***(Aku pulang, Bang, ada kerjaan. Meskipun enggak banyak, aku udah berusaha bantu abang sama Dayana. Semoga membuahkan hasil yang baik.)Zerga mengerutkan kening, sedikit bingung usai membaca pesan yang dikirim Ganesh padanya. Masih berada di kost yang disewa sang adik, Zerga baru selesai mandi."Ganesh bantu apa ya?" tanya Zerga pada dirinya sendiri. "Takut banget dia lakuin hal aneh."Tak mau hanyut dalam penasaran, Zerga berniat untuk menelepon Ganesh. Namun, panggilan dari Dayana yang lebih dulu masuk, membuat niatnya itu tertunda."Halo, Dayana," sapa Zerga, usai panggilan terhubung."Kakak lagi apa?" tanya Dayana."Saya kebetulan baru selesai mandi," jawab Zerga. "Kenapa? Mau cari sarapan?""Enggak, Kak, bukan.""Lalu?""Ibu barusan telepon, terus nyuruh aku sama Kak Zerga ke rumah," kata Dayana. "Katanya ada yang mau Bapak bicarain.""Apa ini ada kaitannya sama permintaan Bapak kamu kemarin?""Aku enggak tahu, Kak, tapi kemungkinan besarnya iya," kata Dayana. Terdengar tak te
***"Zerga."Athaya tersenyum tatkala nama sang putra sulung terpampang di layar ponsel. Lekas menyimpan majalah yang sedang dia baca, Athaya menjawab panggilan."Halo, Nak. Gimana?""Ibu lagi sibuk?" tanya Zerga dari telepon. "Ada sesuatu yang mau aku ceritain.""Ibu enggak sibuk, kamu mau ceritain apa?" tanya Athaya. "Apa tentang orang tuanya Dayana?"Tentang apa yang terjadi di Semarang, Athaya diberitahu oleh Zerga. Namun, perihal Ganesh yang ikut pergi ke sana, dia tak tahu."Iya, Bu," jawab Zerga. "Dan yang mau aku sampein kebetulan kabar baik.""Serius?" tanya Athaya dengan senyuman merekah. "Kabar baiknya apa, Sayang?""Bapaknya Dayana akhirnya memberi restu buat aku menikahi Dayana, Bu," kata Zerga—membuat wajah Athaya berbinar. "Dan sejalan dengan Ibu sama Papa, pernikahan aku sama Dayana akan dilaksanain setelah Dayana lahiran.""Terus gimana lagi?""Bapaknya Dayana juga enggak akan memisahkan Dayana dari anaknya," ucap Zerga. "Cuman untuk itu, Bapaknya Dayana kasih aku sya
***"Sudah siap?"Sebelum menyalakan mesin mobil, Zerga menoleh pada Dayana. Minggu sore tiba, dia dan perempuan itu akan kembali ke Surabaya.Tak ada lagi beban, masalah bersama Yuda sudah selesai dengan keputusan; Zerga akan menikahi Dayana setelah perempuan itu melahirkan.Tak akan ada lamaran, Yuda melarang Zerga mau pun Dayana menggelar acara tersebut, karena beberapa alasan."Siap," jawab Dayana sambil memegangi seatbelt. "Masih pengen di sini sebenarnya. Cuman takut mempermalukan Ibu sama Bapak.""Kenapa?""Aku kan lagi hamil muda, Kak, dan hampir setiap pagi aku ngalamin morning sickness," ungkap Dayana. "Kalau aku di sini, takutnya tetangga enggak sengaja dengar pas aku mual, terus cari tahu. Kebongkar deh nanti apa yang terjadi sama aku.""Minggu depan ketemu lagi," jawab Zerga. "Bapak bilang kan kalau enggak ada halangan, mau ke Surabaya. Kangen-kangenan nanti kamu sama mereka di sana. Lebih bebas."Dayana tersenyum. "Iya."Tak berlama-lama mengobrol, karena waktu yang suda
***"Akhirnya sampai."Zerga menghembuskan napas lega. Lima jam perjalanan, mobil yang dia kendarai sampai dengan selamat di rumah.Berhenti di halaman, dia bergegas turun untuk menurunkan barang di bagasi, hingga setelah dua koper miliknya dan Dayana turun, pintu utama terbuka—menampilkan Roby dengan setelan santainya."Sampe juga kamu, Papa pikir bakalan lebih malam.""Agak macet tadi pas keluar tol, Pa, jadi agak lama," kata Zerga.Roby tak menimpali, sementara kedua kakinya melangkah menuju