Beranda / Romansa / Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga / Jantungku serasa deburan ombak

Share

Jantungku serasa deburan ombak

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-30 06:28:37

Rahma bangun pagi langsung keramas, kepenatan selama seminggu ini membuat kepalanya begitu berat. Air hangat yang mengguyur kepala dan membasahi seluruh rambut membuatnya kepalanya sedikit lebih ringan. 

Selepas mandi dia masih mengenakan piyama mandi dan membawa handuknya untuk mengeringkan rambut ke teras samping yang langsung berhubungan dengan kamarnya. Rambut panjangnya yang basah dibiarkan terurai sesekali dikeringkan memakai handuk, sesekali rambut itu dikibas-kibaskannya. Pagi ini dia merasa nyaman karena Romi tidak ada di rumah sedang menunggui Alif, dan beberapa pengawal, supir dan Satpam berjaga di depan rumah. Mereka tidak pernah menginjak bagian taman belakang dan sekitarnya. Satu-satunya lelaki di rumah ini yang bisa mengakses daerah ini adalah lelaki yang sudah jadi mahromnya. 

Rahma sengaja membuka jilbabnya di sana, memamerkan sisi kecantikannya yang selalu membuat lelaki itu tergila-gila padanya. Rahma sudah mengintai dari balik jendela kama

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
wah magnwt hati saling tarik menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Perempuan itu merampok harta saya

    "Pak Bastian mau memberi sepuluh persen saham pada ibu anda?" tanya Pak Iyan yang selalu bersikap formil."Iya, Pak Iyan.""Maaf, Pak ... sekarang anda tidak bisa lagi mengutak-atik saham perusahaan. Karena sekarang perusahaan ini bukan lagi milik anda" kata Pak Iyan."Apa?" kata Bastian dan Virda serentak."Kenapa Pak Bastian begitu terkejut? Bukankah anda sendiri yang memberikan semua saham pada istri anda?" kata Pak Iyan"Benarkah?" Bastian tidak percaya dengan perkataan Pak Burliyan."Apa Mama bilang, Bas. Perempuan itu cuma mau hartamu saja dan semua yang dia inginkan sudah tercapai sekarang," sungut Virda mengarah pada Bastian."Maaf Bu Virda, Bu Rahma bukan orang yang seperti ibu duga. Saya sudah berulang kali mengingatkan Pak Bastian agar dia memikirkan ulang pelimpahan nama pemilik perusahaan pada Bu Rahma, tetapi Pak Bastian tetap pada pendiriannya, bahkan balik nama perusahaan itu saja tidak diketahui oleh Bu Rahma. B

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Dipaksa menandatangi berkas

    "Wah ... rupanya enak sekali kalian makan, ya?" Suara Virda menghentikan aktivitas mereka, bahkan Rahma yang akan menyuap makanan ke mulut diurungkannya. Di belakang Virda Bastian menatap mereka dengan tatapan dingin."Ini lagi pembantu gak tahu diri, makan di meja makan majikan." Lagi ucapan Virda sinis menatap Bik Wati, Bik Wati hanya menunduk. Rahma menatap Bunda Asti, menganggukkan kepala memberi kode agar Bunda Asti yang menanggapi mertuanya."Eh, Virda ... tumben banget ke sini, sekali ke sini mulutnya gak disekolahin," ucap Bunda Asti kesal."Kenapa? Aku gak boleh ke rumah anak kandungku sendiri.""Aku gak ngelarang kamu menjenguk anak kandungmu sendiri asal sopan sedikit kalau bertamu ke rumah orang. Rumah ini bukan milik anakmu doang," kata Bunda Asti menanggapi Virda dengan ucapan tak kalah pedas."Oh, jadi kamu mau bilang kalau Bastian sekarang bukan pemilik rumah ini? Asti, aku tahu apa yang kau pikirkan beserta perempuan itu. Puas kali

