Setelah Indah selesai mandi dia tidak melihat Rudi di dalam kamar. Indah yang menyadari bahwa Rudi tidak ada di dalam kamar dia tersenyum dan menepuk jidatnya."Apa si yang kamu lakukan tadi, Indah? Entah apa yang dipikirkan pria itu, setelah kejadian tadi?" tanya Ghendis pada dirinya sendiri.Setelah selesai berpakaian, Indah lalu berjalan keluar dari kamar menuju ruang keluarga. Tak terlihat satu orang pun di sana. Indah langsung ke ruang makan. Terlihat Rudi yang sedang memangku Nia. Wajah Indah tiba-tiba memerah menahan malu teringat apa yang dia lakukan tadi."Mimi ...," panggil Nia yang begitu melihat kehadiran Indah. Dengan senyum manisnya gadis itu menghampirinya. Mengecup kedua pipinya. Pandangan Indah dan Rudi bertemu kembali."Sayangnya Mimi wangi dan cantik banget. Pasti sudah mandi," ucap Indah untuk menghilangkan kegugupan di hadapan Rudi."Iya, Mi. Papi juga wangi bangat. Coba deh Mimi cium," ucap Nia dengan polosnya. Memdengar kata Nia, Indah langsung memandangi wajah
Hujan yang turun bersamaan dengan air mata Indah yang turun, untung hujan turus bisa menghapus air mata Indah yang menbasahi pipi dan air mata Indah bercampur dengan air hujan.Hujan sangat deras di langit dan awan di langit menutupi semuanya seperti kelabunya hati Indah saat itu. Hujan saat itu sangat deras. Indah tak perduli jika air hujan membasahi badannya. Indah terus memperbaiki taman yang Nia rusak tadi.Seperti langit yang gelap serta mendung, begitulah hati Indah pun terasa gelap. Dia teringat pada kenangan indah yang pernah ia bagikan dengan orang yang ia cintai. Namun kini, mereka telah berpisah. Dia ingin kembali bersama Dicky. Hanya Dicky yang bisa mengerti dirinya.Indah mengernyitkan dahi, mencoba menahan air mata yang ingin pecah. Dia merasakan titik-titik hujan yang jatuh seakan-akan menyentuh hati yang patah. Setiap tetes hujan yang turun membasahi tubuhnya, mengingatkannya pada kesedihan yang menghantui pikirannya.Indah terlihat rapuh dan lemah, ia ingin meluapkan
Rudi menurunkan Nia ke bangku. Dia lalu mencoba mencari Indah walaupun masih hujan, berharap jika gadis itu masih berada di taman. Dia mencari dengan berlari ke sana ke sini, tapi keberadaan istrinya tak juga ditemukan. Akhirnya dia memutuskan untuk melihat CCTV saja.Rudi yang kehujanan mendekati Nia. Menggendongnya dan membawa masuk untuk memeriksa CCTV."Papi, mana Mimi?" tanya Nia, mengulangi pertanyaannya tadi."Mimi pergi sebentar," jawab Rudi supaya Nia tidak menangisNia yang mendengar kalo Miminya pergii, Nia langsung menangis berteriak. Membuat Rudi tambah Pusing."Ikut Mimi ...," teriak Nia makin kencang."Papi jemput Mimi besok, sekarang sudah malam. Nia tidur dulu." Jawab Rudi, supaya Nia mau terdiam.Tapi Nia masih terus menangis hingga dia kelelahan dan tertidur. Setelah itu barulah Rudi kembali ke kamarnya. Dia membuka laptopnya dan memeriksa CCTV. Dilihatnya dari kejadian sore.Rudi melihat dengan jelas saat Nia mencabut bunga dan menyerahkan pada Indah. Dia juga dap
