Rudi terdiam saat mendengar pertanyaan yang utarakan Indah. Walaupun nada bicara Indah sangat pelan tapi langsung menusuk kejantung Rudi. Akibat mendengar pertanyaan Indah membuat dia terdiam cukup lama."Kenapa aku tidak bisa mempercayain keluarga aku sendiri? Apa mungkin kalo seoramg istri akan mengkhianati suaminya sendiri apa lagi semua ini untuk kebaikan keluarganya sendiri?" Alih-alih menjawab pertanyaan dari Indah, Rudi malah bertanya balik pada Indah."Apa yang tidak mungkin di dunia ini? Berapa banyak sorang istri atau suami yang mengkhianati pasangannya demi orang lain," jawab Indah."Aku percaya kamu tak akan melakukan itu," jawab Rudi yang masih meragukan Indah.Mendengar apa yang dikatakan Rudi, Indah hanya terdiam dan langsung kembali fokus dengan lukisanya. Nia turun dari duduknya, langsung naik ke pangkuan Indah langsung mencium pipinya kanan dan kirinya Indah."Mimi cantik ..., Nia mau cantik kaya Mimi" ucap Nia.Indah tersenyum saat mendengar kata Nia yang bisa buat
Setelah beberapa jam, Indah merasakan kelelahan saat mengerjakan kerjaannya. Indah bangun dari duduknya. Langsung menuju kamar istirahat yang dikatakan Rudi yang berada di balik lemari buku. Setelah Indah masuk dia membaringkan tubuhnya di kasur yang ada di dalam kamar istirahat itu. Setelah beberapa menit Indah langsung tertidur.Rudi balik ke perusahan setelah selesaikan rapat di luar perusahan. Saat dia masuk ke kantor, Rudi terkejut saat mengetahui Indah tidak ada dalam kantor. Rudi langsung bertanya pada sekertarisnya pergi kemana Istrinya."Fara, kamu tau istri saya kemana?" Tanya Rudi setelah Fara memasuki kantornya."Saya tidak tahu, pak. Mungkin Ibu Indah keluar saat saya pergi makan siang, Pak, jadi saya tidak tau kalo Ibu Indah pergi kemana. Atau Ibu Indah keluar mencari makan, pak." Jawab Fara yang tidak mengetahui Indah pergi kemana."Kamu tidak membelikan makan siang untuk istri saya?" Tanya Rudi dengan sedikit marah.Fara terkejut saat Rudi memarahin dia. Fara baru inga
"Ternyata Mas Rudi jauh lebih ganteng jika tersenyum begitu," ucap Indah.Ucapan gadis itu membuat senyum Rudi langsung hilang. Indah menutup mulutnya menyadari ucapannya. Indah tadi spontan mengucapkan kata-kata barusan.Setelah melihat perubahan mimik wajah Rudi, Indah langsung menunduk dan melanjutkan makan buah yang ada di hadapannya. Indah tak berani memandang Rudi lagi. Takut Rudi marah mendengar ucapannya tadi.Setelah selesai makan, Indah langsung masuk ke kamar mandi. Indah langsung menepuk dahinya memikirkan apa yang dia katakan tadi.Setelah makan, gadis itu masuk ke kamar mandi. Dia memukul dahinya."Apa si yang kamu pikirkan, Indah? Dia bukan Dikcy yang bisa kamu ajak bercanda sesuka kamu. Jadi jangan sok akrap kamu sama dia." Guman Indah pada dirinya sendiri mengetahui kesalahanya.Setelah menggosok gigi dan membasuh wajahnya, Indah lalu keluar dari kamar mandi. Dia ingin mengambil tasnya."Mas, aku mau anu ...," ucap Indah gugup. Tas dia berada di kursi yang Rudi duduki