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kedatangan Fitri

    Hari ini Alif pulang dari rumah sakit, anak itu masih menggunakan kursi roda. Kaki Alif yang patah sudah dipasang pen, hanya saja luka operasi belum sembuh, jika sudah sembuh maka diperbolehkan memakai kruk dan rutin menjalani terapi. Alif terlihat begitu senang, apalagi Romi membelikan kursi roda otomatis, bisa berjalan sendiri dikendalikan sebuah tombol tanpa perlu didorong lagi. Siang itu mereka makan siang bersama dengan memesan menu dari sebuah Restoran. Bunda Asti mengatur ruang tengah sebagai tempat jamuan dengan memasang meja makan yang cukup besar bisa menampung dua puluh orang. Semua pegawai rumah, sopir, satpam dan pengawal diajak makan, sayangnya pembantu rumah hanya tinggal Bik Wati karena 2 orang pembantu lainnya sudah tidak bekerja lagi karena menikah, namun walau demikian Rahma dan Bunda Asti turut turun tangan membantu pekerjaan rumah. "Tante Fitri!!" pekik Alif ketika melihat sosok wanita muda berjalan di sebelah Romi yang menenteng se

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Ucapan Bunda Asti mempengaruhi Bastian

    "Ini anak hasil perzinahan kamu? Kenapa duduk di kursi roda?" tanya Bastian ditujukan kepada Rahma.Rahma yang sedang memotong daging steak untuk Alif, spontan menghentikan aktivitasnya dan menatap Bastian dengan tajam. Semua orang yang hadir sangat terkejut mendengar perkataan Bastian."Mas! Jaga bicaramu! Ada anak kecil di sini. Kalau kau tidak suka di sini, pergi saja sana!" bentak RahmaRahma benar-benar tak suka dengan perkataan Bastian. Fitri segera memegang kanan Rahma. Wajah Bastian seketika menegang, sorot matanya tajam, baru kali ini dia merasa dibentak oleh seorang pembantu, mukanya memerah menahan semua kekesalan dan emosi."Sabar, Mbak. Jangan emosi," ujar Fitri."Astagfirullah ...," ucap Rahma sambil mengelus dada."Ini, siapa lagi? Adik kamu?" tanya Bastian lagi menunjuk Fitri."Ini, calon menantu Bunda. Calon istrinya Romi," kata Bunda mengenalkan Fitri."Ooo, kau sudah punya pacar rupanya, Rom. Kenapa pacarmu k

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Rahma diusir

    Bastian masuk kantor dengan beban berat, selama dua hari dia hanya berkutat dengan mempelajari berkas perkembangan perusahaan terbaru."Pak, saya ijin keluar kantor sebentar," kata Adam sekretarisnya."Mau ke mana?""Keluar ada keperluan sebentar, nanti saya balik lagi," katanya"Baiklah."Adam segera meninggalkan ruangan Bastian, dia menuju ke lobi kantor, di sana Pak Andre sudah menunggunya. Bastian merasa jenuh, dia segera menatap ke luar gedung, ruangannya langsung menghadap tempat parkir, dilihatnya Adam dan Pak Andre pergi bersama dalam satu mobil.****Hari sudah menunjukkan jam dua siang, Bastian ingin pulang sebentar untuk makan siang. Dia benar-benar tidak berselera makan di kantor. Dia ingin istirahat sebentar, entah kenapa dia sering kelelahan.Sesampainya gerbang rumah nampak Pak Andre, Adam dan beberapa orang pria baru keluar dari rumah, Romi dan Rahma mengantar mereka sampai teras depan."Sial ... mereka m

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Biasa memakan nasi goreng Rahma

    "Rahma! Kamu apa-apaan? Kenapa kamu akan pergi dari rumah ini?" seru Bunda Asti."Biarlah, Bun ... dia tadi diusir sama Bastian. Biarkan dia menepi dari kehidupan Bastian dulu, kasihan dia sedang hamil nanti stres pula ngadepin Bastian yang bawaannya suudzon terus sama Rahma," ujar Romi"Benar kata Bang Romi, Bun," kata Rahma masih mengepak alat kosmetiknya."Kalau gitu Bunda ikut, ya?" kata Bunda Asti antusias."Kumohon Bunda dan Bang Romi tetap di sini menemani Mas Bastian, ya?""Mbak, barang-barang Alif sudah semua diangkut ke mobil." Fitri datang memberitahukan."Makasih ya, Fit. Barangmu juga jangan lupa," kata Rahma."Oke, siip. Kuambil dulu ya?" Fitri segera berlari ke kamarnya mengambil barang-barangnya."Fitri dan Alif juga ikut?" tanya Bunda."Iya, Bun ... Bunda kumohon, tetaplah di sini, ya? Kalau Bunda kangen kami, Bunda datang saja ke rumahku minta antar Pak Yadi." Rahma merengkuh tubuh Bunda Asti."B

