Setelah baca, jangan lupa tinggalkan komentarnya yaa~
***"Halo, Dayana. Ayo kita makan siang."Dayana tersenyum manis. Baru sampai di ruang makan, hari ini dia akan menikmati makan siang bersama yang lain.Awalnya—seperti biasa, Zerga berniat untuk membawakan makan siang miliknya ke kamar. Namun, karena bosan, Dayana meminta untuk bergabung, dan Zerga mengizinkan dengan syarat; Dayana harus digendong ketika menuruni tangga."Halo, Tante," sapa Dayana. "Maaf ya, enggak bisa bantu-bantu. Udah lama tinggal di sini, bisaku cuman minta makan aja.""Kamu bicara apa sih?" tanya Athaya. "Masak kan ada bibi. Lagian kamu juga lagi hamil. Jadi mana boleh capek-capek.""Betul itu," ucap Roby, yang sudah duduk di kursinya seperti biasa. "Lagian kamu tuh tamu sekaligus calon keluarga. Jadi enggak usahlah capek-capek."Dayana menarik dua sudut bibirnya sebagai respon. Sampai di meja makan, dia duduk di kursi yang disiapkan Zerga.Dipimpin Roby, doa sebelum makan dibacakan, hingga ketika makan siang hampir dimulai, Dayana bertanya,"Eh iya, enggak nung
***"Semuanya enggak seperti yang Kakak pikirkan."Dayana memberi pernyataan, usai Zerga menurunkannya di lantai dua. Ketahuan berbohong, sepanjang makan siang perasaannya tidak enak karena Zerga banyak diam.Entah marah atau apa, Dayana tidak bisa membaca ekspresi Zerga. Namun, yang jelas setelah terpergok mengobrol dengan Ganesh, Dayana belum menjelaskan apa pun, karena Zerga langsung memintanya kembali ke ruang makan."Memangnya menurut kamu saya memikirkan apa?" Zerga balik bertanya."Tentang Ganesh," jawab Dayana—menatap Zerga dengan perasaan takut. "Aku sama dia enggak macam-macam, cuman tadi tuh aku takut Tante Aya sama Om Oby berpikiran aneh, makanya bohong. Aku juga takut Kakak enggak nyaman."Zerga tidak langsung menimpali—membuat Dayana kembali bicara."Kakak boleh marah sama aku, karena aku sadar aku salah," ucap Dayana. "Cuman aku harap, Kakak enggak menyangka yang enggak-enggak, karena tadi tuh Ganesh cuman nanyain dessert apa yang aku mau.""Maksudanya dessert?" tanya Z
***Ganesh sampai di rumah persis setelah Zerga pergi ke kantor. Tidak pulang dengan tangan kosong, dia membawa dua paper bag dengan isi; sekotak kue sus lalu ice cake pesanan Dayana.Tidak bertemu siapa pun di lantai satu, Ganesh bergegas menuju kamar Dayana. Menyimpan dulu barang bawaan di lantai, dia mendaratkan ketukan seraya memanggil."Dayana?"Tidak ada jawaban, suasana setelahnya hening. Kembali mendaratkan ketukan lalu memanggil Dayana, sahutan akhirnya terdengar sebelum akhirnya pintu terbuka."Ganesh," panggil Dayana sambil menggosok sebelah mata."Eh, kamu lagi tidur?""Iya, cuman belum terlalu nyenyak," ucap Dayana. "Ada apa?""Kue sus sama ice cake buat kamu," ucap Ganesh sambil memberikan dua buah paper bag yang dia bawa. "Biar enggak meleleh, kamu bisa potong ice cakenya terus ambil bagian yang mau dimakan. Sisanya simpan di kulkas karena ice creamnya enggak akan kuat lama di suhu ruang.""Oh, oke, makasih banyak," ucap Dayana, seraya mengambil dua paper bag pemberian
***"Tante Aya? Tante lagi sibuk enggak? Ada yang mau Dayana bicarakan."Dayana memanggil Athaya, usai sebelumnya mengetuk pintu. Tidak langsung kembali ke kamarnya usai