mobil. Tak ada Athaya, dia menunggu kepulangan sang putra sendirian setelah hampir setengah jam lalu, sang istri tak kuasa menahan ngantuk."Dayana mana?""Tidur, Pa," jawab Zerga. "Kecapean kayanya dia. Sempat muntah juga di jalan.""Kasihan," ucap Roby. "Gendong dulu kalau gitu ke kamar, biar mobil sama koper, Papa yang urus.""Iya."Patuh pada intruksi Roby, Zerga membawa Dayana masuk ke rumah. Menggendong gadis itu dengan gaya bridal style, tujuan dia adalah kamar tamu."Butuh bantuan?"Sed
"Cari siapa, Bang?"Zerga menoleh. Mendapati Athaya di ambang pintu dapur, dia lekas menjawab sekaligus bertanya."Papa, Bu. Di mana ya? Aku ada keperluan."Pagi ini Zerga dihubungi Bima, sang Opa. Tiba-tiba diberitahu tentang perjodohan, dirinya kaget. Bertanya tentang siapa calon jodoh yang katanya disiapkan sang Opa, Zerga tak mendapatkan jawaban, karena Bima justru memintanya bertanya pada Roby."Oh, Papa. Tuh di depan," jawab Athaya, sambil mengarahkan dagu ke ruang tamu. "Lagi minum teh sambil nikmatin angin pagi."Zerga tersenyum tipis. "Makasih, Bu.""Sama-sama."Dari ujung tangga, Zerga melangkah menuju depan. Mendapati Roby di teras, dengan segera dia menghampiri sambil memanggil."Pa.""Morning," sapa Roby dengan senyumannya. "Papa pikir kamu libur ngantor. Ternyata mau masuk kerja. Enggak capek?""Hari ini ada pertemuan sama klien, jadi aku harus masuk," ucap Zerga, seraya mendudukan dirinya di kursi kosong. "Ada yang mau aku tanyain ke Papa.""Apa?" tanya Roby."Tentang O
"Aku di mana?"Dayana mengerjap pelan. Menatap langit-langit putih di atasnya, dia bertanya-tanya tentang di manakah dirinya berada sekarang.Sejenak, ingatan Dayana kembali ke momen dirinya tak sengaja menguping pembicaraan Zerga dan Roby. Masuk ke rumah, bertemu Ganesh, lalu kembali ke kamar, Dayana merasakan pusing yang cukup hebat di kepalanya, kemudian tak ingat apa-apa lagi."Rumah sakit," ucap Dayana setelah menyadari infusan yang terpasang di punggung tangan kanannya. "Siapa yang bawa aku ke sini?"Hening, Dayana tak menemukan siapa-siapa, hingga pintu ruangan tempatnya berada yang tiba-tiba saja terbuka—membuat atensinya beralih."Kamu sudah sadar ternyata," ucap Ganesh dari dekat pintu. Berjalan menghampiri, pria itu bertanya, "Ada yang sakit enggak? Biar saya panggil dokter.""Kamu yang bawa aku ke sini?" tanya Dayana pelan."Iya, tapi berdua juga sama Bang Zerga," jawab Ganesh. Menarik kursi di samping bed, dia berkata, "Kamu ditemuin pingsan di kamar. Jadi langsung dibawa
(Jangan lupa ke rumah Opa. Abang tunggu hasilnya.)Ganesh berdecak dengan raut wajah ditekuk. Baru selesai dengan pekerjaannya, saat ini dia masih di basemen apartemen—tempat biasa dia dan tim membuat konten."Harusnya aku senang kalau sesuatu terjadi pada bayi yang Dayana kandung, tapi yang terjadi kenapa sebaliknya? Takut banget aku kalau bayi itu enggak bisa selamat."Usai bicara empat mata dengan Zerga, Ganesh akhirnya bersedia menggantikan sang abang untuk dijodohkan dengan perempuan pilihan sang Opa.Tak akan sampai menikah, Ganesh hanya diminta untuk menerima dulu perjodohan dengan Rillian. Ke depannya bagaimana? Zerga menyerahkan semua pada Ganesh, karena yang terpenting adalah; Dayana tak terbebani perjodohan Zerga."Ck."Dari basemen apartemen, Ganesh mengendarai mobilnya menuju kediaman Bima. Untuk sampai, dia membutuhkan waktu empat puluh menit tanpa macet."Selamat malam, Den," sapa salah satu art di rumah Bima, setibanya Ganesh di ruang tengah. "Mau ketemu Bapak dan ibu?