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Bastian mulai menyesal

    Bastian ke kantor dengan mood yang buruk, harusnya aku senang wanita pengganggu itu sudah pergi, tetapi aku malah bad mood sekarang, keluhnya dalam hati."Selamat pagi, Pak," sapa AdamBastian menatap Adam dengan pandangan tidak suka, menurutnya Adam juga termasuk penghianat diam-diam telah membantu wanita itu."Ada apa?" katanya ketus.Jika sudah ada bukti kuat, kupecat kau penghianat, batinnya."Pak, ada beberapa supplier yang ingin menemui Bapak," kata Adam."Supplier?" tanya Bastian tidak mengerti."Supplier di plaza kita, Pak. Mereka dari produsen keramik, granite, roof dan rangka baja," kata Adam lagi."Ooo suruh saja mereka masuk""Mereka sudah menunggu di ruang rapat, tidak muat di ruangan ini," kata Adam"Memangnya seberapa banyak mereka?" kata Bastian."Mari, Pak .. kita keruang rapat," Adam tidak menjawab perkataan Bastian malah mempersilahkan Bastian ke ruang rapat.Sampai ruang rapat, ad

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Penyesalan Santi

    "Ini Pak rumahnya," kata Yadi"Kamu yakin ini rumahnya?""Yakin dong, Pak. Saya sudah sering kemari mengantar Bu Rahma. Ini rumah peninggalan Almarhum Ayahnya, Pak.""Oo" hanya itu yang keluar dari mulut Bastian.Bastian tidak menyangka kalau Rahma memiliki rumah warisan yang begitu mewah, berarti benar kata Bunda, Rahma anak orang kaya."Pak Yadi pulang saja, saya tidak mau Rahma mengetahui saya datang jika pakai mobil," kata Bastian,Sebenarnya dia hanya ingin tahu ada perlu apa Santi menemui Rahma, jika dia masuk memakai mobil, pasti tidak bisa menyelidiki semua itu."Terus Bapak nanti pulangnya bagaimana? Atau Bapak mau menginap?" kata Yadi tersenyum simpul."Nanti kukabari." Bastian segera turun dari mobil dan memencet bel pagar.Dari dalam muncul seorang Satpam dan segera membuka pintu pagar

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30

Bab terbaru

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Hidupku sudah sempurna

    Malam itu menjadi malam paling membahagikan bagi Rahma sejak kehamilan pertamanya. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan berjalan-jalan berdua dengan Bastian. Bastian sengaja mematikan ponselnya agar qualty time dengan istrinya tidak terganggu.Hingga sampai pulang seorang perawat dari rumah sakit menunggunya di rumahnya."Maaf, Pak. Saya jadinya ke mari, karena Bapak tidak bisa dihubungi, saya akan mengabarkan satu jam yang lalu, Bu Virda menghembuskan napas terakhir.""Apa?" Bastian kaget sekali mendengar kabar itu.Dia hanya berjalan-jalan dengan istrinya selama tiga jam dari kepulangannya dari rumah sakit, jika dia tahu Mamanya akan meninggal tentu dia akan bersikeras tidak meninggalkan Mamanya, walau Mama Virda memaksanya untuk pulang. Bastian terduduk lesu di sofa ruang tamu. Dia juga menyesali kenapa dia musti mematikan ponselnya"Ya, Allah ... Innalilahi wa Inna ilaihi rojiun ...," u

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Bunda Asti pergi Umroh

    "Bunda pergi dulu, ya ... Jagalah Mama kalian dengan baik," kata Bunda Asti ketika berada di Bandara.Bastian, Rahma, Fitri dan Alif turut mengantar kepergian mereka ke tanah suci."Bunda ... Tolong do'akan agar Mama lekas sembuh," kata Bastian."Iya, tentu saja Bunda akan mendo'akan Mama Virda. Jaga baik-baik istrimu dan anakmu, ya?""Iya, itu pasti," Bastian mencium punggung tangan Bunda Asti."Bunda, do'akan kehamilan Rahma lancar dan sehat ya ... Do'akan juga Alif cepat sembuh dan cepat berjalan dan tolong do'akan juga suamiku agar ingatannya kembali lagi," Rahma memeluk Bunda Asti."Iya, sayang ... Semua keluarga Bunda nanti Bunda do'akan satu persatu.""Aku berangkat dulu, Bro. Nanti akan aku do'akan agar ingatanmu cepat kembali. Agar kau bisa mengingat kembali momen di mana kau bucin banget sama istrimu itu, agar kau bisa mengingat malam pertama kalian," kata Romi sambil terkekeh.Bastian memeluk saudaranya itu dan

