[[ Anda telah Membunuh Serigala Mutan Lvl. 2 ]] [[ Naik Level ]] [[ Anda telah membuka 2 slot Penyimpanan baru ]] [[ Anda telah membuka Keahlian baru dari Palu Keadilan ]] [[ Raih Palu Lvl 1: Teleportasi ke posisi Palu Keadilan. Mendapatkan 5 poin status pada Kelincahan selama 1 detik. ]] [[ HP: 83/90 (Melemah) (Asli: 300)]] [[ Energi: 0/30 ]] [[ Tekad: 18/150]] Artin mendapatkan satu tambahan poin status setelah berhasil naik level. Artin juga mendapatkan satu keahlian untuk Palu Keadilan. Da
[[ Serigala Mutan (Elite) Lvl 15]] [[ HP: 5000/5000 ]] ARH-WOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO Serigala Mutan Elite sekali lagi melolong, dan beberapa lainnya mengikuti, melompat dan perlahan berjalan dibelakang serigala terbesar. Mereka melolong serempak, levelnya bervariasi dari tiga hingga 15. Kali ini posisi Artin benar-benar terjebak, setelah itu waktu terasa berjalan sangat lambat. Dia berpikir keras bagaimana agar bisa lolos dari bahaya yang sedang dia hadapi. Menerobos tembok untuk lari dari arah lain bukanlah pilihan yang tepat, dia tidak punya banyak waktu. Artin tidak bisa berpikir jernih, dia segera membuka pintu, dan di depannya terlihat serigala ukuran normal menunggu. Mata merah serigala itu menatap tajam ke
‘Palu Keadilan?’ [Tentu! Siapa lagi?] 'Kamu bisa bicara dari awal? Mengapa baru sekarang?' [Karena aku benci melihat orang lemah sepertimu] 'Lalu apa yang bisa aku lakukan?' [Maksud kamu? Kamu beruntung mendapatkanku!] ‘Beruntung?’ Artin merasa ingin mengeluh. Keberuntungan macam apa yang membuatnya tidak bisa mengangkat senjatanya sendiri? Keberuntungan macam apa yang membuatnya hanya bisa menggunakan kemampuan yang dimilikinya dalam hitungan jari? [Kamu akan tahu jika melihat nama yang disematkan padaku!]
Entah sudah berapa lama Artin tertidur, matanya perlahan terbuka, energi di tubuhnya sudah pulih, meski masih merasakan sakit di beberapa bagian. [[ Anda telah membunuh Serigala Mutan Lvl. 5 ]] [[ Anda telah membunuh Serigala Mutan (Elite) Lvl. 15 ]] [[ … ]] [[ Anda telah menerima ‘Kristal Serigala Mutan (Tingkat Ungu)’ ]] [[ Anda telah menerima ‘Kristal Serigala Mutan (Tingkat Nila)’ ]] [[ .. ]] [[ Anda telah menerima ‘Celana Tanpa Beban Dari Pemburu Senyap (Tingkat Ungu)’ ]] [[ Anda telah menerima ‘Helm Tanpa Beban Dari Pemburu Senyap (Tingkat N
[[ Palu Keadilan (Tipe Pertumbuhan) Level 13]] [[ Kekuatan: +18 ]] [[ Stamina: +5 ]] [[ Serangan: +720 ]] [[ Berat: 1620 ]] [[ KEAHLIAN ]] [[ Gunakan: Keluarkan dan gunakan Palu Keadilan dari Penyimpanan Waktu Proses: 1 detik ]] [[ Lepaskan: Lepaskan dan segera kembalikan Palu Keadilan ke Penyimpanan Waktu Proses: 1 detik ]] [[ Lempar Palu Lvl 1: Lempar Palu Keadilan ke arah tertentu dan terapkan penambahan 120% pada kerusakan serangan ]]
Gadis itu meninggalkan ruangan dan meminta Artin untuk mengikutinya setelah menyelesaikan urusannya. Artin telah bertindak konyol dan merasa sangat malu dengan apa yang telah terjadi. Saking senangnya dia menerima semua hadiah yang dia dapatkan, hingga membuatnya lupa jika masih dalam kondisi telanjang. Artin segera mengenakan pakaian yang sudah disiapkan, kaos dan celana pendek. Ukurannya memang agak besar untuk tubuh Artin, tapi dia tidak punya pilihan lain mengingat semua item yang dia masukkan ke dalam Penyimpanan-nya tidak bisa lagi dia temukan. Kemungkinan besar barang-barang Artin terdorong keluar saat Artin mendapatkan item yang dijatuhkan dari membunuh monster. Artin keluar dari kamar, dan menjelajahi ruangan menuju tangga yang menuju ke sebuah ruangan cukup luas yang sepertinya bisa menampung selusin orang.