mengantarkan jam tangan Ganesh, dia menemui dulu sang calon mertua untuk menyampaikan sebuah kekhawatiran."Sebentar, Dayana," sahut Athaya dari dalam kamar, lalu tidak berselang lama pintu terbuka."Tante," panggil Dayana."Ada apa?" tanya Athaya, dengan senyumannya."Om ada?""Om tidur siang," jawab Athaya. "Habis makan, ngantuk katanya.""Oh," ucap Dayana singkat."Kenapa memangnya?""Aku mau minta Tante temuin Ganesh," pinta Dayana—membuat Athaya mengernyit. "Tadi kan aku nitip kue ke dia, terus karena jam tangan Ganesh ada di paper bag kue, barusan aku anterin ke kamarnya. Nah, pas ambil jam tangan dari aku, pipi Ganesh basah, Tante. Dia kelihatan habis nangis, tapi enggak ngaku pas aku tanya. Tante kan ibunya, mungkin Gan
***"Aku mendadak khawatir, Mas."Di tengah perjalanan menuju rumah sakit, Athaya mengungkap kekhawatirannya. Tidak menolak ajakan Roby untuk menjenguk Bima, seperti biasa dia ikut. Namun, sebelumnya Athaya menyempatkan dulu bercerita tentang apa yang terjadi pada Ganesh dan Bima. Dia tidak mau suaminya salah paham, jika seandainya nanti sang mertua bercerita tentang pertengkaran dengan Ganesh."Khawatir kenapa?" tanya Roby."Papa manfaatin kondisinya yang sekarang buat bujuk Zerga supaya mau dijodohin sama Rillian," ucap Athaya. "Berkaca dari perdebatan beliau sama Ganesh, tekad Papa tuh kayanya kuat banget.""Mungkin bakalan seperti itu, tapi kamu tenang aja karena aku enggak akan biarin hal itu terjadi," ucap Roby. "Pekerjaan dan karir, Papa boleh atur anakku, tapi enggak dengan jodoh. Menikah bukan untuk sementara. Jadi sangat penting anak-anakku menikah dengan perempuan yang dia cinta.""Aku harap kamu bisa belain Zerga ataupun Ganesh," ucap Athaya. "Aku enggak mau anak-anakku t
*** "Yaaah, kempes. Mana aku enggak bisa ganti ban mobil lagi. Sial banget hari ini." Rillian merutuki nasibnya sendiri. Baru pulang dari kantor, perjalanannya terganggu setelah mobil yang dia kendarai mendadak tidak nyaman. Tidak ada kerusakan di bagian mesin, mobil Rillian mengalami kempes ban—membuat dia bingung. "Minta bantuan siapa ya?" tanya Rillian sambil mengedarkan pandangan. "Enggak ada orang yang aku kenal di sekitaran sini." Rillian masih mencari jalan keluar, hingga kedatangan sebuah mobil yang berhenti di belakang kendaraannya, membuat dia heran. Memandangi mobil tersebut, irama jantung Rillian mendadak tidak menentu, setelah sang pengemudi yang tidak lain adalah Zerga, keluar. "Zerga." "Aku enggak salah duga ternyata, beneran kamu," ucap Zerga, sambil melangkah mendekati Rillian. "Kenapa mobilnya? Ada masalah apa gimana?" "Eh, anu, itu ban mobilnya kempes," ucap Rillian, tiba-tiba gugup. Sama seperti dengan Ganesh, dia dan Zerga baru bertemu lagi setelah sekian
***"Dayana jadi pindah?"Zerga dan Dayana kompak menoleh. Di ambang pintu kamar, keduanya mendapati Athaya. Menjelang pindahan, sekitar setengah tujuh—sambil menunggu makan malam, Zerga mengajak Dayana untuk mengemas barang.Tidak akan berlama-lama, Dayana rencananya akan pindah besok, karena segala sesuatu terlebih itu apartemen, sudah selesai disiapkan."Ibu," panggil Zerga."Ibu pikir Dayana enggak akan jadi pindahnya," ucap Athaya, sambil melangkah. "Kan perjodohan diantara Zerga