Share

BAB 61-62

Penulis: Sifa Syafii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 23:44:23
BAB 61

Dokter Ardian baru saja memarkirkan mobilnya di area parkir Rumah Sakit Husada. Tiba-tiba terdengar suara ponsel-nya berdering. Ia pun segera mengeluarkan ponsel dari saku kemeja-nya untuk mengetahui siapa yang menelepon pagi-pagi seperti ini. Tampaklah nama “OK” pada layar ponsel Dokter Ardian. Itu adalah nomor telepon ruang operasi di Rumah Sakit Husada.

Dokter Ardian pun menghela napas panjang lalu mengembuskan-nya dengan kasar. Ia tahu, pasti ada pasien yang harus segera di SC sekarang. Ia pun segera menggeser tombol warna hijau pada layar ponsel-nya untuk menerima telepon itu.

“Halo …,” sapa Dokter Ardian setelah menempelkan benda pipih itu pada daun telinganya.

“Dok, Dokter di mana? Ada pasien darurat, Dok!” sahut seseorang yang ada di seberang telepon dengan tidak sabar.

“Sudah di parkiran rumah sakit,” balas Dokter Ardian seraya membuka pintu mobil dan turun.

“Baik, Dok. Kami akan menunggu,” balas orang yang di seberang telepon dengan sopan.

“Oke,” sahut Dokter Ar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Melisa
Iyaah nih terlalu jual mahal Ntar juga ketagihan
goodnovel comment avatar
Misdaliza
kapan sic cit belah duren nya.. kelamaan dokter nya senggol orang lo
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 63-64

    BAB 63 Citra menolehkan kepala ke arah kiri tubuhnya untuk melihat jam yang digantung di dinding kamarnya. Ia ingin mengetahui jam berapa sekarang karena Dokter Ardian masih belum pulang juga. Ia benar-benar merinding dan merasa sangat takut. Dengan jantung berdebar dan tangan gemetaran, Citra meraih ponsel-nya yang ada di atas nakas untuk melihat apakah Dokter Ardian mengirim pesan atau menelepon-nya. Namun, tidak ada pesan atau panggilan telepon satu pun dari Dokter Ardian di layar ponsel-nya. “Kamu ke mana sih, Mas? Kenapa masih belum pulang? Nggak telepon atau kirim pesan juga,” gumam Citra. Seketika matanya terasa hangat dan merasa ingin menangis karena ketakutan. “Apa terjadi sesuatu padanya?” Tiba-tiba Citra merasa khawatir. Dengan mata berkaca-kaca, Citra mencoba untuk menelepon Dokter Ardian. Namun, yang terdengar hanyalah suara operator yang mengatakan kalau nomor yang dituju sedang tidak aktif. Ia pun mendesah pelan dengan raut wajah penuh kekecewaan. Tiba-tiba ruangan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 65-66

    BAB 65 “Mas, kasihan Nizam sendirian di kamar,” bisik Citra di telinga Dokter Ardian. Itu hanyalah alasan Citra saja supaya Dokter Ardian mau menemaninya di kamar karena takut sendirian. Dokter Ardian bisa merasakan embusan napas Citra pada daun telinganya. Dan itu membuatnya sangat geli dan terangsang. Tiba-tiba, adik kecilnya bereaksi. “Kalau saya temani di kamar, kamu mau kasih saya apa?” tanya Dokter Ardian dengan posisi yang sama yaitu membelakangi Citra. “Terserah Mas maunya apa,” balas Citra pasrah. Yang penting Dokter Ardian mau menemaninya ke kamar, pikir Citra. Tanpa ia tahu apa yang akan diminta Dokter Ardian. “Oke.” Dokter Ardian mengiyakan permintaan Citra. Kemudian mereka berdua kembali ke kamar Citra. Dokter Ardian naik ke atas tempat tidur Citra dan berbaring di sana. “Mas, mau apa? Teh, kopi, susu, mie, atau apa?” tanya Citra menawarkan makanan pada Dokter Ardian. “Apa?” Dokter Ardian melongo mendengar penawaran Citra. Kenapa harus makanan coba, pikir Dokter Ar

