Indah memasuki kantor tempatnya bekerja dengan langkah yang ragu. Dia takut saat bertemu dengan Dicky, pria itu ternyata tak ingin bertemu dengannya.
Saat sampai di meja resepsionis, Fara teman kantornya menghampiri Indah diikuti yang lain. Mereka menyalami dan mengucapkan selamat pada gadis itu."Selamat menempuh hidup baru dan bahagia sama suaminya, Indah. Kamu datang pasti untuk pamit karena telah resign, ya?" tanya Fara.Ucapan Fara membuat Indah jadi terkejut dan gelisa. Kapan dia mengajukan resign? Tanya gadis itu dalam hatinya."Resign...? Siapa yang bilang kalo aku resign!" Jawab Indah balik bertanya karena merasa keheranan."Bukankah kemarin suami kamu datang mengantar surat pengunduran diri kamu. Dia mengatakan kamu tak sempat mengantarnya sehingga dia yang mewakili," ucap Arfa kepala HRD di kantor.Indah menarik napas dalam untuk meredakan emosinya. Pasti ini semua kerjaan Rudi. Dia memalsukan tanda tanganku. Ucap gadis itu dalam hatinya.Dia tak menyangka jika Rudi akan melakukan sejauh ini. Padahal dia masih ingin bekerja. Jika di rumah saja, bisa-bisa dia akan depresi. Pikir Indah yang sambil menahan emosinya.Namun, sebenci apa pun Indah dengan pria itu, dia masih menghormatinya sebagai seorang suami. Dia tak ingin menjelekan nama baiknya suaminya itu."Aku datang memang untuk pamit. Maaf kemarin tak mengundang kalian, aku tak mengadakan pesta. Hanya syukuran biasa," jawab Indah akhirnya.Salah seorang rekan kerja yang juga mencintai Dicky tampak tersenyum miring mendengar ucapan gadis itu. Dia maju selangkah mendekati Indah."Ternyata pacaran lama tak membuat cinta itu tumbuh dengan tulus. Yang tulus akan kalah dengan yang berduit. Yang berjuang akan kalah dengan yang beruang. Kasihan Dicky ternyata menjaga jodoh orang selama ini," ucap Suci.Semua rekan kerja mereka pasti mengenal Rudi, karena perusahaannya sering bekerja sama dengan perusahaan tempat Indah bekerja. Mereka sering bertanya kenapa gadis itu tidak kerja di perusahaan abang iparnya saja.Mita dulu pernah menawari agar Indah melamar di perusahaan Rudi saja. Kakaknya yakin sang suami akan menerima gadis itu karena kepintarannya. Namun, dia menolak karena tak ingin nanti ada suara sumbang yang mengatakan jika dia sukses atas bantuan Mita dan Rudi. Dia ingin berdiri dengan kaki sendiri tanpa bantuan siapa pun."Jangan asal bicara Suci. Nanti jatuhnya fitnah. Kamu tak tahu cerita sebenarnya. Jangan mencari kesempatan dalam kesempitan. Maaf, semua di sini juga tahu jika kamu menaruh hati dengan Dicky. Aku tahu kamu mencoba menyiram bensin ke api yang terbakar, nanti apinya bisa membakar dirimu sendiri," balas Indah yang tak mau kalah.Suci jadi terdiam mendengar jawaban dari gadis itu. Wajahnya memerah menahan malu. Namun Indah tak takut. Gadis itu lalu menyalami temannya satu persatu.Indah pamit juga dengan atasannya. Mereka sebenarnya menyayangkan berhentinya gadis itu. Saat ini karirnya sedang berkembang. Dia baru saja menduduki jabatan manager.Setelah dari rumah pimpinan, dia menuju ruang dimana Dicky berada. Dia tak melihat kehadiran pria itu. Baru saja Indah akan bertanya, dia dikejutkan dengan genggaman tangan seseorang.Indah membalikan tubuhnya. Nampak berdiri seorang pria yang sangat dia cintai. Ingin rasanya gadis itu berlari ke dalam pelukan kekasihnya itu untuk mencurahkan semua isi hatinya saat ini yang sedang hancur. Air mata tak bisa dia tahan, air matanya mengalir seperti sungai. Tanpa sadar jatuh membasahi pipinya."Kamu mencariku?" tanya Dicky dengan suara tertahan. Indah hanya menjawab dengan anggukan kepala."Kita bicara di kafe depan saja. Hapus air matamu. Nanti kamu jadi bahan omongan. Aku tak mau itu terjadi," ucap Dicky lagi dengan lembut.Indah mengangguk tanda setuju. Dia menghapus air matanya. Hanya Dicky yang bisa membuat gadis keras kepala itu menurut. Dengan kelembutan pria itu membuatnya jatuh cinta sedalamnya. Tak pernah sekalipun selama lima tahun hubungan mereka, Dicky bicara kasar.Indah dan Dicky berjalan keluar dari kantor dengan rasa canggung. Mereka sadar saat ini menjadi pusat perhatian.