Sudah beberapa hari Indah membantu Rudi di perusahan untuk mengaudit keuangan di perusahan, Indah udah mendapatkan beberapa kesalahan yang emang di sengaja di laporan keuangan perusahan.Pada hari ini Indah dan Rudi menganalisi bersama untuk mengetahui siapa pengkhianat yang ada di perusahan. Saat Fara mengantarkan air minum, dia sangat penasaran kenapa seluruh data keuangan perusahaan diperiksa oleh suaminya Rudi."Silakan minumannya, Pak. Ada kesalahan dengan laporan keuangan sehingga Bapak dan Ibu memeriksa kembali laporan keuangan, Kalo saya boleh tau. Soalnya bagian keuangan bertanya sama saya, kenapa minta data keuangan beberapa hari lalu, kata mereka padahal semuanya sudah bapak setujuin semua," ucap Fara dengan rasa ingin tahunya."Saya hanya mau melihat kembali dengan istri saya. Apa ada yang keberatan atau melarang saya memeriksa kembali bersama istri saya?" Tanya Rudi penuh penekanan."Maaf, Pak. Saya hanya ingin bertanya saja. Soalnya tidak biasanya Bapak mengulang kembali
Rudi masuk ke kamarnya diikuti Indah. Pertama kali memasuki ruangan itu, dia langsung disuguhi pemandangan foto Mita di dinding dengan ukuran sangat besar. Indah menarik napas berat. Padahal Indah dan Dicky sepakat untuk mengakhiri hubungan mereka karena dia menghargai pernikahan dan juga menghormati Rudi sebagai suami.Dicky juga telah merelakan dan mengikhlaskan dirinya. Namun, jika Indah merasa tak bahagia dengan suami Rudi, pria itu bersedia menerima Indah kembali."Bukannya dia cemburu dengan Almarhum kakaknya yang merupakan mantan istri Rudi. Namun, apa salah jika Rudi menghargai sedikit saja kehadirannya sebagai seorang istri. Jika pria itu bisa membentengi dirinya, kenapa dia tidak," pikir Indah dalam hati.Indah langsung masuk ke kamar dan membersihkan dirinya. Melihat Indah yang masuk ke kamar mandi, pria itu keluar dulu, dia menuju ruang kerjanya. Ada yang ingin dia kerjakan.Indah tanpa bertanya dan menunggu Rudi memyuruhnya, dia langsung membaringkan diri di sofa. Sebelu
Setelah Indah selesai mandi dia tidak melihat Rudi di dalam kamar. Indah yang menyadari bahwa Rudi tidak ada di dalam kamar dia tersenyum dan menepuk jidatnya."Apa si yang kamu lakukan tadi, Indah? Entah apa yang dipikirkan pria itu, setelah kejadian tadi?" tanya Ghendis pada dirinya sendiri.Setelah selesai berpakaian, Indah lalu berjalan keluar dari kamar menuju ruang keluarga. Tak terlihat satu orang pun di sana. Indah langsung ke ruang makan. Terlihat Rudi yang sedang memangku Nia. Wajah Indah tiba-tiba memerah menahan malu teringat apa yang dia lakukan tadi."Mimi ...," panggil Nia yang begitu melihat kehadiran Indah. Dengan senyum manisnya gadis itu menghampirinya. Mengecup kedua pipinya. Pandangan Indah dan Rudi bertemu kembali."Sayangnya Mimi wangi dan cantik banget. Pasti sudah mandi," ucap Indah untuk menghilangkan kegugupan di hadapan Rudi."Iya, Mi. Papi juga wangi bangat. Coba deh Mimi cium," ucap Nia dengan polosnya. Memdengar kata Nia, Indah langsung memandangi wajah
Hujan yang turun bersamaan dengan air mata Indah yang turun, untung hujan turus bisa menghapus air mata Indah yang menbasahi pipi dan air mata Indah bercampur dengan air hujan.Hujan sangat deras di langit dan awan di langit menutupi semuanya seperti kelabunya hati Indah saat itu. Hujan saat itu sangat deras. Indah tak perduli jika air hujan membasahi badannya. Indah terus memperbaiki taman yang Nia rusak tadi.Seperti langit yang gelap serta mendung, begitulah hati Indah pun terasa gelap. Dia teringat pada kenangan indah yang pernah ia bagikan dengan orang yang ia cintai. Namun kini, mereka telah berpisah. Dia ingin kembali bersama Dicky. Hanya Dicky yang bisa mengerti dirinya.Indah mengernyitkan dahi, mencoba menahan air mata yang ingin pecah. Dia merasakan titik-titik hujan yang jatuh seakan-akan menyentuh hati yang patah. Setiap tetes hujan yang turun membasahi tubuhnya, mengingatkannya pada kesedihan yang menghantui pikirannya.Indah terlihat rapuh dan lemah, ia ingin meluapkan