sama Rillian batal. Harusnya Opa enggak ganggu lagi setelah ini.""Aku tetap enggak tenang, Bu," jawab Zerga. "Opa kadang susah ditebak. Jadi cari aman, Dayana lebih baik di apartemen biar enggak ketemu sembarang orang.""Jauh deh sama Dayana," ucap Athaya, dengan raut wajah merajuk. "Padahal, belum lama juga di sini.""Maaf ya, Tante," ucap Dayana."Enggak usah minta maaf, Nak," ucap Athaya. "Kamu baik-baik ya di aparteme
***"Habis teleponan sama siapa tadi? Asyik banget kelihatannya."Roby bertanya sambil melirik Ganesh. Makan malam tiba, semuanya berkumpul untuk menyantap hidangan yang tersedia.Tanpa terkecuali, Dayana ikut hadir bersama Zerga, karena katanya sebelum pindah ke apartemen, perempuan itu ingin merasakan dulu makan malam bersama untuk yang terakhir kalinya."Rillian," jawab Ganesh, yang berhasil membuat semua orang mengernyit penasaran. "Dia ada keperluan, disuruh Kakaknya.""Lalisa?" tanya Athaya."Iya," jawab Ganesh. "Dia kan belum lama buka toko di online gitu. Nah, katanya pengen endorse aku buat promosiin beberapa produk kuenya. Cuman, ngehubungin manajer aku belum ada tanggapan. Jadi ke aku langsung karena butuh cepat.""Kenapa enggak ngehubungin sendiri?" tanya Zerga, ikut penasaran. "Harus banget Rillian gitu yang telepon kamu?""Kenapa emang kalau Rillian yang hubungin? Cemburu?" tanya Ganesh—membuat Zerga mendengkus, tanpa menimpali."Abang kamu penasaran mungkin, Gan. Soalny
*** Hari ini semuanya bahagia. Setelah Dayana resmi menjadi istri Ganesh, Rillian ikut mendapat kabar baik setelah tanpa diduga, Zerga tiba-tiba saja melamarnya. Pada Rillian, Zerga berkata jika dirinya sudah mantap untuk membangun hubungan serius bersama perrmpuan itu, sehingga sebelum Rilliian dilirik atau coba direbut pria lain, dengan segera dia mengikatnya. Tidak menjadi rahasia, kabar dilamarnya Rillian langsung sampai ke telinga semua orang sehingga kebahagiaan keluarga besar Roby dan Marcell menjadi dua kali lipat. "Makasih ya, Ga, udah ngelamar aku," ucap Rillian, yang siang ini menikmati semilir angin di rooftoop hotel. Sudah berganti baju, Rillian nampak cantik dengan gaun berwarna peach. Resepsi belum dimulai, dia dan Zerga memutuskan untuk bersantai setelah bersiap-siap, karena ketika pesta resepsi resmi digelar, keduanya mungkin akan sibuk. "Makasih juga karena udah bantu aku menyembuhkan hati," ucap Zerga. "Berkat kamu, aku bisa baik-baik aja kaya sekarang, dan aku
***"Saya terima nikah dan kawinnya Dayana Mezzalura binti Yuda Andriawan, dengan mas kawin seratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai!""Bagaimana saksi, sah?""Sah!""Sah!""Barakallah."Dipimpin penghulu yang pagi ini mendampingi Yuda untuk menikahkan Dayana dan Ganesh, doa dipanjatkan semua orang di dalam ballroom.Hari, minggu, bahkan bulan berganti, acara bahagia Dayana dan Ganesh akhirnya dilaksanakan di sebuah ballroom mewah hotel berbintang.Mengusung pesta dengan tema modern tanpa adat, Dayana tampil cantik dengan kebaya berwarna putih sementara Ganesh gagah dengan setelan jas.Dihadiri keluarga inti, akad nikah dilaksanakan pukul delapan pagi waktu setempat. Tidak langsung resepsi, acara akan dijeda setelah akad selama dua jam, sebelum kemudian dilanjutkan