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 67-68

    BAB 67 POV Citra Sore ini sudah beberapa kali aku memandangi jam, baik yang tergantung di dinding maupun yang ada di layar ponsel-ku. Semakin sore, jantung-ku semakin berdegup kencang. Aku yakin, sebentar lagi Dokter Ardian atau tepatnya suamiku itu akan segera pulang. Namun, aku sangat berharap semoga dia pulang larut malam seperti kemarin malam. Semenjak membaca buku yang diberikannya tadi pagi, aku jadi membayangkan yang tidak-tidak. Sudah pukul setengah lima sore. Aku turun ke lantai bawah dengan menggendong Nizam di dadaku setelah mandi dan memandikan Nizam. Kulihat Mbak Mirna sudah bersiap-siap untuk pulang. “Mbak, mau pulang?” tanyaku seraya berjalan menghampirinya. “Iya, Mbak,” jawabnya singkat. “Nggak menginap di sini saja, Mbak?” tanyaku, tapi lebih tepatnya meminta supaya dia menginap di sini malam ini. “Nggak, Mbak. Sebentar lagi Herman akan datang. Aku ke depan dulu, ya,” pamit-nya lalu pergi meninggalkanku. Aku hanya bisa menghela napas panjang. Karena tidak ada k

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 69-70

    BAB 69 “Cit, biar Nizam tidur sama Ibuk saja ya,” ujar Bu Ratna karena Nizam sudah tidur di gendongannya. “Loh kenapa, Buk?” tanya Citra. “Kamar kamu kan sempit, nanti nggak bisa gerak. Lagian Ibuk kan tidur sendiri. Nggak apa-apa kan kalau Nizam tidur sama Ibuk?” tanya Bu Ratna seraya menatap Dokter Ardian. “Iya, Buk. Nggak apa-apa,” balas Dokter Ardian dengan tersenyum. Bu Ratna pun mengajak Nizam masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Citra masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkannya sebentar. “Mas, kalau capek, istirahat saja. Kamarnya sudah saya bersihkan,” ucap Citra pada Dokter Adrian. Dokter Ardian pun mengangguk lalu masuk ke dalam kamar Citra. Setelah Dokter Ardian masuk ke dalam kamarnya, Citra pergi ke kamar Bu Ratna. “Buk, Citra mau bicara sebentar,” ucap Citra dengan setengah berbisik. “Ada apa, Cit?” tanya Bu Ratna setelah bangkit. Mereka pun berbicara di ruang tengah supaya tidur Nizam tidak terganggu. “Ibuk kenapa langsung setuju aja saat Dokter Ardian melamar

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 71-72

    BAB 71 Citra berbaring miring membelakangi Dokter Ardian dengan bibir mengerucut. Sesekali ia melirik ke belakang dan mendengkus pelan. Tangannya memegangi handuk di dada yang menutupi bahunya dan selimut yang menutupi tubuhnya. “Cit, apa kamu nggak gerah?” tanya Dokter Ardian yang melihat Citra menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. “Nggak, Mas,” jawab Citra singkat. “Cit,” panggil Dokter Ardian seraya memegang bahu Citra. “Hm,” sahut Citra tanpa menoleh dan mengedikkan bahunya yang dipegang Dokter Ardian. Karena Citra tidak mau menoleh padanya, Dokter Ardian pun menarik bahu Citra secara paksa supaya Citra mau menghadap ke arahnya. “Apaan sih, Mas?” sungut Citra seraya mengerutkan alisnya lalu kembali membelakangi Dokter Ardian. “Saya mau bicara,” ujar Dokter Ardian dengan sabar. “Bicara saja. Saya dengar, kok,” sahut Citra. “Saya tadi mendengar kamu ngobrol sama Ibuk. Apa masalah kalau kamu menikah dengan duda?” tanya Dokter Ardian. Citra pun melebarkan kelopak matanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 73-74

    BAB 73 “Tina!” seru Bu Tini ketika sudah sampai di rumah dengan memegangi dadanya. Tina, anak Bu Tini yang kebetulan sedang menonton televisi segera bangkit dan menghampiri Bu Tini. Kemudian ia membantu Bu Tini untuk duduk di kursi ruang tamu. “Ada apa, Buk? Asma Ibuk kambuh lagi?” tanya Tina ketika melihat Ibunya kesusahan menarik napas. “Mana obat Ibuk? Cepat ambilkan!” seru Bu Tini sambil sesekali menarik napas dalam-dalam. Tina pun segera bangkit untuk mengambilkan obat sesak napas Bu Tini. Ia merasa heran karena masih pagi asma Ibunya sudah kambuh. Padahal sudah lama penyakit Bu Tini tidak pernah kambuh. Bu Tini pun segera menghirup inhaler yang disemprotkan Tina di depan hidung dan mulutnya. Tidak lama kemudian asma-nya pun mereda. “Ibuk kenapa?” tanya Tina. “Itu si Citra pulang. Tau-tau udah nikah dan punya anak. Suaminya dokter kandungan, ganteng lagi,” sungut Bu Tini sambil menunjuk-nunjuk rumah Citra yang ada di seberang rumahnya. “Citra udah punya anak? Gimana cerit