***"Aku enggak bisa tidur."Di tengah sepi suasana kamar rawat, Dayana berucap pelan. Ketika Zerga dan Athaya yang malam ini menjaganya, sudah tertidur nyenyak, dia justru terjaga.Pikiran Dayana penuh. Meskipun Zerga sudah menenangkannya dengan berkata; tak akan menerima perjodohan yang direncanakan sang Opa, dia tetap tak bisa tenang.Dayana bukan dari kalangan atas seperti calon istri Zerga, sehingga jika terjadi sesuatu, dia tak punya power apa pun. Namun, mundur pun bukan solusi karena setelah mereda, amarah Yuda pasti akan kembali meningkat."Harus apa ya supaya aku bisa tidur?" tanya Dayana lagi. Beralih atensi ke jam dinding, helaan napas kasar dia embuskan. Bukan lagi pukul delapan malam, saat ini jarum jam ada di angka sepuluh. Sudah sangat cukup untuknya terlelap.Namun, kedua mata Dayana justru tak bisa diajak terpejam."Tidur, Dayana, tidur. Kamu harus kasihan sama bayi kamu, karena kesehatan dia
*** Hari ini semuanya bahagia. Setelah Dayana resmi menjadi istri Ganesh, Rillian ikut mendapat kabar baik setelah tanpa diduga, Zerga tiba-tiba saja melamarnya. Pada Rillian, Zerga berkata jika dirinya sudah mantap untuk membangun hubungan serius bersama perrmpuan itu, sehingga sebelum Rilliian dilirik atau coba direbut pria lain, dengan segera dia mengikatnya. Tidak menjadi rahasia, kabar dilamarnya Rillian langsung sampai ke telinga semua orang sehingga kebahagiaan keluarga besar Roby dan Marcell menjadi dua kali lipat. "Makasih ya, Ga, udah ngelamar aku," ucap Rillian, yang siang ini menikmati semilir angin di rooftoop hotel. Sudah berganti baju, Rillian nampak cantik dengan gaun berwarna peach. Resepsi belum dimulai, dia dan Zerga memutuskan untuk bersantai setelah bersiap-siap, karena ketika pesta resepsi resmi digelar, keduanya mungkin akan sibuk. "Makasih juga karena udah bantu aku menyembuhkan hati," ucap Zerga. "Berkat kamu, aku bisa baik-baik aja kaya sekarang, dan aku
***"Saya terima nikah dan kawinnya Dayana Mezzalura binti Yuda Andriawan, dengan mas kawin seratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai!""Bagaimana saksi, sah?""Sah!""Sah!""Barakallah."Dipimpin penghulu yang pagi ini mendampingi Yuda untuk menikahkan Dayana dan Ganesh, doa dipanjatkan semua orang di dalam ballroom.Hari, minggu, bahkan bulan berganti, acara bahagia Dayana dan Ganesh akhirnya dilaksanakan di sebuah ballroom mewah hotel berbintang.Mengusung pesta dengan tema modern tanpa adat, Dayana tampil cantik dengan kebaya berwarna putih sementara Ganesh gagah dengan setelan jas.Dihadiri keluarga inti, akad nikah dilaksanakan pukul delapan pagi waktu setempat. Tidak langsung resepsi, acara akan dijeda setelah akad selama dua jam, sebelum kemudian dilanjutkan pukul sepuluh pagi.Tidak mengambil jam malam, resepsi sengaja digelar pukul sepuluh sampai tiga sore agar tidak mengganggu jam tidur baby Brian. Berusia dua bulan, bayi tersebut sangat menempel dengan Dayana sehingga k
***Mendengar kabar Rillian