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Luka hati, tak terasa sakit lagi

    "Bunda ... Bunda dari mana?" suara Alif menyambut kedatangan Rahma dan Baatian dari rumah sakit."Alif? Kenapa belum tidur, Nak? Ini sudah malam loh," kata Bastian membelai rambut Alif.Alif terpukau dengan perkataan Bastian, lelaki itu biasanya selalu bersikap masa bodoh, cuek bahkan menampakkan wajah tak ramah padanya. Namun, sekarang lelaki dihadapannya ini rela berlutut hingga wajahnya bisa menatapnya dengan jelas, mata lelaki itu penuh kehangatan seperti Ayah Bastian yang dulu."Alif belum ngantuk, Yah. Ayah Sama Bunda dari mana?""Ayah sama Bunda dari Rumah sakit" jawab Rahma"Ke Rumah sakit? Siapa yang sakit, Bun?""Yang sakit Mamanya Ayah," jawab Bastian."Maksudnya Nenek Bunda Asti? Dia di rumah kok," kata Alif polos"Bukan sayang, Ayah juga sama dengan Alif, punya dua orang Ibu. Yang sakit itu Mama kandung Ayah, seperti Mama Santi, dia ibu kandung Alif, kan?""OOO gitu? Ternyata kita punya nasib yang sama

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Telepon dari Rumah sakit

    "Nanti malam kita makan di luar, yuk? Untuk meresmikan hari jadian kita," kata Bastian setelah salat AsharRahma yang tengah membereskan tempat tidur tersenyum ceria."Hari inikan bukan hari jadi kita? Kita menikah baru dua bulan, Mas!""Bukan hari pernikahan kita, tetapi hari jadian kita saat aku Amnesia, kalau kenangan masa lalu bersamamu aku lupa, maka mulai hari ini aku akan membuat kenangan baru, ingatan baru bersamamu," Bastian memeluk Rahma dari belakang.Derrrttt ... Derrrrtttt ...."Mas, itu ponselmu bergetar," seru Rahma menunjuk ponsel Bastian di atas nakas.Bastian segera mengambil ponselnya dan menggeser tanda panggilan di layar."Halo? Iya ... Apa? Oiya ... Iya, saya akan segera ke sana,"Bastian menutup teleponnya dengan menghembuskan napas berat."Ada apa, Mas? Siapa yang nelpon?" tanya Rahma penasaran."Dari rumah sakit, katanya Mama pingsan dan sekarang masuk rumah sakit."

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kau Istimewa

    Suasana sore itu membuat mereka tertidur sambil berpelukan. Semua baju basah mereka ditumpuk di kamar mandi. Rahma terjaga dari tidurnya setelah mendengar suara ramai.'Ah, mereka pasti sudah pulang dari belanja,' batinnya.Rahma segera bangkit dari pembaringan dan memakai pakaian lengkap, tak lupa memakai jilbab kaosnya. Diperhatikan dengan seksama suaminya yang tengah terlelap dengan tubuh ditutupi selimut tebal. Rahma harus segera ke kamar lelaki itu untuk membawa baju ganti. Dia segera keluar dari kamar tak lupa mengunci kamarnya dari luar."Alif sudah pulang?" tanya Rahma antusias melihat putranya tengah membawa mobilan remot."Bunda, lihat deh. Om Romi membelikan Alif mobil-mobilan remote," serunya"Iya, bagus ya? Sudah bilang terima kasih belum?""Sudah.""Sekarang Alif mandi, sudah itu salat Ashar. Selanjutnya makan ya?"