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 75-76

    BAB 75 “Kenapa?” tanya Dokter Ardian. “Nggak apa-apa, Mas. Cuma pengen aja,” balas Citra dengan mendongakkan kepalanya menatap Dokter Ardian dan tersenyum. “Ayo makan. Nanti keburu dingin lagi,” ajak Dokter Ardian lalu duduk di meja makan. Citra mengangguk lalu memindahkan makanan dari atas kompor ke atas piring. Setelah makan, mereka kembali ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar Citra. Mereka berdua duduk di atas tempat tidur sambil bersandar pada sandaran tempat tidur dengan kaki diselonjorkan di bawah selimut. Beberapa saat mereka saling diam karena tidak tahu harus ngapain. “Cit, deketan sini dong jangan jauh-jauh,” ujar Dokter Ardian sambil menepuk bantalan kasur yang ada di sampingnya. Citra pun menggeser pantatnya mendekat pada Dokter Ardian. Dokter Ardian tersenyum lalu menaruh lengannya di atas bahu Citra. “Cit, kamu tau nggak, seks itu apa?” tanya Dokter Ardian. “Kenapa?” tanya Citra balik sambil mengernyitkan dahinya. “Udah, jawab aja!” balas Dokter Ardian. Mesk

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 77-78

    BAB 77 “Sebentar ya, Yang. Aku ke atas dulu,” pamit Dokter Ardian. ‘Yang? Sayang gitu?’ sungut Citra dalam hati dengan menghentakkan kakinya semakin keras sembari menaiki anak tangga ketika mendengar suara Dokter Ardian. “Jangan lama-lama ya, Mas. Aku mau pulang, bentar lagi maghrib,” sahut wanita itu dengan manja. “Oke. Beres!” timpal Dokter Ardian. Citra pun semakin mempercepat langkah kakinya menaiki anak tangga supaya segera sampai di kamarnya. sesampainya di kamar, ia segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Dokter Ardian melewati kamar Citra dengan menggeleng-gelengkan kepalanya lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ia membuka almari kaca yang berisi khusus buku kesehatan, tepatnya bukunya waktu kuliah dulu. Setelah mengambil dua buku yang dibutuhkan, ia menutup kembali almari kacanya dan keluar dari kamar. “Cit, kamu kenapa? Buka dong pintunya!” seru Dokter Ardian di depan pintu kamar Citra dengan mencoba memutar gagang pintu kamar itu, tapi tidak bisa terbuka karena C

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 220 (Tamat)

    BAB 220Beberapa bulan kemudianSudah satu minggu ini Citra mengambil cuti karena kandungannya sudah memasuki usia 37 minggu. Ia ingin beristirahat di rumah sambil mempersiapkan persalinan anak keduanya.Dokter Ardian sudah bekerja di Rumah Sakit Husada kembali. Namun, ia bekerja pada sore hari karena pagi hari sudah diisi dokter lain semenjak kepergiannya dulu.Pagi ini Dokter Ardian menemani Citra jalan-jalan pagi di komplek perumahannya. Arman dan Nizam masih tidur di rumah karena hari ini hari Minggu, sehingga mereka akan tidur sampai puas.Ketika sedang beristirahat di bangku yang ada pada sebuah taman, Citra merasakan janinnya menendang. Ia pun memegangi perutnya dengan tersenyum.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian.“Dia menendang, Mas,” jawab Citra dengan mendesis. Setelah tendangan itu ia merasakan perutnya kencang dan sangat sakit.“Aaaahhh, Mas! Sakit!” ucap Citra mendesis menahan sakit pada perutnya.“Apa akan melahirkan? Kamu tunggu di sini, ya! Aku pulang dulu ambil mobil dan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 219

    BAB 219Malam hari Citra dan Dokter Ardian berbaring di atas tempat tidur berdua. Mereka sama-sama menatap langit-langit kamar mereka. Ada rasa canggung di antara mereka berdua karena sudah sepuluh tahun tidak bertemu.“Kenapa kamu tidak menikah lagi?” celetuk Dokter Ardian tiba-tiba seraya menoleh ke arah Citra yang berbaring di sampingnya.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas?” tanya Citra balik. Ia pun menatap Dokter Ardian juga.“Aku sudah pergi bertahun-tahun. Aku yakin kalau kalian semua sudah menganggapku mati,” jawab Dokter Ardian.“Bagaimana aku bisa menikah lagi, sedangkan hatiku kamu bawa pergi. Aku cinta hanya sama kamu, Mas,” ucap Citra dengan tersenyum.Hati Dokter Ardian tersentuh. Ia merasa terharu dengan pernyataan Citra. Ia pun segera memeluk tubuh Citra dan mencium bibirnya dengan buas. Untungnya ia sudah mencukur kumis berewoknya sebelum tidur tadi, sehingga Citra tidak menolaknya lagi.Ciuman mereka pun semakin panas hingga akhirnya percintaan di antara mereka p