Pengguna jalan raya tampak panik saat sebuah mobil tiba-tiba kehilangan kendali. Ban yang terlalu licin tak mampu menahan laju kendaraan yang semakin tak terkendali saat ada mobil yang datang dari berlawanan arah juga dengan kecepatan tinggi. Dicky mendadak mengijak rem sampe penuh, tetapi sayangnya mobil tidak bisa langsung berhenti, semua itu terlambat dan akibatnya tabrakan tidak bisa di hindari lagi.Dalam sekejap mata, mobil itu meluncur tanpa kendali melewati jalur yang seharusnya bukan jalurnya, berputar-putar seperti tarian yang tidak terencana. Sangat cepat, ia melintasi jalan di seberangnya, benar-benar dicari oleh maut.Beruntung, kawanan mobil lain dengan reflek yang luar biasa menghindari tabrakan yang tak terelakkan tersebut. Seketika itu pula, desingan terdengar saat mobil hitam itu menabrak pagar pembatas jalan dengan keras dan suaranya sangat keras. Bentuk depan mobil udah tidak berbentuk lagi.Debu dan pecahan kaca terbang memenuhi udara, menandakan kekacauan yang ba
Peluk jauh untuk setiap perempuan yang telah di sia-siakan. Perempuan yang harus di paksa untuk kuat padahal dirinya sangat rapuh. Untuk perempuan yang tulus tapi dipaksa harus mundur. Untuk perempuan yang rela merendahkan egonya atas semua yang dia inginkan demi orang lain, tapi akhirnya memilih menyerah karena tidak sanggup lagi dan untuk perempuan yang berusaha mencintai, tapi apa pun yang dia lakukan tak pernah dihargai. Mari kita rayakan setiap patahan menjadi kebahagiaan yang tak terduga. TERUSLAH MENJADI PEREMPUAN YANG BAIK MESKIPUN KAMU TIDAK PERNA DI PERLAKUKAN BAIK OLEH ORANG LAIN, SEMUA YANG KAMU RASAKAN ITU PASTI AKAN ADA HIKMATNYA.***"Aku minta maaf karena aku yang mengakibatkan ini ...," ucap Dicky dengan terbata karena menahan rasa sakit. Dia berusaha kuat untuk dapat bicara dengan Rudi."Maaf, karena aku menolong Indah untuk pergi menenangkan dirinya...." Dicky kembali mengatakan semua dengan terbata. Rudi yang mendengar kata-kata Dicky hanya diam, dia tidak tahu ha
Cuaca pada malam ini sangat begitu suram seperti di ruangan ICU. Hujan sangat deras dan petir yang menyambar yang mewarnai malam yang ini yang menambah mecekem di rumah sakit yang begitu sibuk. Di ruang ICU, tempat yang biasanya penuh dengan kehidupan dan harapan, tapi hari ini di penuho oleh kepanikan dan kegelisaan.Dokter yang menjaga malam ini merupakan, seorang dokter berusia empat puluh tahun dengan pengalaman yang luar biasa, Dokter berdiri di dekat ranjang Dicky. mantan kekasihnya Indah itu tampak terlentang lemah di atas ranjang rumah sakit. Meskipun penuh dengan peralatan medis canggih, suhu di ruangan itu terasa dingin dan hampa.Rudi yang penasaran dia mencoba melihat lewat jendela kaca ruang ICU itu. saat Rudi melihat, dia melihat dokter sangat sibuk untuk berusaha mengembalikan kesadaran Dicky. saat Rudi melihatnya ada rasa nyeri di dada Rudi saat melihat Dicky yang sedang di rawat oleh dokter..Dokter yang menangani Dicky segera memeriksa keadaan. Pernapasan pria itu ta
Tanpa terasa telah satu minggu Dicky dikuburkan, tapi keadaan Indah tidak ada tanda menujukan akan ada kemajuan yang mendakan Indah akan sadar dari komanya. Mama Reni akhirnya mengetahui semua yang terjadi dalam rumah tangga putranya dan Indah, walau tidak sepenuhnya. Yang dia tahu, malam itu menantunya pergi dari rumah setelah Rudi memarahinya. Mama Reni memarahi dan menasehati anaknya hingga panjang lebar.Saat ini keduanya sedang mencari jalan terbaik untuk kesembuhan Indah. Telah dua minggu dia berada di ruang ICU, tapi belum ada tanda-tanda jika kesadarannya akan membaik. Seolah olah ini adalah zona nyaman dengan hanya menutup matanya dan tidak bangun-bangun."Ma, apakah kita perlu membawa Nia ke rumah sakit untuk bertemu Indah supaya bisa cepat sadar? Dokter mengatakan orang yang dalam keadaan koma, tetap dapat mendengar suara jika sarafnya masih bekerja dengan baik dan akan membantu orang koma membuka matanya. Suara orang yang paling dekat dan sering dia dengar, dapat memulihk
