Share

BAB 6

Indah hanya tersenyum tak menanggapi pertanyaan mama mertuanya. Dia juga tak begitu akrab dengan wanita ini dan indah sendiri tidak selalu berkomunikasi dengan mama mertuanya ini saat menjadi mama mertua kakanya itu di sebabkan dia kuliah di luar kota. Dari Mita, dia tahu jika mama mertuanya wanita yang baik. Dia sering mendengar kakaknya mengatakan pada ibu, jika dia diberikan hadiah berupa perhiasan.

Mama Reni mengajak Indah duduk di sofa yang ada di kamar itu mengetahui apa yang dilakukan sama anaknya kepada menantu barunya itu. Dia menggenggam tangan menantunya.

"Rudi itu dingin kepada semua orang dan begini yang di rasakan sama Mita pas awal menikah dulu, tapi jika telah cinta dia akan memperlakukan wanitanya seperti ratu. Jika saat ini Rudi sedikit kasar, itu karena dia belum mengenal kamu. Cobalah membuat dia jatuh cinta, kamu akan tahu bagaimana dia yang begitu perhatian. Dia tak suka wanita membantah, ikuti maunya. Seperti Mita yang selalu mengikuti apa katanya, sehingga dia begitu mencintai mantan istrinya itu," ucap Mama Reni.

Indah tersenyum menanggapin kata-kata dari mertuanya itu. Lagi-lagi dia dibandingkan dengan Mita yang emang lemah lembut. Mereka berbeda. Tidak bisa disamakan, sifat mereka emang berbeda karena di perlakukan berbeda dari mamanya. Indah selalu di paksa melakukan semuanya makanya sifatnya agak keras dan tidak suka di atur apa yang dia mau lakukan.

"Aku bukan Mita yang gampang di atur kalo tidak sesuai apa kata hati saya, saya akan berontak, Ma. Aku tak bisa diam jika itu tak sesuai dengan isi hatiku. Aku tak bisa hanya menurut jika itu bertentangan dengan pikiranku," ucap Indah dengan suara lembut.

"Apa itu berarti Rudi memang memperlakukan kamu dengan kasar dan apa Rudi memukul kamu, Nak?" tanya Mama Reni dengan suara kuatir.

Indah tersenyum, tidak mau mengadu sama mertuanya itu dan menggenggam balik tangan ibu mertuanya yang telah terlihat keriput. Dia tidak menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu.

"Ma, aku bukan wanita lemah aku akan melakukan apapun yang menurut saya benar, Ma. Jika pun Mas Rudi memperlakukanku kasar, aku akan bertahan sebisa aku bertahan. Aku akan bersabar, dan membuktikan jika tidak semua wanita itu lemah dan mau di tindas sama kaya wanita lain," jawab Indah.

"Maafkan semua sikap Rudi jika menyakiti kamu, Nak. Katakan saja pada mama apa yang telah Rudi lakukan mama yang tegur dia. Kalau itu salah, mama yang akan langsung memberikan dia nasehat dan membujuk dia agar tidak melakukan kesalahan yang sama," ujar Mama Reni lagi.

"Jika aku tak sanggup lagi bertahan, aku akan katakan pada Mama, sekarang aku hanya bisa bersabar atas apa yang di lakukan sama Mas Rudi." Jawab Indah dengan tatapan yang tegas.

Mama Reni memeluk menantunya itu dan memperkuat mental menantunya itu supaya biasa terus bersabar mengahadapi sifatnya Rudi yang dingin bangat sama orang lain selain sama Mita almarhum istrinya dulu. Dia yakin Indah akan bisa membuat putranya kembali ceria seperti dulu lagi. Sejak di tinggal pergi Mita, dia selalu murung dan tidak ada gairah hidup lagi. Beruntung masih ada Nia yang membuat dia terus bertahan.

Nia yang baru terbangun, tersenyum melihat nenek dan mimi-nya. Dia bangun dan langsung duduk. Indah mendekati bocah itu dan memberikan kecupan ke seluruh bagian di wajahnya.