celaka, Zerga panik. Langsung pergi dari rumah perempuan itu, dia membawa mobilnya menuju rumah sakit.Mengemudi dengan kecepatan tinggi, Zerga ingin segera sampai untuk memastikan kondisi Rillian. Jika terjadi sesuatu pada perempuan itu, dia tidak akan memaafkan diri sendiri karena Rillian jatuh saat hendak turun untuk menunggu dirinya di lantai bawah.Entah bagaimana kronologi sampai Rillian bisa jatuh di tangga, satpam tidak melihat. Namun, katanya besar dugaan perempuan itu tersandung kaki sendiri."Rillian ...," gumam Zerga di sela kegiatannya mengemudikan mobil. "Semoga enggak ada hal serius, karena kalau sesuatu menimpa dia, aku enggak akan bisa maafin diriku sendiri."Zerga terus merafalkan doa sepanjang perjalanan. Sampai di rumah sakit, dia memarkirkan mobilnya secara asal sebelum kemudian berlari menuju IGD."Zerga," panggil Marcell yang barusaja keluar dari ruang penanganan. "Kamu ke sini karena dikasih tahu satpam ya?""Iya, Om. Mana Rilli?" ta
***"Kebahagiaan mereka lengkap."Zerga tersenyum tipis, sementara layar ponselnya menunjukan sebuah foto dari orang terdekatnya, yaitu; Ganesh dan Dayana.Di akun sosial medianya, Dayana mengunggah foto di depan sebuah mobil bersama Ganesh. Bukan mobil lama, yang difoto adalah mobil baru pemberian Ganesh untuk Dayana.Di caption, Dayana mengucapkan banyak terima kasih untuk Ganesh—membuat hati Zerga sedikit tergores. Meskipun sudah mengikhlaskan Dayana untuk Ganesh, hati kecil Zerga masih sering tersentil melihat kemesraan keduanya, karena jika tidak ada insiden, seharusnya dialah yang kini sedang menikmati kebersamaan dengan ibu kandung baby Brian tersebut."Semoga bahagia selalu, Dayana," ucap Zerga. "Kamu bahagia, saya ikut bahagia."Tidak mau terus terbawa suasana, Zerga hendak menyimpan ponselnya di meja nakas. Namun, sebuah dering yang tiba-tiba saja terdengar membuatnya batal melakukan hal tersebut.Mendapat panggilan dari Rillian, Zerga menjawab, "Halo, Ri.""Udah di rumah, G
***Dua minggu menetap di inkubator, bayi mungil Dayana dan Ganesh akhirnya bisa dibawa pulang. Tidak dijemput oleh banyak orang, yang datang ke rumah sakit hanyalah Dayana dan Ganesh selaku orang tua Baby Brian.Bukan tidak ada yang mengantar, Athaya mau pun Roby sempat menawari ikut ke rumah sakit. Namun, karena merasa sanggup untuk membawa putra mereka berdua saja, para orang tua patuh untuk menunggu."Udah beres, Gan, administrasinya?" tanya Dayana, ketika Ganesh masuk ke dalam mobil."Udah," jawab Ganesh. "Sekarang kita tinggal pulang.""Oke deh.""Si ganteng tidur?" tanya Ganesh, sambil memandang sang putra yang kini berada di pangkuan Dayana."Tidur," ucap Dayana. "Barusan kan sempat rewel gitu, terus aku coba susuin. Eh, dia enggak bingung puting. Jadi keterusan sampai akhirnya tidur. Senang banget aku bisa nyusuin Brian secara langsung."Ganesh tersenyum. "Aku ikut senang dengarnya," ucapnya. "Sekarang mau langsung pulang apa ke mana dulu? Barangkali ada yang mau kamu beli."