Rudi menurunkan Nia ke bangku. Dia lalu mencoba mencari Indah walaupun masih hujan, berharap jika gadis itu masih berada di taman. Dia mencari dengan berlari ke sana ke sini, tapi keberadaan istrinya tak juga ditemukan. Akhirnya dia memutuskan untuk melihat CCTV saja.Rudi yang kehujanan mendekati Nia. Menggendongnya dan membawa masuk untuk memeriksa CCTV."Papi, mana Mimi?" tanya Nia, mengulangi pertanyaannya tadi."Mimi pergi sebentar," jawab Rudi supaya Nia tidak menangisNia yang mendengar kalo Miminya pergii, Nia langsung menangis berteriak. Membuat Rudi tambah Pusing."Ikut Mimi ...," teriak Nia makin kencang."Papi jemput Mimi besok, sekarang sudah malam. Nia tidur dulu." Jawab Rudi, supaya Nia mau terdiam.Tapi Nia masih terus menangis hingga dia kelelahan dan tertidur. Setelah itu barulah Rudi kembali ke kamarnya. Dia membuka laptopnya dan memeriksa CCTV. Dilihatnya dari kejadian sore.Rudi melihat dengan jelas saat Nia mencabut bunga dan menyerahkan pada Indah. Dia juga dap
Rudi yang mendengar Ibu Rahma membentak Indah tentu saja tidak terima dengan ucapan sang mertua. Dia lalu mendekati istrinya dan memeluk bahunya."Jangan membentak istriku, Bu! Apa yang dia katakan benar. Apa Ibu ingin menjadi pusat perhatian karena suara Ibu yang besar dan tinggi itu?" tanya Rudi dengan suara yang penuh penekanan.Jack tersenyum melihat kedua orang itu bertengkar. Dia memang menginginkan satu keluarga itu menjadi pecah belah.Ibu Rahma terdiam saat mendengar suara Rudi yang memarahinya. Dia tampak sangat kesal."Sebaiknya kita pulang, di sini hanya buat keributan," ujar Rudi lagi."Nenek jahat. Marahi Mimi," ucap Nia.Ibu Rahma yang mendengar itu jadi berubah wajahnya. Dia selalu saja dikatakan jahat oleh Nia jika marah dengan Indah. Padahal siapa pun ayah biologisnya, bocah itu keturunannya. Anak kandung Mita.Dari kecil dia lebih nurut dan manut apa yang Indah katakan. Dengan Ibu Rahma dia sedikit takut. Kalo Nia sampai membencinya. Ibu Rahma tidak mau kalo cucunya
"Apa kabar Ibu Rahma, sudah cukup lama kita tak bertemu. Ibu masih sama seperti saat terakhir kita jumpa. Masih tetap cantik," ucap Jack.Ibu Rahma hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Jack. Wajahnya terlihat tak suka atas sapaan pria itu. Dia juga terlihat gelisah.Hal itu tak luput dari perhatian Rudi. Dia jadi tersenyum miris dengan mertuanya itu. Tadi di rumah seolah dia tak mengenalnya, tapi kenyataannya mereka sudah akrab."Sepertinya kamu sangat mengenal mertuaku?" tanya Rudi. Pertanyaan pria itu membuat Ibu Rahma sedikit kikuk. Dia seperti tak nyaman. Jack tersenyum menanggapi pertanyaan Rudi. Dia makin mendekati Ibu Rahma. Dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.Tapi tangannya tidak disambut wanita itu, sehingga pria itu menarik kembali tangannya."Aku lebih mengenal siapa Ibu Rahma dari kamu. Kami sudah saling kenal lebih kurang delapan tahun yang lalu. Sebelum kamu mengenal Mita, aku sudah mengenal dia dan ibu mertuamu ini, juga Indah yang manis," ucap Jack.Indah