“Duhhh menurutmu serangan kemarin bisa sukses karena siapa? Bayangkan jika kamu tidak membunuh mereka sekaligus, akan ada lebih banyak korban." “Serangan kemarin, aku tidak bisa melakukannya setiap saat. Semacam, ada harga tinggi yang harus aku bayar untuk menebusnya. ” Artin memikirkan konsekuensi dari hak istimewa yang dia dapatkan saat itu, menukar setengah dari total Poin Status yang dia miliki. Semakin tinggi level Artin, semakin besar pengaruh yang akan dia terima untuk hanya dapat menggunakan satu Keahlian sekali pakai. Bagaimana jika monster yang datang lebih kuat dari monster yang Artin hadapi saat itu. Memikirkan semua ini membuat kepala Artin pusing. 'Aku rindu hidupku yang membosankan' “Jadi begini, aku tahu ini bukan game. Tapi sistem yang kita terim
Artin terdiam mendengar pernyataan Laila, tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Artin memandang Laila, dari penampilannya yang ceria dan tegas, Artin bisa merasakan bahwa Laila memiliki kepribadian yang cukup kuat. “Ayahku meninggal pada serangan meteor terakhir. Karena itu, aku punya cukup alasan untuk bertarung.” Laila melanjutkan, kemudian tersenyum pada Artin. Di balik senyuman itu, Artin merasakan kesedihan di hati Laila. Bahkan Artin sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana jika hal yang sama terjadi padanya. Artin mengangguk, lalu mencoba mengaktifkan Keahlian barunya. “Buat Kontrak Dengan Pemain Laila.” [[ Buat kontrak dengan Pemain Laila Lvl 2 ]]
Setelah mengetahui bahwa orang yang mencari Artin adalah Teddy, Laila memutuskan untuk menunggu di luar sementara Artin mengikuti kemana pria militer itu membawanya. Di lantai tertinggi, sebuah ruangan dengan dua pintu kayu terbuka ketika Artin berada tepat di depannya. Pria militer yang menemaninya mempersilahkan Artin untuk masuk. Sebuah ruangan dengan sofa dan meja kaca di tengah, juga beberapa meja dengan kursi serta seperangkat komputer di sisi lain. “Halo, Artin. Mari, silakan duduk.” Artin berjalan mendekat dan duduk berseberangan dengan Teddy. Dalam kondisi selarut ini, dia masih menggunakan seragam militer yang biasa dia kenakan. Apakah semua orang dari militer bekerja 24 jam? Atau hanya karena keadaan darurat yan
“Aku bisa mengontrol kecepatan tumbuh tanaman rambat.” Dan coba jelaskan jenis kekuatan yang dia miliki.Artin menganggukkan kepalanya pada jawaban dari anak laki-laki itu. Seperti yang dia duga, Dan adalah orang yang sama yang datang untuk menyerangnya saat itu.'Jika memang orang yang sama, apakah dia hanya berpura-pura tidak ingat apa yang terjadi?'Artin berusaha menyembunyikan rasa penasarannya. Dia akan mencoba mencari cara lain untuk mengorek informasi dari bocah itu. Salah satu dari lima, seorang gadis berambut perak seusia Dan, tampaknya memiliki kemampuan telepati dan cukup tahu tentang apa yang terjadi. Mungkin Artin bisa mengetahui siapa lawannya jika berhasil menemukan gadis itu.“Kekuatan yang cukup menarik, Dan. Bisakah kamu menggunakan kekuatanmu untuk mengunci pergerakan lawan?"
Tempat yang sedang Artin datangi adalah sebuah kubah besar dengan beberapa lantai, kamar dan ruangan besar di tengahnya. Tempat itu menjadi salah satu pusat penampungan bagi korban serangan monster. Ada beberapa Player dari militer yang juga menjaga area tersebut. Salah satu dari mereka berjalan memberi salam saat Artin dan Laila mendekati gerbang masuk. Seorang pria dengan pakaian militer mengangkat dan melambaikan tangannya. "Hai, Artin. Aku bersamamu dalam serangan terakhir beberapa hari yang lalu." Artin menundukkan kepalanya. "Aku mendapat izin dari Teddy untuk masuk ke dalam." Pria di hadapan mereka menoleh ke Laila yang berdiri di samping Artin, menggandeng tangannya.