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 218

    BAB 218“Kamu kerja?” tanya Dokter Ardian.Citra menganggukkan kepalanya. “Iya, Mas,” jawab Citra.“Kalau aku nggak kerja, bagaimana aku dan anak-anak bisa makan?” imbuh Citra lagi.“Maaf, ya. Aku sudah membuat kamu susah dan menderita,” ucap Dokter Ardian merasa bersalah. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Citra dan menempelkan bibirnya pada bibir Citra lalu melumat bibir itu seperti dulu.Citra tidak membalas ciuman Dokter Ardian. Ia mengernyitkan keningnya merasa tidak nyaman karena Dokter Ardian berewokan. Ia pun memundurkan kepalanya menjauh.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian heran karena Citra menolak ciumannya.“Cukur dulu berewoknya, Mas,” gerutu Citra. Sudah lama ia tidak berciuman. Apalagi dengan wajah Dokter Ardian yang berewokan membuatnya risih dan sakit.Dokter Ardian mendesah pelan. Ia pun akhirnya pasrah karena memang tidak sempat mencukur bulu-bulu yang ada di wajahnya.Tidak lama kemudian Pak Aryo dan Bu Indah datang. Mereka segera masuk ke dalam rumah untuk meliha

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 217

    BAB 217“Kata Mama, Papa sudah di surga,” sahut Nizam. Ia masih ingat kalau Citra mengatakan seperti itu ketika Arman dan Nizam menanyakan papanya.“Mungkin maksud Mama calon Papa, Kak,” sahut Arman menebak.Dokter Ardian mendesah pelan. Dengan segera ia menarik pelan tangan kedua anaknya agar masuk ke dalam rumah. Citra pun segera menutup pintu lalu mengekor di belakang mereka.Dokter Ardian menunjuk foto pernikahannya dengan Citra yang tergantung di ruang tengah.“Tuh lihat! Masa nggak kenal sama Papa sendiri,” gerutu Dokter Ardian pada kedua anaknya.Nizam dan Arman menatap foto pernikahan Citra dan Dokter Ardian dengan sangat lekat. Sesekali mereka juga melihat Dokter Ardian untuk mencocokkan garis wajah papanya.“Nggak sama. Yang di foto ganteng. Yang ini tua!” ujar Nizam sambil menunjuk Dokter Ardian.Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar. Bagaimana tidak tua? Saat ini usia Dokter Ardian sudah empat puluh dua tahun. Ditambah lagi ia tidak bisa me

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 216

    BAB 216Citra seperti melihat bayangan Dokter Ardian yang tersenyum padanya sambil duduk di kursi itu.‘Selamat pagi, Mas,’ ucap Citra dalam hati. Ia pun tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. Kemudian ia bergegas menuju UGD untuk menjadi dokter jaga di sana.*Sore hari Citra pulang ke rumah seperti biasanya. Tubuhnya terasa lelah karena hari ini pasien di UGD sangat banyak. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Tiba-tiba Nizam dan Arman berlari ke arahnya lalu memeluk tubuhnya.“Mama!” seru mereka senang karena melihat Citra sudah pulang.Citra tersenyum lalu berjongkok untuk membalas pelukan mereka.“Bagaimana sekolahnya hari ini? Seru?” tanya Citra seraya menatap Nizam dan Arman bergantian.“Seru… sekali, Ma!” balas Nizam dengan antusias.Citra pun membelai kepala Nizam dengan tersenyum. Meskipun Nizam bukan anak kandungannya, ia akan tetap menyayangi Nizam seperti anaknya sendiri.“Kalau Arman?” tanya Citra seraya menatap Arman.Arman cemberut lalu berkata, “Sebel ah,