"Apakah ini putriku ...?" tanya pria itu, yang tak lain adalah Jack. Dia tersenyum pada Nia dan Indah.Indah menengadahkan kepalanya dan terkejut melihat siapa yang menyapanya. Dia langsung memeluk Nia dan menggendong bocah itu. Berjalan meninggalkan Jack.Jack lalu memegang dengan memegang tangan Indah. Wanita lalu berusaha melepaskan."Apa maumu ...?" tanya Indah dengan suara gemetar."Aku hanya ingin melihat dan berkenalan dengan putriku!" ucap Jack dengan tersenyum."Dia putriku, bukan putrimu!" balas Indah."Jika dia putrimu juga, berarti kita berjodoh," ujar Jack masih dengan senyuman."Mimi, Om itu siapa?" tanya Nia.Indah terdiam saat mendengar pertanyaan Nia. Dia tampak berpikir mencari jawaban yang tepat. Belum sempat dia menjawab, Rudi telah berucap terlebih dahulu."Bukan siapa-siapa, Nia," jawab Rudi. Dia lalu mengambil putrinya dari gendongan Indah.Jack tersenyum menanggapi ucapan Rudi. Indah lalu memeluk lengan suaminya. Tak mau pria itu terbawa emosi lagi."Mas, janga
Indah masih tertidur. Subuh tadi kembali sang suami meminta jatahnya. Setelah mandi, dia kembali memejamkan matanya. Mungkin kelelahan dan Rudi-pun tak tega mengganggu.Rudi berdiri dekat jendela kamar. Memandangi jalanan dari lantai atas ini. Mata pria itu menerawang entah kemana. Terlihat banyak sekali yang sedang dia pikirkan."Mita, hingga detik ini rasanya aku tak percaya, kau tega mengkhianati aku. Dan pengkhianat yang kau lakukan di luar batas. Jika kau memang tak mencintaiku, seharusnya kau jujur. Walau itu sangat menyakitkan tapi mungkin tak sesakit yang kini aku rasakan," ucap Rudi dalam hatinya.Setengah jam lagi mama dan Nia sampai. Rudi tak tahu harus bersikap bagaimana dengan bocah itu. Memang dia lahir dalam pernikahan mereka, tapi tidak menutup kemungkinan jika anak itu bukan darah dagingnya. Bisa saja anak dari Jack. Rudi menarik rambutnya frustasi. Dia sudah sangat menyayangi putrinya itu. Indah juga memohon padanya, darah dagingnya atau pun bukan, dia mau Nia tetap
Indah langsung meraih ponsel Rudi. Dia menyimpan ke dalam tas. Wanita itu yakin video yang dikirim Jack pasti sesuatu yang tidak baik."Kenapa kamu simpan ponselku?" tanya Rudi."Sebaiknya kita lihat di kamar saja nanti, Mas. Sekarang makan dulu. Perutku lapar. Apa Mas mau asam lambungku kambuh?" tanya Indah.Indah sengaja mengatakan asam lambungnya agar suaminya kuatir dan tak jadi meminta ponselnya. Terbukti Rudi langsung panik."Kamu tak pernah mengatakan jika memiliki riwayat penyakit asam lambung," ucap Rudi.Rudi lalu meminta Indah duduk. Pesanan mereka kebetulan telah siap dihidangkan. Dia lalu mengambil nasi dan langsung menyuapi istrinya.Air mata Indah tanpa sadar jatuh. Dia tak menyangka jika Rudi sekuatir ini mendengar dia memiliki satu penyakit. "Lain kali, kamu jangan pernah telat makan," omel Rudi sambil terus menyuapi istrinya."Kamu juga harus makan, Mas. Aku tak mau kamu sakit lagi. Badanmu juga masih sedikit panas," balas Indah.Rudi tersenyum dan mengacak rambut i
Setelah mandi, Rudi mengajak istrinya Indah untuk makan malam yang romantis di restoran hotel itu. Rudi pamit keluar sebentar, entah apa yang mau dia lakukan.Indah mencari gaun yang dia bawa di dalam tas kopernya. Beruntung ada satu dress merah selutut dengan model ikat di bahu. Entah kenapa dia kemarin teringat membawa satu baju gaun.Setelah memakai bajunya, Indah merias wajahnya dengan sapuan make up yang tipis dan natural. Dia lalu mematut dirinya di cermin. Walau dia tidak se modis Mita, dia sebagai istri juga ingin tampil cantik."Apakah baju ini pantas untuk dipakai pergi makan malam?" tanya Indah dalam hatinya. Dia merasa kurang percaya diri.Ketika dia sedang memutar tubuhnya, mematut penampilannya, Rudi muncul. Wajah pria itu tampak tegang. Rahangnya mengeras. Memandangi Indah tanpa kedip. Tentu saja hal itu membuat istrinya heran dan terkejut. Dia takut melihat wajah sangar sang suami."Siapa yang suruh kamu pakai baju seperti itu?" tanya Rudi."Maaf, Mas. Jelek ya. Aku ta