**Indah dan Dicky telah duduk di sebuah kafe yang tak jauh dari perusahaan tempat mereka bekerja. Keduanya tampak sangat canggung. Beberapa saat mereka terdiam, larut dengan pikiran masing-masing hingga akhirnya gadis itu yang memulia obrolan."Dicky, aku minta maaf karena mengingkari janji kita. Aku tak pernah menginginkan ini semua. Aku terpaksa, Ibu memohon dan berlutut padaku. Aku tak bisa menolaknya," ucap Indah dengan suara terbata menahan sebak di dada."Kenapa kamu tak jujur? Kenapa kamu mematikan ponsel? Kamu tahu bagaimana perasaan ini saat mendengar dari temanku jika kamu telah menikah dengan abang iparmu. Jika saja aku tahu ketika pesta itu berlangsung, pasti aku akan datang dan menyaksikan secara langsung kekasihku bersanding dengan pria lain. Aku ingin melihat orang yang aku cintai begitu teganya bersenang di atas kesedihan yang kurasakan inii," balas Dicky.Air mata Indah tak bisa dia tahan lagi. Dia tak tahu harus bicara apa. Lidahnya terasa kelu dan kaku. Tenggorokannya terasa tercekat seperti orang yang tidak minum air selama setahun."Apa kamu begitu mudahnya melupakan janji kita, Indah? Apa kamu telah lupa tentang rencana masa depan yang telah kita rancang?" tanya Dicky lagi.Indah makin terisak mendengar ucapan kekasihnya itu. Makin besar rasa bersalah pada dirinya. Lihatlah kekasihnya, di saat ini masih berkata dengan baik, tak ada emosi."Apa cinta kita tak ada artinya bagimu, apa cinta kita hanya sebagai permainan di mata mu, Indah. Lima tahun tenyata belum cukup bagiku mengenal dirimu, kau begitu mudahnya melupakan semua. Di sini aku merasa cuma aku yang mencintaimu selama ini, sedangkan kamu hanya menganggap ku teman biasa," ucap Dicky."Dicky, jangan berkata begitu, aku terpaksa melakukan ini. Kamu pasti tahu bagaimana perasaan ini dan hubungan kita selama lima tahun ini bukan hanya main-main saja. Jika saja aku boleh memilih, aku tak mau berada di posisi saat ini, sekali lagi aku katakan, aku terpaksa," ucap Indah.Keduanya terdiam. Memikirkan semua tentang perjalanan cinta mereka selama ini. Setelah beberapa saat terdiam akhirnya Dicky yang mulai obrolan lagi."Apa yang harus aku lakukan saat ini, Indah? Aku merasa diri ini hancur sehancurnya saat mendengar kamu menikah. Ingin rasanya aku meninggalkan dunia ini, agar aku tak melihat kamu lagi. Kamu tahu aku sangat mencintaimu. Kenyataan ini sangat menyakitkan bagiku, apa lagi kamu tak bisa dihubungi untuk aku minta penjelasan. Aku tak tahu, apakah aku sanggup melihat kekasih ku berjalan dengan pria lain," ucap Dicky."Maafkan aku, Dicky. Aku udah bikin kamu kecewa dan hancur. Aku nggak bermaksud buat kamu marah. Membuatmu kecewa sungguh bukan keinginanku, maaf terkadang aku tak seperti yang kamu harapkan. Maafkan aku, karena aku telah membuatmu terluka, dan saat ini aku terus mencoba untuk memperbaiki semua kesalahanku. Kamu boleh menghinaku, mencaciku, karena aku memang pantas mendapatkan semua itu. Aku akan terima, asal kamu mau memaafkan aku," ucap Indah lagi."Bagaimana bisa aku mencacimu, membencimu, sedangkan aku sangat mencintaimu. Mendengar orang mengatakan hal buruk tentangmu saja membuat aku marah dan tak terima. Indah, dari kamu aku belajar menyayangi, dari kamu aku belajar tentang mencintai, tapi kamu lupa mengajari aku mengucapkan selamat tinggal sehingga aku sulit untuk melepaskan kamu," ucap Dicky dengan suara sendu sambil menahan kepedihan hati.Indah tak bisa berkata apa pun. Air matanya terus saja jatuh membasahi pipi. Di meja lain tampak Rudi memperhatikan keduanya. Entah apa yang ada dalam pikiran suami Indah saat melihat istrinya bertemu dan bicara sangat akrab dengan seorang pria.Setelah bertemu Dicky, Indah langsung menuju rumah kediaman orang tuanya Rudi. Dia ingin menjemput ponakan yang sekarang telah menjadi anak tirinya juga.Indah mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Hatinya sedikit lega karena Dicky bisa mengerti posisinya saat ini. Mereka memutuskan untuk berteman saja. Bagiamana pun Indah menghormati pernikahannya.Dengan langkah pasti gadis itu melangkah menuju pintu utama rumah orang tua Rudi. Rumah model klasik yang halamannya sangat luas. Mungkin lima kali lebih besar dari rumah orang tuanya.Belum sempat Indah mengetuk pintu, pintu itu telah terbuka. Pasti ada CCTV yang memperlihatkan kedatangannya. Pintu itu sepertinya menggunakan remote.Indah berjalan masuk, dan di sambut dengan bibi. Wanita paruh baya itu memintanya langsung menuju meja makan karena sudah waktunya makan siang.Langkah kaki Indah terhenti saat melihat Rudi juga berada di ruang makan. Dia menarik napas dalam-dalam. Takut pria itu berkata kasar dihadapan mama mertuanya.