Indah sedang dilakukan pemeriksaan oleh dokter yang bertugas. Sedangkan Nia langsung dibawa pulang oleh Ibunya Rudi balik rumah. Nia sangat ingin menemani mami-nya dirumah sakit dan tidak mau pulang sampe Nia menangis tidak mau pulang."Kalau Mimi sudah bangun, Nia bisa datang lagi menjenguk Mimi," bujuk Rudi agar bocah itu mau pulang dan tidak menangis lagi."Kenapa Mimi boboknya lama bangat, pa?" tanya Nia dengan nada yang terbata karena menangis."Mimi sakit, Sayang," jawab Rudi."Papi jahat. Papi marahi Mimi. Mimi bobok takut papi marah," ucap Nia yang memarahin papi-nya.Mendengar ucapan cucunya, Mama Reni langsung memandangi wajah Rudi. Pria itu tak berani membalas tatapan ibunya. Dia hanya menunduk. Karena merasa bersalah sama Indah, dan malu sama mamanya."Papi jahat ...," ucap Nia kembali menangis."Maafkan Papi. Papi janji tak akan marah lagi dengan Mimi," ucap Rudi pelan masih dengan menunduk."Rudi, Mita itu telah tiada. Seharusnya kamu bisa move on. Hidup terus berjalan.
Rudi yang mendengar Ibu Rahma membentak Indah tentu saja tidak terima dengan ucapan sang mertua. Dia lalu mendekati istrinya dan memeluk bahunya."Jangan membentak istriku, Bu! Apa yang dia katakan benar. Apa Ibu ingin menjadi pusat perhatian karena suara Ibu yang besar dan tinggi itu?" tanya Rudi dengan suara yang penuh penekanan.Jack tersenyum melihat kedua orang itu bertengkar. Dia memang menginginkan satu keluarga itu menjadi pecah belah.Ibu Rahma terdiam saat mendengar suara Rudi yang memarahinya. Dia tampak sangat kesal."Sebaiknya kita pulang, di sini hanya buat keributan," ujar Rudi lagi."Nenek jahat. Marahi Mimi," ucap Nia.Ibu Rahma yang mendengar itu jadi berubah wajahnya. Dia selalu saja dikatakan jahat oleh Nia jika marah dengan Indah. Padahal siapa pun ayah biologisnya, bocah itu keturunannya. Anak kandung Mita.Dari kecil dia lebih nurut dan manut apa yang Indah katakan. Dengan Ibu Rahma dia sedikit takut. Kalo Nia sampai membencinya. Ibu Rahma tidak mau kalo cucunya
"Apa kabar Ibu Rahma, sudah cukup lama kita tak bertemu. Ibu masih sama seperti saat terakhir kita jumpa. Masih tetap cantik," ucap Jack.Ibu Rahma hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Jack. Wajahnya terlihat tak suka atas sapaan pria itu. Dia juga terlihat gelisah.Hal itu tak luput dari perhatian Rudi. Dia jadi tersenyum miris dengan mertuanya itu. Tadi di rumah seolah dia tak mengenalnya, tapi kenyataannya mereka sudah akrab."Sepertinya kamu sangat mengenal mertuaku?" tanya Rudi. Pertanyaan pria itu membuat Ibu Rahma sedikit kikuk. Dia seperti tak nyaman. Jack tersenyum menanggapi pertanyaan Rudi. Dia makin mendekati Ibu Rahma. Dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.Tapi tangannya tidak disambut wanita itu, sehingga pria itu menarik kembali tangannya."Aku lebih mengenal siapa Ibu Rahma dari kamu. Kami sudah saling kenal lebih kurang delapan tahun yang lalu. Sebelum kamu mengenal Mita, aku sudah mengenal dia dan ibu mertuamu ini, juga Indah yang manis," ucap Jack.Indah