Rudi langsung menuju kamar dan membaringkan tubuhnya. Pikirannya benar-benar kacau setelah melihat langsung pria selingkuhan istrinya Mita.Dalam hatinya Rudi masih berharap jika semua yang orang suruhannya lapor itu salah. Dia juga sangat berharap jika Nia adalah putri kandungnya. Tapi kenyataannya, Mita memang mengkhianati dirinya hingga sejauh ini. Selama ini dia telah ditipu.Indah naik ke atas tempat tidur. Dia mengerti pasti saat ini Rudi sangat terluka dan hancur. Wanita itu memeluk tubuh suaminya sebagai penguat, dia berharap suaminya itu bisa tenang dengan dia memeluk suaminya itu.Rudi membalikkan tubuhnya menghadap sang istri. Dia lalu membalas pelukan Indah dan menenggelamkan kepalanya di dada wanita itu. Dapat dirasakan jika air mata pria itu jatuh membasahi bajunya."Aku suami yang jahat ya? Kenapa Mita tega mengkhianati aku sejauh itu? Aku berharap jika dia hanya sekedar selingkuh dan tidak sampai berhubungan badan," ucap Rudi."Mas, semua sudah jalannya. Kita tak tahu
"Saya hanya ingin tahu kabar mengenai anak saya. Saya mendengar Mita melahirkan dia dengan selamat, hanya nyawa dia sendiri yang tak tertolong," ucap Jack.Tangan Indah gemetar mendengar ucapan pria yang mengaku bernama Jack itu. Walau dia telah mengetahui dari Rudi jika Mita berselingkuh saat masih bersama Rudi, tapi dia masih berharap semua itu tidak benar. Apa lagi mengenai Nia. Dia tak mau di ambil orang lain."Maksud Anda apa...?" tanya Indah dengan suara gemetar.Jack memasukan kedua tangannya di saku celana. Menatap Indah dengan tersenyum. Matanya tak berkedip memandangi wanita itu. Merasa di perhatian begitu, wanita itu menunduk, dia tidak suka dengan tatapan pria itu."Aku ayah anak dari Mita, apakah kata-kataku ini juga tidak kamu pahami, Indah!" ucap Jack dengan penuh penekanan. "Kaka mita memiliki suami, tentu saja ayah Nia adakah Mas Rudi yang merupakan suaminya saat itu. Bagaimana kamu bisa mengaku ayahnya?" tanya Indah, dia masih tidak ingin mempercayai pria itu."Aku
Indah menangis sambil terus memukul dada suaminya, tapi Rudi tak juga melepaskan pelukannya. Capek memukul dada pria itu akhirnya sang istri hanya menangis di dada bidang suaminya.Rudi menarik tubuh istrinya dengan pelan agar duduk di ranjang. Indah masih menangis, suaminya lalu memeluknya. Berharap kalo istrinya bisa tenang."Menangislah sepuasnya, setelah itu jangan ada lagi air mata itu," ucap Rudi.Indah masih terus menangis dalam pelukan suaminya hingga baju Rudi basah. Setengah jam mengeluarkan air matanya, akhirnya tangisan itu berhenti.Rudi menghapus sisa air mata itu dan mengecup mata Indah. Dia lalu tersenyum dengan istrinya itu."Jangan menangis lagi. Kamu tambah cantik kalau menangis, aku takut banyak yang suka nantinya," ucap Rudi bercanda agar sang istri tersenyum.Indah menatap suaminya. Matanya tertuju pada baju Rudi yang basah karena air matanya. Dia memegang dada pria itu."Kenapa ...? Ada ingusnya ya?" tanya Rudi.Mendengar pertanyaan sang suami, Indah mencubit le