Indah hanya diam mendengar apa yang di ucapkan Rudi dan tidak menangapin apa yang di bicarakan oleh Rudi. Tentu saja melihat sikap yang ditunjukan indah membuat Rudi sakit hati. Rudi lalu mencengkeram tangan Indah dengan keras. Membuat Indah itu meringis menahan rasa sakit yang dirasakan akibat tangannya dicengkeram oleh Rudi."Lepaskan tanganmu Mas Rudi, jika kau tak ingin Nia melihat perlakuan mu yang sangat kasar, yang akan membuat Nia menangis dan membenci mu!" ucap Indah dengan penuh penekanan."Jangan perna kau main-main dengan aku! Jika nama aku ikut terseret atas perbuatanmu yang suka main dibelakang, aku tak akan segan-segan sama kamu, ingat kata-kataku ini jangan bawa namaku apa lagi nama-nama Nia!" ancam Rudi kepada Indah."Aku tidak pernah melakukan apa yang kamu sebutkan, aku masih tahu yang pantas dan tak pantas aku lakukan. Jangan kamu mengajariku! Heran, kenapa Kak Mita bisa menyukai pria seperti kamu dan gila sepertimu!" ucap Indah kembali, dengan nada yang penuh pen
Nikmati dulu apa yang terjadi sekarang, kamu juga masih mudah dan banyak kejutan yang akan diterima di umur yang sekarang ini. Tetaplah semangat dan terus berjuang, percayalah Tuhan tidak mungkin memberikan cobaan yang tidak bisa dilewati olah hambanya, pasti dari banyak cobaan yang kamu dapat sekarang pasti di suatu hari akan ada waktunya kamu akan menikmati keindahan yang tidak perna kamu pikirkan. Setelah Indah memperkuat dirinya, dia bangun dari duduk dan berjalan kekasur untuk melanjutkan tidur, tapi matanya tidak bisa terpenjam lagi sampai subuh datang.Setelah pagi hari Indah merasa kepalanya sakit, sehinga dia masih tertidur walaupun matarari sudah mulai terik. Hingga jam delapan dia bangun dari tempat tidur dan langsung ke makar mandi.Kepala Indah masih terasa sanngat berat. Namun, Indah memaksakan diri untuk menuju lantai satu dan langsung ke dapur. Sampai di lantai satu Indah tidak melihat Rudi dan Nia. Indah bertanya sama bibi apakah Rudi dan Nia sudah sarapan."Bi, Mas
Tuhan, aku manusia yang lemah, terkadang ingin aku di perhatiin, di hapus air matanya, ingin aku punya pundak untuk bersandar yang menurut ku aman dan nyaman. Aku ingin memiliki seseorang untuk aku menceritakan semua keluh kesal aku yang akan membuat hamba mu ini merasa didengarkan. Hamba mu ini sangat membutuhkan itu semua. Hamba mu ini, tidak bukan sekedar ingin saja. Aku tahu apa yang aku lakukan ini salah, karena aku seorang istri orang lain. Tapi Tuhan, hamba mu ini juga manusia biasa yang sangat membutuhkan tempat berbagi di saat hati ini sudah tidak sanggup menanggung semua beban yang saat ini hamba hadapin.Dicky yang mengetahui Indah sangat hobi melukis dia membawa perlengkapan melukis untuk Indah supaya bisa melupakan masalahnya. Tapi, hobi Indah ini tidak didukung oleh ibunya, menurut ibunya menjadi seniman tidak ada masa depannya. Begitulah pandangan ibunya tentang hobinya Indah yang suka melukis.Indah dan Dicky memiliki hobi yang sama. Mereka berdua langsung melukis kein
