluh menit yang lalu dan langsung mencari di mana Citra dirawat.Tidak lama kemudian Citra mengernyitkan keningnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening.“Cit,” ujar Bu Ratna senang akhirnya Citra sadar juga.Citra pun membuka matanya dan melihat ibunya di samping tempat tidurnya. Kemudian ia melihat ke sekeliling ruangan itu dan ia pun sadar kalau sedang berada di rumah sakit.“Ibuk,” balas Citra lirih.“Mau minum?” Bu Ratna menawarkan seraya mengambil air minum dalam kemasan botol yang ada di atas meja. Namun, Citra menggelengkan kepalanya. Bu Ratna pun menaruh kembali botol itu.Citra menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan koso

DMCA.com Protection Status