"Beri salam dong sama nenek," ucap Indah dengan lembut.

"Selamat Sore, Nek! Maaf Nenek Nia baru bagun tidur" sapa Nia.

"Selamat Sore cucu nenek yang cantik, dan yang paling pintar." balas Mama Reni dengan tersenyum manis dan berjalan mendekati sang cucu. Wanita itu lalu mengecup pipi sang cucu.

Setelah Nia mandi dan berpakaian rapi oleh indah, dia turun ke lantai dua dengan sang nenek. Indah meminta izin mandi terlebih dahulu karena badanya yang udah gerah dan matanya yang kelihatan bengak.

Saat ini Mama Reni dan Rudi sedang duduk di sofa ruang keluarga, sedangkan Nia bermain di lantai dengan bonekanya di tangan.

"Rudi, apa kamu memperlakukan indah dengan kasar? Jangan sampai kejadian yang di alami Mita awal-awal kalian nikah terulang lagi sama indah?" tanya Mama Reni.

Rudi tak menjawab pertanyaan mamanya. Dia hanya melirik sekilas ke arah wanita yang telah melahirkan dirinya itu.

"Apa yang dia adukan pada Mama?" tanya Rudi dengan suara sedikit geram.

"Indah tidak mengatakan apa pun tentang sikapmu. Ibu tadi tak sengaja melihat pergelangan tangannya yang memar. Pasti itu bekas cengkeraman tanganmu!" ucap Mama Reni.

Rudi terdiam mendengar ucapan mamanya Dalam hatinya berpikir, apakah begitu kuatnya dia memegang tadi sehingga berbekas.

"Rudi, ibu senang saat kamu menikah dengan Mita. Dia bisa merubah kamu yang temperamen dan kasar menjadi lembut. Walau awalnya dia hampir menyerah dan sempat meninggalkan kamu. Untung kamu cepat menyadari kesalahanmu. Jangan sampai dengan Indah kamu menyesali setelah dia pergi. Hanya dia yang pantas menjadi ibu bagi anakmu. Mama yakin Indah sebenarnya lebih baik dari Mita," ucap Mama Reni.

"Tak ada yang lebih baik dari Mita. Mama jangan samakan dia dengan siapa pun. Mita aku sangat sempurna!" ujar Rudi dengan penuh penekanan. Mama Reni diam, tak mau membahas Mita lagi. Bagi Rudi pembahasan mengenai mantan istrinya itu sangat sensitif.

Tanpa mereka tahu, Indah berdiri di belakang sofa itu. Dia mendengar semua yang anak dan ibu itu obrolkan. Beruntung Nia tak melihatnya, sehingga dia bisa pergi lagi. Dia tak ingin dikatakan menguping, padahal tadi hanya kebetulan saja.

**

Indah bangun saat jam masih menunjukan pukul lima pagi. Dia segera mandi dan harus bisa pergi dari rumah untuk menemui sang kekasih hati.

Beruntung kemarin Nia di bawa neneknya untuk menginap di rumah kediamannya, sehingga dia tak perlu kuatir dengan bocah itu. Nanti setelah menemui Dicky, dia akan menjemput bocah itu di rumah mertuanya, agar Rudi tak curiga.

Setelah berpakaian rapi, gadis itu segera menuju garasi dan mengambil motor miliknya. Dia lebih senang menggunakan motor. Kalau Mita tak akan mau, takut kulitnya menjadi hitam.

Rudi yang baru bangun, membuka gorden jendela kamarnya. Dia terkejut melihat Indah yang meninggalkan halaman rumah dengan menggunakan motornya.

"Mau kemana gadis itu? Ternyata dia tak takut dan jera walau telah aku kurung di gudang. Besar juga nyalinya!" gumam Rudi pada dirinya sendiri.

Dia lalu menghubungi seseorang untuk mengikuti dan mengawasi Indah. Dia paling tak suka wanita pembangkang dan membantah ucapannya.

"Sepertinya aku harus lebih keras mendidiknya agar menjadi wanita penurut dan lemah lembut!" ucap Rudi dalam hatinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status