pukul sepuluh pagi.Tidak mengambil jam malam, resepsi sengaja digelar pukul sepuluh sampai tiga sore agar tidak mengganggu jam tidur baby Brian. Berusia dua bulan, bayi tersebut sangat menempel dengan Dayana sehingga k
***Mendengar kabar Rillian celaka, Zerga panik. Langsung pergi dari rumah perempuan itu, dia membawa mobilnya menuju rumah sakit.Mengemudi dengan kecepatan tinggi, Zerga ingin segera sampai untuk memastikan kondisi Rillian. Jika terjadi sesuatu pada perempuan itu, dia tidak akan memaafkan diri sendiri karena Rillian jatuh saat hendak turun untuk menunggu dirinya di lantai bawah.Entah bagaimana kronologi sampai Rillian bisa jatuh di tangga, satpam tidak melihat. Namun, katanya besar dugaan perempuan itu tersandung kaki sendiri."Rillian ...," gumam Zerga di sela kegiatannya mengemudikan mobil. "Semoga enggak ada hal serius, karena kalau sesuatu menimpa dia, aku enggak akan bisa maafin diriku sendiri."Zerga terus merafalkan doa sepanjang perjalanan. Sampai di rumah sakit, dia memarkirkan mobilnya secara asal sebelum kemudian berlari menuju IGD."Zerga," panggil Marcell yang barusaja keluar dari ruang penanganan. "Kamu ke sini karena dikasih tahu satpam ya?""Iya, Om. Mana Rilli?" ta
***"Kebahagiaan mereka lengkap."Zerga tersenyum tipis, sementara layar ponselnya menunjukan sebuah foto dari orang terdekatnya, yaitu; Ganesh dan Dayana.Di akun sosial medianya, Dayana mengunggah foto di depan sebuah mobil bersama Ganesh. Bukan mobil lama, yang difoto adalah mobil baru pemberian Ganesh untuk Dayana.Di caption, Dayana mengucapkan banyak terima kasih untuk Ganesh—membuat hati Zerga sedikit tergores. Meskipun sudah mengikhlaskan Dayana untuk Ganesh, hati kecil Zerga masih sering tersentil melihat kemesraan keduanya, karena jika tidak ada insiden, seharusnya dialah yang kini sedang menikmati kebersamaan dengan ibu kandung baby Brian tersebut."Semoga bahagia selalu, Dayana," ucap Zerga. "Kamu bahagia, saya ikut bahagia."Tidak mau terus terbawa suasana, Zerga hendak menyimpan ponselnya di meja nakas. Namun, sebuah dering yang tiba-tiba saja terdengar membuatnya batal melakukan hal tersebut.Mendapat panggilan dari Rillian, Zerga menjawab, "Halo, Ri.""Udah di rumah, G
***Dua minggu menetap di inkubator, bayi mungil Dayana dan Ganesh akhirnya bisa dibawa pulang. Tidak dijemput oleh banyak orang, yang datang ke rumah sakit hanyalah Dayana dan Ganesh selaku orang tua Baby Brian.Bukan tidak ada yang mengantar, Athaya mau pun Roby sempat menawari ikut ke rumah sakit. Namun, karena merasa sanggup untuk membawa putra mereka berdua saja, para orang tua patuh untuk menunggu."Udah beres, Gan, administrasinya?" tanya Dayana, ketika Ganesh masuk ke dalam mobil."Udah," jawab Ganesh. "Sekarang kita tinggal pulang.""Oke deh.""Si ganteng tidur?" tanya Ganesh, sambil memandang sang putra yang kini berada di pangkuan Dayana."Tidur," ucap Dayana. "Barusan kan sempat rewel gitu, terus aku coba susuin. Eh, dia enggak bingung puting. Jadi keterusan sampai akhirnya tidur. Senang banget aku bisa nyusuin Brian secara langsung."Ganesh tersenyum. "Aku ikut senang dengarnya," ucapnya. "Sekarang mau langsung pulang apa ke mana dulu? Barangkali ada yang mau kamu beli."