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 215

    BAB 215Dua tahun kemudianCitra masih berharap Dokter Ardian pulang. Ia masih berharap semua ini hanyalah mimpi panjangnya. Ia sangat ingin segera bangun dari tidur panjangnya ini.Setiap hari, sampai saat ini Citra selalu menunggu suaminya pulang di balkon kamarnya. pagi, siang, malam, ia sangat berharap Dokter Ardian memberikan kejutan padanya. Penantian panjang tak pernah membuatnya letih. Karena semua kenangan indah bersama dibawa Dokter Ardian pergi. Ia ingin kenangan itu datang kembali bersama suaminya tercinta.Setiap salat, Citra selalu berdoa agar Allah menuntun Dokter Ardian menemukan jalan pulang. Ia masih tetap di sini menunggu Dokter Ardian pulang kembali. Meskipun itu mustahil, tapi ia berharap ada keajaiban di dunia ini untuknya.Saat ini anak Citra sudah berusia dua tahun. Anak itu diberi nama Arman Raditya. Nama Arman mempunyai arti harapan dan doa. Harapan dan doa Citra adalah kepulangan Dokter Ardian, ayah dari anak-anaknya. Ia masih belum siap menjadi janda di usi

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 214

    BAB 214 Mobil ambulans baru saja sampai di halaman rumah Dokter Ardian. Citra pun masuk ke dalam mobil ambulans dengan bantuan dua orang perawat. Ia masih bisa berjalan dan tidak mau naik brankar. Bu Ratna juga mengekor di belakang mereka sambil membawa tas yang berisi pakaian Citra dan calon bayinya. Sesampainya di Rumah Sakit Bunda, Citra dianjurkan segera masuk ke ruang bersalin karena Dokter Amanda sudah mengatur semuanya. Sambil berjalan, Citra menangis berlinang air mata. Bukan karena kesakitan, tapi karena rindu dan teringat Dokter Ardian. ‘Mana janjimu, Mas? Kamu bilang akan menemaniku saat melahirkan anak kita? Tapi, kenapa kamu malah pergi meninggalkan aku dan anak kita?’ raung Citra dalam hati. “Cit,” panggil Dokter Amanda saat melihat Citra di ambang pintu ruang bersalin. Ia pun tersenyum paksa meskipun hatinya menangis. Hatinya sangat sakit melihat Citra yang berlinang air mata di hadapannya. Ia tahu dan mengerti bagaimana rasanya jadi Citra saat ini. Citra pun melan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 213

    BAB 213Satu minggu kemudianCitra berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap ke halaman rumah dan berharap melihat Dokter Ardian pulang. Setiap hari, pagi, siang, dan malam, ia menunggu Dokter Ardian pulang. Ia berharap semua ini hanya mimpi dan prank dari suaminya.“Mas …, aku rindu,” lirih Citra dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Setiap hari ia menangis merindukan Dokter Ardian.“Andai waktu bisa diulang, aku akan bilang ‘I love you’ setiap hari padamu, Mas. Aku belum pernah mengucapkan cintaku padamu. Andai waktu bisa terulang kembali, aku ingin bilang ‘Aku cinta kamu’ sejuta kali sehari pun aku akan melakukannya, Mas,” ucap Citra menyesali semuanya. Ia menyesal karena tidak pernah mengatakan cinta pada Dokter Ardian selama ini. Padahal waktu kebersamaan mereka sangat singkat.Mobil Dokter Ardian memang sudah diangkat dari jurang. Namun, di dalam mobil itu tidak ditemukan tubuh ataupun jenazah Dokter Ardian. Kemungkinan besar, tubuh Dokter Ardian terlempar keluar saat mobil

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 212

    BAB 212Citra tengah terbaring di salah satu kamar VIP Rumah Sakit Bunda. Sebuah selang infus terpasang pada tangan kirinya.Bu Ratna sedang menggosok telapak tangan dan telapak kaki Citra secara bergantian dengan lembut. Beberapa kali ia menatap wajah Citra dan berharap Citra segera membuka matanya. Ia baru saja sampai di Rumah Sakit Bunda sepuluh menit yang lalu dan langsung mencari di mana Citra dirawat.Tidak lama kemudian Citra mengernyitkan keningnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening.“Cit,” ujar Bu Ratna senang akhirnya Citra sadar juga.Citra pun membuka matanya dan melihat ibunya di samping tempat tidurnya. Kemudian ia melihat ke sekeliling ruangan itu dan ia pun sadar kalau sedang berada di rumah sakit.“Ibuk,” balas Citra lirih.“Mau minum?” Bu Ratna menawarkan seraya mengambil air minum dalam kemasan botol yang ada di atas meja. Namun, Citra menggelengkan kepalanya. Bu Ratna pun menaruh kembali botol itu.Citra menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan koso

DMCA.com Protection Status