"Apakah ini putriku ...?" tanya pria itu, yang tak lain adalah Jack. Dia tersenyum pada Nia dan Indah.Indah menengadahkan kepalanya dan terkejut melihat siapa yang menyapanya. Dia langsung memeluk Nia dan menggendong bocah itu. Berjalan meninggalkan Jack.Jack lalu memegang dengan memegang tangan Indah. Wanita lalu berusaha melepaskan."Apa maumu ...?" tanya Indah dengan suara gemetar."Aku hanya ingin melihat dan berkenalan dengan putriku!" ucap Jack dengan tersenyum."Dia putriku, bukan putrimu!" balas Indah."Jika dia putrimu juga, berarti kita berjodoh," ujar Jack masih dengan senyuman."Mimi, Om itu siapa?" tanya Nia.Indah terdiam saat mendengar pertanyaan Nia. Dia tampak berpikir mencari jawaban yang tepat. Belum sempat dia menjawab, Rudi telah berucap terlebih dahulu."Bukan siapa-siapa, Nia," jawab Rudi. Dia lalu mengambil putrinya dari gendongan Indah.Jack tersenyum menanggapi ucapan Rudi. Indah lalu memeluk lengan suaminya. Tak mau pria itu terbawa emosi lagi."Mas, janga
Indah masih tertidur. Subuh tadi kembali sang suami meminta jatahnya. Setelah mandi, dia kembali memejamkan matanya. Mungkin kelelahan dan Rudi-pun tak tega mengganggu.Rudi berdiri dekat jendela kamar. Memandangi jalanan dari lantai atas ini. Mata pria itu menerawang entah kemana. Terlihat banyak sekali yang sedang dia pikirkan."Mita, hingga detik ini rasanya aku tak percaya, kau tega mengkhianati aku. Dan pengkhianat yang kau lakukan di luar batas. Jika kau memang tak mencintaiku, seharusnya kau jujur. Walau itu sangat menyakitkan tapi mungkin tak sesakit yang kini aku rasakan," ucap Rudi dalam hatinya.Setengah jam lagi mama dan Nia sampai. Rudi tak tahu harus bersikap bagaimana dengan bocah itu. Memang dia lahir dalam pernikahan mereka, tapi tidak menutup kemungkinan jika anak itu bukan darah dagingnya. Bisa saja anak dari Jack. Rudi menarik rambutnya frustasi. Dia sudah sangat menyayangi putrinya itu. Indah juga memohon padanya, darah dagingnya atau pun bukan, dia mau Nia tetap
Indah langsung meraih ponsel Rudi. Dia menyimpan ke dalam tas. Wanita itu yakin video yang dikirim Jack pasti sesuatu yang tidak baik."Kenapa kamu simpan ponselku?" tanya Rudi."Sebaiknya kita lihat di kamar saja nanti, Mas. Sekarang makan dulu. Perutku lapar. Apa Mas mau asam lambungku kambuh?" tanya Indah.Indah sengaja mengatakan asam lambungnya agar suaminya kuatir dan tak jadi meminta ponselnya. Terbukti Rudi langsung panik."Kamu tak pernah mengatakan jika memiliki riwayat penyakit asam lambung," ucap Rudi.Rudi lalu meminta Indah duduk. Pesanan mereka kebetulan telah siap dihidangkan. Dia lalu mengambil nasi dan langsung menyuapi istrinya.Air mata Indah tanpa sadar jatuh. Dia tak menyangka jika Rudi sekuatir ini mendengar dia memiliki satu penyakit. "Lain kali, kamu jangan pernah telat makan," omel Rudi sambil terus menyuapi istrinya."Kamu juga harus makan, Mas. Aku tak mau kamu sakit lagi. Badanmu juga masih sedikit panas," balas Indah.Rudi tersenyum dan mengacak rambut i
Setelah mandi, Rudi mengajak istrinya Indah untuk makan malam yang romantis di restoran hotel itu. Rudi pamit keluar sebentar, entah apa yang mau dia lakukan.Indah mencari gaun yang dia bawa di dalam tas kopernya. Beruntung ada satu dress merah selutut dengan model ikat di bahu. Entah kenapa dia kemarin teringat membawa satu baju gaun.Setelah memakai bajunya, Indah merias wajahnya dengan sapuan make up yang tipis dan natural. Dia lalu mematut dirinya di cermin. Walau dia tidak se modis Mita, dia sebagai istri juga ingin tampil cantik."Apakah baju ini pantas untuk dipakai pergi makan malam?" tanya Indah dalam hatinya. Dia merasa kurang percaya diri.Ketika dia sedang memutar tubuhnya, mematut penampilannya, Rudi muncul. Wajah pria itu tampak tegang. Rahangnya mengeras. Memandangi Indah tanpa kedip. Tentu saja hal itu membuat istrinya heran dan terkejut. Dia takut melihat wajah sangar sang suami."Siapa yang suruh kamu pakai baju seperti itu?" tanya Rudi."Maaf, Mas. Jelek ya. Aku ta