***Adiasta Ganesh resmi menjadi seorang ayah.Meskipun diawali tragedi, gelar tersebut berhasil dia sandang. Tanpa duka, Ganesh dan keluarga bisa sepenuhnya bahagia karena meskipun sempat mengalami penurunan kondisi, Dayana bisa bertahan.Dari ruang operasi, bayi laki-laki Dayana yang memiliki berat dua kilogram, dipindahkan ke ruang NICU untuk menjalani perawatan di sana, sementara Dayana? Perempuan itu dibawa menuju kamar rawat presiden suit.Keluar dengan kondisi yang tidak sadar, Dayana menyisakan rasa cemas di hati Ganesh, sampai akhirnya sekitar pukul lima sore, perempuan itu membuka mata."Ganesh ...."Dengan suara pelan, Dayana memanggil Ganesh yang terlelap persis di sampingnya. Tidak ada siapa pun, di kamar rawat hanya ada keduanya setelah beberapa waktu lalu Athaya dan Roby pamit untuk mengambil baju ganti di apartemen.Zerga? Pria itu juga pergi karena sebuah urusan, sehingga yang menjaga Dayana hanyalah Ganesh."Day, akhirnya kamu bangun," ucap Ganesh, dengan kondisi set
***Hari libur Ganesh yang semula tenang, seketika diselimuti kepanikan setelah kabar jatuhnya Dayana, disampaikan Mbak yang selama ini menemani perempuan itu.Lekas ke apartemen, Ganesh mendapati Dayana yang tengah merintih kesakitan, sementara cairan berwarna merah membasahi baju yang perempuan itu pakai.Berusaha tenang meskipun panik, Ganesh membawa Dayana ke rumah sakit terdekat. Mendapat penanganan di IGD, kini Dayana masih berada di dalam, sementara Ganesh menunggu dengan perasaan gelisah."Ya Tuhan, lindungi Dayana dan anakku," ucap Ganesh, penuh permohonan. "Aku tahu, aku bukan orang baik, tapi tolong selamatkan mereka karena aku akan hancur jika terjadi sesuatu pada Dayana mau pun anaknya."Tidak bersama Mbak, Ganesh sendirian di depan IGD. Belum mengabari siapa pun, dia berniat untuk menunggu dulu sampai tahu kondisi Dayana mau pun bayi yang dikandungnya."Keluarga pasien, atas nama Dayana?"Pintu IGD terbuka, Ganesh dengan segera beranjak. "Saya, Dokter," ucapnya. "Saya su
*** Jika kebanyakan ibu hamil mengalami ngidam di trimester pertama kehamilan, maka Dayana berbeda. Lebih banyak tertekan ketika usia kandungannya masih di kisaran satu sampai dua bulan, perempuan itu sering ngidam di trimester ketiga kandungannya. Jika beberapa hari lalu dia mengidam nasi goreng yang dimasak oleh Bima, maka weekend ini keinginan Dayana berbeda lagi. "Bilang jangan ya ke Ganesh?" tanya Dayana, yang masih berbaring di tempat tidur, karena memang jarum jam pun baru sampai di angka tujuh pagi. "Kalau bilang, takut dia enggak ngabulin, tapi kalau enggak bilang, takut juga bayi aku ngeces. Bingung banget." Selama beberapa saat, Dayana sibuk menimang, hingga ketika keinginan di dalam hatinya semakin kuat, dia memberanikan diri untuk menghubungi kekasihnya itu. "Halo, Sayang, morning," sapa Ganesh hangat. "Ada apa?" "Kamu lagi apa?" tanya Dayana. "Aku masih di tempat tidur nih. Males banget mau bangun." "Enggak sakit, kan?" tanya Ganesh. "Aku kebetulan baru sele
***Dua bulan berlalu, usia kandungan Dayana akhirnya sampai di minggu ke tiga puluh. Tidak ada kendala, kehamilan perempuan itu berjalan dengan lancar.Tidak ada masalah, kehidupan Dayana juga perlahan membaik. Selain bisa bersatu dengan Ganesh, hubungannya dengan Zerga berangsur membaik seiring berjalannya waktu."Ganesh mana ya? Janjinya jam setengah lima, tapi belum sampai juga," keluh Dayana, ketika sore ini dia menunggu Ganesh datang menjemput.Waktu pemeriksaan tiba, sore ini Dayana akan mengunjungi rumah sakit untuk check up. Tidak sendiri, dia selalu bersama Ganesh karena sebagai calon suami dan ayah yang baik, Ganesh katanya tidak mau melewatkan satu kali pun pemeriksaan Dayana."Duh, pegal."Bersandar dengan perut yang besar, Dayana dilanda pegal. Mengubah posisi menjadi sedikit menyamping, dia terus menunggu hingga setelah setengah jam terlambat, sosok yang ditunggu datang."Day," panggil Ganesh.Tidak perlu menekan bel, pria itu tahu password apartemen Dayana, sehingga s