***Adiasta Ganesh resmi menjadi seorang ayah.Meskipun diawali tragedi, gelar tersebut berhasil dia sandang. Tanpa duka, Ganesh dan keluarga bisa sepenuhnya bahagia karena meskipun sempat mengalami penurunan kondisi, Dayana bisa bertahan.Dari ruang operasi, bayi laki-laki Dayana yang memiliki berat dua kilogram, dipindahkan ke ruang NICU untuk menjalani perawatan di sana, sementara Dayana? Perempuan itu dibawa menuju kamar rawat presiden suit.Keluar dengan kondisi yang tidak sadar, Dayana menyisakan rasa cemas di hati Ganesh, sampai akhirnya sekitar pukul lima sore, perempuan itu membuka mata."Ganesh ...."Dengan suara pelan, Dayana memanggil Ganesh yang terlelap persis di sampingnya. Tidak ada siapa pun, di kamar rawat hanya ada keduanya setelah beberapa waktu lalu Athaya dan Roby pamit untuk mengambil baju ganti di apartemen.Zerga? Pria itu juga pergi karena sebuah urusan, sehingga yang menjaga Dayana hanyalah Ganesh."Day, akhirnya kamu bangun," ucap Ganesh, dengan kondisi set
***Hari libur Ganesh yang semula tenang, seketika diselimuti kepanikan setelah kabar jatuhnya Dayana, disampaikan Mbak yang selama ini menemani perempuan itu.Lekas ke apartemen, Ganesh mendapati Dayana yang tengah merintih kesakitan, sementara cairan berwarna merah membasahi baju yang perempuan itu pakai.Berusaha tenang meskipun panik, Ganesh membawa Dayana ke rumah sakit terdekat. Mendapat penanganan di IGD, kini Dayana masih berada di dalam, sementara Ganesh menunggu dengan perasaan gelisah."Ya Tuhan, lindungi Dayana dan anakku," ucap Ganesh, penuh permohonan. "Aku tahu, aku bukan orang baik, tapi tolong selamatkan mereka karena aku akan hancur jika terjadi sesuatu pada Dayana mau pun anaknya."Tidak bersama Mbak, Ganesh sendirian di depan IGD. Belum mengabari siapa pun, dia berniat untuk menunggu dulu sampai tahu kondisi Dayana mau pun bayi yang dikandungnya."Keluarga pasien, atas nama Dayana?"Pintu IGD terbuka, Ganesh dengan segera beranjak. "Saya, Dokter," ucapnya. "Saya su
*** Jika kebanyakan ibu hamil mengalami ngidam di trimester pertama kehamilan, maka Dayana berbeda. Lebih banyak tertekan ketika usia kandungannya masih di kisaran satu sampai dua bulan, perempuan itu sering ngidam di trimester ketiga kandungannya. Jika beberapa hari lalu dia mengidam nasi goreng yang dimasak oleh Bima, maka weekend ini keinginan Dayana berbeda lagi. "Bilang jangan ya ke Ganesh?" tanya Dayana, yang masih berbaring di tempat tidur, karena memang jarum jam pun baru sampai di angka tujuh pagi. "Kalau bilang, takut dia enggak ngabulin, tapi kalau enggak bilang, takut juga bayi aku ngeces. Bingung banget." Selama beberapa saat, Dayana sibuk menimang, hingga ketika keinginan di dalam hatinya semakin kuat, dia memberanikan diri untuk menghubungi kekasihnya itu. "Halo, Sayang, morning," sapa Ganesh hangat. "Ada apa?" "Kamu lagi apa?" tanya Dayana. "Aku masih di tempat tidur nih. Males banget mau bangun." "Enggak sakit, kan?" tanya Ganesh. "Aku kebetulan baru sele
***Dua bulan berlalu, usia kandungan Dayana akhirnya sampai di minggu ke tiga puluh. Tidak ada kendala, kehamilan perempuan itu berjalan dengan lancar.Tidak ada masalah, kehidupan Dayana juga perlahan membaik. Selain bisa bersatu dengan Ganesh, hubungannya dengan Zerga berangsur membaik seiring berjalannya waktu."Ganesh mana ya? Janjinya jam setengah lima, tapi belum sampai juga," keluh Dayana, ketika sore ini dia menunggu Ganesh datang menjemput.Waktu pemeriksaan tiba, sore ini Dayana akan mengunjungi rumah sakit untuk check up. Tidak sendiri, dia selalu bersama Ganesh karena sebagai calon suami dan ayah yang baik, Ganesh katanya tidak mau melewatkan satu kali pun pemeriksaan Dayana."Duh, pegal."Bersandar dengan perut yang besar, Dayana dilanda pegal. Mengubah posisi menjadi sedikit menyamping, dia terus menunggu hingga setelah setengah jam terlambat, sosok yang ditunggu datang."Day," panggil Ganesh.Tidak perlu menekan bel, pria itu tahu password apartemen Dayana, sehingga s