Beberapa hari setelah pertarungan dengan Beastmaster berlalu dengan cukup damai. Tidak ada serangan apapun yang datang pada malam hari atau siang hari. Meski begitu, Artin dan Laila tetap rutin bersiaga, terutama di malam hari. Tentu saja, tugas mereka kali ini menjadi lebih mudah karena dukungan Fang, yang juga tanpa lelah berkeliling di sekitar rumah Laila. Sebuah portal berbentuk lingkaran kembali muncul mengambang di langit. Namun bedanya, kali ini tidak hanya ada satu, melainkan puluhan. Itu sebabnya militer dan beberapa Guild besar juga telah membagi kekuatan mereka secara merata untuk menangkal kemungkinan yang akan terjadi. Artin menyandarkan tubuhnya ke sofa besar di ruang utama rumah Laila. Malam itu, dia kembali bersiap untuk melakukan jadwal jaga seperti malam-malam sebelumnya. Awalnya, sulit untuk mengubah jam tidur dari malam ke siang, namun perlahan akhirn
Artin membaringkan tubuhnya di atas batu besar, yang setengahnya terendam di tepian danau. Suara serangga terdengar saling bersahutan. Dan angin yang bertiup dari permukaan danau berulang kali menghembuskan aroma kesegaran, membuat ketenangan yang coba Artin cari dengan segera terwujud di dalam dirinya.Suara percikan air, terdengar. Setelah beberapa saat Laila membenamkan dirinya, di badan besar danau yang memantulkan cahaya bulan dengan sempurna malam itu.Artin masih memastikan mereka aman dengan meminta Fang untuk terus berkeliling dan menyisir area di sekitar mereka.“Kakak…”Beberapa percikan air mengenai wajah Artin. Tetesan air yang segera berlomba antara membeku atau mengering diterpa angin. Artin terbangun dari lamunannya, menyadari bahwa akhirnya, Laila mencoba berinteraksi kembali deng
Mereka, anggota Beastmaster, tampak bersikeras dengan niat mereka. Mereka tidak akan mundur sedikit pun sampai mencapai apa yang mereka inginkan. Membawa orang sebanyak ini padahal targetnya hanya dua orang. Laila sudah mencapai batasnya. Pertarungan lain yang dia lakukan akan benar-benar membahayakan nyawanya. Sedangkan, Artin yakin bahwa mereka tidak akan mundur sedikit pun setelah mengetahui, dua dari rekan mereka juga telah kehilangan nyawanya di tangan Laila. "Laila, bisakah kamu pergi menyelamatkan diri?” Artin mencoba berbisik pada Laila yang berlutut di belakangnya. Laila telah melakukan pertarungan dengan tiga orang sekaligus. Ia mampu bertahan hingga saat ini saja sudah merupakan prestasi yang cukup membanggakan. Artin bukan tidak memercayai Laila, tapi tentu saja, ada batas
"Sekali lagi, jangan mendekat kecuali aku meminta!"Laila berteriak, lalu meremas alat kecil di tangannya. Perhatiannya kembali pada dua orang yang berada tak jauh darinya. Laila panik dengan apa yang baru saja terjadi, tapi ada hal lain yang perlu dia khawatirkan kali ini, yaitu dua orang yang sedang dia hadapi.'Kenapa aku harus mendapatkan kekuatan ini? Meskipun, pada awalnya, aku pikir kucing itu lucu. Tapi tidak seperti ini!!!'Laila berulang kali membayangkan apa yang akan terjadi padanya jika bulu-bulu di tubuhnya tetap ada bahkan setelah pertempuran usai. Selain itu, dia juga tidak akan percaya diri bertarung di depan siapa pun jika harus melakukannya dengan bentuk barunya.'Apa yang harus aku lakukan. Ini sangat memalukan. Apakah aku masih bisa kembali ke bentuk asliku?’
Sepasang sayap transparan mengepak cepat. Tubuh Laila terlempar ke udara, menukik ke bawah dan jatuh kembali ke tanah dengan berlutut. Laila berhasil menghindari serangan pria dengan tangan reptil itu. Laila berdiri, memasang kuda-kuda, mengepalkan tinjunya. Matanya menatap tajam ke tiga orang yang berdiri tidak jauh darinya. “Kakak, tolong benar-benar beri aku kesempatan kali ini. Biarkan aku menyelesaikan ini sendiri.” Laila berbicara kepada Artin melalui alat komunikasi di telinganya. Sejauh ini, lawan yang dihadapi Laila tampak lebih kuat dari yang dia duga. Namun kali ini, Laila bertekad untuk membuktikan dirinya. Dia tidak bisa bergantung pada Artin selamanya. [Oke, bagaimana dengan Fang? Oke. Aku percaya kamu]
Sayap transparan yang mengepak di sekitar kepala Laila membuat tubuhnya terbang cepat menembus angin. Bahkan cahaya bulan pun tidak bisa menangkap bayangannya. Kedua telapak tangannya mengepal dan meremas dengan kukunya yang membuat luka di telapak tangannya. Bekas luka yang biasanya ditimbulkan oleh pisau yang dia gunakan dalam pertempuran telah benar-benar membuat Laila mati rasa dengan sensasi perih yang dia rasakan."Mereka benar-benar membuatku kesal."Laila telah berusaha sekeras mungkin menahan diri, bahkan ketika mereka dengan sengaja mengeroyok Artin malam sebelumnya. Laila telah menyimpan perasaan gelisah di hatinya, yang kali ini tidak lagi sanggup dia tahan.'Aku akan memastikan mereka merasakan sakit yang tidak akan bisa terlupakan hingga jiwa mereka meninggalkan tubuhnya.’Laila masih ingat denga