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Hujan Romantis

    "Rahma, kamu kenapa, Sayang?" seru Bunda Asti ketika melihat Rahma muntah-muntah di kamar mandi."Nggak tahu, Bunda. Perutku rasanya mual banget," kata Rahma."Ya, Ampun ... Kamu sudah mulai emesis. Ya sudah kamu istirahat saja, tidak usah ikut belanja. Nanti biar Bik Wati menemanimu.""Iya, Bunda ... Aku gak bisa ikut, takutnya mualku kambuh di sana."Ketika mau berangkat, Alif ternyata bersikeras untuk ikut. Rahma meminta Bik Wati agar ikut belanja bersama mereka, untuk membantu keperluan Alif. Walau Romi dan Fitri bersikeras mereka yang akan menjaga Alif, namun Rahma ingin agar pasangan muda itu lebih bebas menjalin kedekatan diantara mereka.Setelah mereka pergi, Rahma hanya berbaring di ranjang sembari membaca novel.****Setelah jam makan siang tiba, Bastian tidak sabar membuka bekal makan siangnya. Setelah dibuka, aromanya tercium begitu sedap

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Bekal untuk Bastian

    Hari ini terpaksa Bastian menghubungi Romi, untuk mengantarnya menjemput Rahma. Dia menduga Romi akan mengejeknya habis-habisan tetapi ternyata tidak. Saudaranya itu malah antusias menemaninya, dia berulang kali bersyukur karena Allah telah menyadarkannya.Sesampainya di rumah Rahma, Romi segera menyampaikan maksudnya disaksikan Fitri, sedang Bastian hanya menundukkan kepala tidak berani menatap kedua wanita itu."Maksud Abang ke sini mau menjemputmu, Rahma. Pulanglah ke rumah suamimu sekarang, dia memintamu. Iya kan, Bas?"Bastian hanya mengangguk pelan."Kok Bang Romi yang bilang? Kenapa bukan suaminya langsung," kata Fitri.Mendengar perkataan Fitri, Bastian spontan mendongakkan kepalanya menatap kedua wanita di hadapannya dengan tatapan jengah."Iya, pulanglah." Hanya itu kata yang mampu terucap dari bibir Bastian."Apa? Cuma gitu? Kemaren waktu ngusir panjang lebar, gak ada permintaan maaf, gitu? Apa ...," gerutu Fitr

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kesayanganku

    Yadi datang setelah lima tujuh menit berlalu. Bastian segera masuk dan duduk di sampingnya."Kita mau ke mana, Pak?""Ke cafe atau apapun, cari tempat sepi buat mengobrol," kata Bastian."Bapak janji mau bertemu seseorang?""Tidak, saya hanya ingin membicarakan beberapa hal denganmu.""Tentang masalah apa, Pak?" ucap Yadi, dia merasa kuatir, selama ini Bosnya tidak pernah ingin berbicara dengannya, apakah ini soal pekerjaannya?"Tidak perlu kuatir, ini bukan tentang kamu, ini tentang diriku sendiri," kata Bastian seolah tahu apa yang dipikirkan Yadi.Yadi tersenyum lega, dia segera membawa bosnya di warung Bakso di dekat taman. Mereka memilih duduk di bangku taman yang agak sepi."Ada apa, Pak?" tanya Yadi membuka percakapan."Yadi ... Aku mengenalmu, kau sudah bekerja pada Papa berapa lama?" tanya Bastian memastikan."Sudah hampir dua tahun, Pak. Makanya Bapak mengenal saya, Bapak hanya lupa peristiwa

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Penyesalan Santi

    "Ini Pak rumahnya," kata Yadi"Kamu yakin ini rumahnya?""Yakin dong, Pak. Saya sudah sering kemari mengantar Bu Rahma. Ini rumah peninggalan Almarhum Ayahnya, Pak.""Oo" hanya itu yang keluar dari mulut Bastian.Bastian tidak menyangka kalau Rahma memiliki rumah warisan yang begitu mewah, berarti benar kata Bunda, Rahma anak orang kaya."Pak Yadi pulang saja, saya tidak mau Rahma mengetahui saya datang jika pakai mobil," kata Bastian,Sebenarnya dia hanya ingin tahu ada perlu apa Santi menemui Rahma, jika dia masuk memakai mobil, pasti tidak bisa menyelidiki semua itu."Terus Bapak nanti pulangnya bagaimana? Atau Bapak mau menginap?" kata Yadi tersenyum simpul."Nanti kukabari." Bastian segera turun dari mobil dan memencet bel pagar.Dari dalam muncul seorang Satpam dan segera membuka pintu pagar

DMCA.com Protection Status