Pagi hari, Rudi seperti hari biasa sarapan bersama putrinya Nia. Indah belum juga keluar dari kamar semenjak tadi malam, Rudi tau kalo Indah belum keluar makan mulai dari tadi malam."Bi, ada lihat Indah keluar kamar dari tadi malam?" Akhirnya Rudi bertanya juga tentang keberadaan wanita itu."Bibi dari tadi malam tidak perna lihat Non Indah kelyar dari kamarnya, Pak," jawab Bibi."Mimi sakit ya, pak?" tanya Nia."Bukan, Sayang. Mimi masih tidur di dalam kamarnya. Nanti kamu main sama bibi ya, jangan ganggu Mimi lagi tidur. Papi mau kerja dulu. Ada rapat di kantor pagi ini, sayang." Ucapan RudiSelesai sarapan Rudi langsung ke kantor. Karena di perusahan dia ada sedikit memgalami masalah keuangan. Rudi mencurigai salah satu bawahanya yang telah menghianati dia. Pengeluaran perusahan untuk bulan ini sangat tinggi sekali berbeda dengan seperti bulan biasanya. Jadi, Rudi ingin menyelidiki semua yang terjadi di perusahan.Rudi udah perna mengeceknya satu persatu tapi tidak perna dia menem
Rudi terdiam saat mendengar pertanyaan yang utarakan Indah. Walaupun nada bicara Indah sangat pelan tapi langsung menusuk kejantung Rudi. Akibat mendengar pertanyaan Indah membuat dia terdiam cukup lama."Kenapa aku tidak bisa mempercayain keluarga aku sendiri? Apa mungkin kalo seoramg istri akan mengkhianati suaminya sendiri apa lagi semua ini untuk kebaikan keluarganya sendiri?" Alih-alih menjawab pertanyaan dari Indah, Rudi malah bertanya balik pada Indah."Apa yang tidak mungkin di dunia ini? Berapa banyak sorang istri atau suami yang mengkhianati pasangannya demi orang lain," jawab Indah."Aku percaya kamu tak akan melakukan itu," jawab Rudi yang masih meragukan Indah.Mendengar apa yang dikatakan Rudi, Indah hanya terdiam dan langsung kembali fokus dengan lukisanya. Nia turun dari duduknya, langsung naik ke pangkuan Indah langsung mencium pipinya kanan dan kirinya Indah."Mimi cantik ..., Nia mau cantik kaya Mimi" ucap Nia.Indah tersenyum saat mendengar kata Nia yang bisa buat
Setelah beberapa jam, Indah merasakan kelelahan saat mengerjakan kerjaannya. Indah bangun dari duduknya. Langsung menuju kamar istirahat yang dikatakan Rudi yang berada di balik lemari buku. Setelah Indah masuk dia membaringkan tubuhnya di kasur yang ada di dalam kamar istirahat itu. Setelah beberapa menit Indah langsung tertidur.Rudi balik ke perusahan setelah selesaikan rapat di luar perusahan. Saat dia masuk ke kantor, Rudi terkejut saat mengetahui Indah tidak ada dalam kantor. Rudi langsung bertanya pada sekertarisnya pergi kemana Istrinya."Fara, kamu tau istri saya kemana?" Tanya Rudi setelah Fara memasuki kantornya."Saya tidak tahu, pak. Mungkin Ibu Indah keluar saat saya pergi makan siang, Pak, jadi saya tidak tau kalo Ibu Indah pergi kemana. Atau Ibu Indah keluar mencari makan, pak." Jawab Fara yang tidak mengetahui Indah pergi kemana."Kamu tidak membelikan makan siang untuk istri saya?" Tanya Rudi dengan sedikit marah.Fara terkejut saat Rudi memarahin dia. Fara baru inga
"Ternyata Mas Rudi jauh lebih ganteng jika tersenyum begitu," ucap Indah.Ucapan gadis itu membuat senyum Rudi langsung hilang. Indah menutup mulutnya menyadari ucapannya. Indah tadi spontan mengucapkan kata-kata barusan.Setelah melihat perubahan mimik wajah Rudi, Indah langsung menunduk dan melanjutkan makan buah yang ada di hadapannya. Indah tak berani memandang Rudi lagi. Takut Rudi marah mendengar ucapannya tadi.Setelah selesai makan, Indah langsung masuk ke kamar mandi. Indah langsung menepuk dahinya memikirkan apa yang dia katakan tadi.Setelah makan, gadis itu masuk ke kamar mandi. Dia memukul dahinya."Apa si yang kamu pikirkan, Indah? Dia bukan Dikcy yang bisa kamu ajak bercanda sesuka kamu. Jadi jangan sok akrap kamu sama dia." Guman Indah pada dirinya sendiri mengetahui kesalahanya.Setelah menggosok gigi dan membasuh wajahnya, Indah lalu keluar dari kamar mandi. Dia ingin mengambil tasnya."Mas, aku mau anu ...," ucap Indah gugup. Tas dia berada di kursi yang Rudi duduki