Rudi langsung menuju kamar dan membaringkan tubuhnya. Pikirannya benar-benar kacau setelah melihat langsung pria selingkuhan istrinya Mita.Dalam hatinya Rudi masih berharap jika semua yang orang suruhannya lapor itu salah. Dia juga sangat berharap jika Nia adalah putri kandungnya. Tapi kenyataannya, Mita memang mengkhianati dirinya hingga sejauh ini. Selama ini dia telah ditipu.Indah naik ke atas tempat tidur. Dia mengerti pasti saat ini Rudi sangat terluka dan hancur. Wanita itu memeluk tubuh suaminya sebagai penguat, dia berharap suaminya itu bisa tenang dengan dia memeluk suaminya itu.Rudi membalikkan tubuhnya menghadap sang istri. Dia lalu membalas pelukan Indah dan menenggelamkan kepalanya di dada wanita itu. Dapat dirasakan jika air mata pria itu jatuh membasahi bajunya."Aku suami yang jahat ya? Kenapa Mita tega mengkhianati aku sejauh itu? Aku berharap jika dia hanya sekedar selingkuh dan tidak sampai berhubungan badan," ucap Rudi."Mas, semua sudah jalannya. Kita tak tahu
"Saya hanya ingin tahu kabar mengenai anak saya. Saya mendengar Mita melahirkan dia dengan selamat, hanya nyawa dia sendiri yang tak tertolong," ucap Jack.Tangan Indah gemetar mendengar ucapan pria yang mengaku bernama Jack itu. Walau dia telah mengetahui dari Rudi jika Mita berselingkuh saat masih bersama Rudi, tapi dia masih berharap semua itu tidak benar. Apa lagi mengenai Nia. Dia tak mau di ambil orang lain."Maksud Anda apa...?" tanya Indah dengan suara gemetar.Jack memasukan kedua tangannya di saku celana. Menatap Indah dengan tersenyum. Matanya tak berkedip memandangi wanita itu. Merasa di perhatian begitu, wanita itu menunduk, dia tidak suka dengan tatapan pria itu."Aku ayah anak dari Mita, apakah kata-kataku ini juga tidak kamu pahami, Indah!" ucap Jack dengan penuh penekanan. "Kaka mita memiliki suami, tentu saja ayah Nia adakah Mas Rudi yang merupakan suaminya saat itu. Bagaimana kamu bisa mengaku ayahnya?" tanya Indah, dia masih tidak ingin mempercayai pria itu."Aku
Indah menangis sambil terus memukul dada suaminya, tapi Rudi tak juga melepaskan pelukannya. Capek memukul dada pria itu akhirnya sang istri hanya menangis di dada bidang suaminya.Rudi menarik tubuh istrinya dengan pelan agar duduk di ranjang. Indah masih menangis, suaminya lalu memeluknya. Berharap kalo istrinya bisa tenang."Menangislah sepuasnya, setelah itu jangan ada lagi air mata itu," ucap Rudi.Indah masih terus menangis dalam pelukan suaminya hingga baju Rudi basah. Setengah jam mengeluarkan air matanya, akhirnya tangisan itu berhenti.Rudi menghapus sisa air mata itu dan mengecup mata Indah. Dia lalu tersenyum dengan istrinya itu."Jangan menangis lagi. Kamu tambah cantik kalau menangis, aku takut banyak yang suka nantinya," ucap Rudi bercanda agar sang istri tersenyum.Indah menatap suaminya. Matanya tertuju pada baju Rudi yang basah karena air matanya. Dia memegang dada pria itu."Kenapa ...? Ada ingusnya ya?" tanya Rudi.Mendengar pertanyaan sang suami, Indah mencubit le