Share

Teror Mantan
Teror Mantan
Author: Arsyla Adiba

Part 1

Author: Arsyla Adiba
last update Last Updated: 2022-04-20 13:37:17

Di sebrang rumah Laura terlihat ramai oleh orang-orang yang sedang mengangkut barang-barang untuk menempati rumah tante Laura yang sudah kosong selama sebulan ini.

Konsentrasi belajar Laura terganggu sedari tadi akibat suara tukang angkut yang terus berteriak, apalagi sekarang di tambah suara nyanyian melengkik dari seorang pria yang berdiri di atas kap mobil barang sambil memetikan gitarnya.

Laura menggeram marah, dan berjalan ke arah jendela lalu membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua, dengan raut wajah yang sudah memerah.

Mata Laura melebar, mulutnya mengangak ketika mengenali pria yang sudah membuatnya kesal itu, pria itu lantas melambaikan tangannya ke arah Laura dan tersenyum lebar sampai memperlihatkan giginya.

"Hai Mantan," teriak pria yang berdiri di atas kap mobil itu.

"Gila yah lo, siang bolong gini berisik di depan rumah orang," teriak Laura marah.

"Gak usah marah-marah mantan! makin cakep tau," goda pria itu sambil mengedipkan sebelah matanya.

Mendengar godaan pria yang berdiri di atas kap mobil, Laura langsung pura-pura muntah, "Ngapain sih lo di situ?" sewot Laura.

"Kenalin gue Alex Xander Desmon bakal jadi tetangga baru lo, sekaligus mantan terindah Laura Varista Safa," ucapnya sambil tersenyum lebar.

"Apa," teriak Laura tak percaya.

Apa Laura salah dengar? Tapi sepertinya tidak.

Laura berlari menuruni tangga, menemui bundanya-Sinta yang sedang memasak di dapur untuk memastikan ucapan Alex itu benar atau tidak.

"Bunda," teriak Laura.

"Kenapa?" jawab Sinta sambil melirik putri satu-satunya.

"Bunda kenapa gak bilang, kalau yang mau nempatin rumah di sebrang itu Alex," kesal Laura.

"Bunda di suruh Alex buat gak ngomong sama kamu, biar suprise katanya," jelas Sinta pada Laura.

"Tapi Bun,"

"Emangnya kenapa sih Ra, karena dia mantan kamu, terus kamu gak mau berteman lagi sama dia, gitu?"

Sinta memang sudah tau hubungan Laura dan Alex, bahkan Alex sering main ke sini dulu, ketika mereka belum resmi putus, tapi sekarang entah masalah apa yang membuat mereka berdua atau lebih tepatnya Laura memutuskan hubungan.

"Ah bunda mah gak ngerti sih," rekeng Laura.

"Dia anaknya baik kok, siapa tau kalian bisa balikan," ucap Sinta tersenyum menggoda.

"Balikan! sama mahluk aneh itu, ogah," tolak Laura cepat.

"Aneh gimana, dia anaknya baik kok," ucap Sinta sambil melanjutkan aktivitas memasaknya.

"Pokonya Laura gak setuju yang beli rumah tante Mia mahluk aneh itu," protes Laura.

"Loh gak bisa gitu dong! keluarga mereka udah bayar lunas, tante Mia juga udah setuju," jelas Sinta.

"Pokonya Laura gak setuju, titik," teriak Laura marah sambil menghentakan kakinya ke lantai, lalu berlari kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua.

•••••

Pagi telah tiba Laura sudah siap dengan seragam SMA-nya, ia menuruni tangga dengan perasaan dongkol karena sejak tadi subuh Alex terus mengiriminya pesan, meminta Laura agar mau di antarakan sekolah olehnya, tentu saja Laura menolak mentah-mentah tawaran Alex lagi pula sekolah Alex berbeda arah dengan sekolah Laura.

Laura mematikan ponselnya dan memasukanya ke dalam tas sekolah, moodnya sudah ruksak sejak kemarin di tambah pagi tadi terus di kirim pesan tak penting oleh Alex yang membuatnya moodnya semakin kacau.

Bisa saja Laura mengganti nomornya atau memblorkir nomor Alex, tapi percuma! sudah puluhan kali ia ganti kartu dan juga memblokir nomor Alex tapi tetap saja mahluk itu selalu bisa mendapatkan nomor baru Laura.

Laura duduk di meja makan yang sudah ada Sinta yang sedang membuatkan susu coklat kesukaan Laura, sementara ayahnya jarang ada di rumah karena sering berpergian ke luar kota atau negeri untuk urusan pekerjaan.

"Morning," sapa Sinta hangat.

"Hm," jawab Laura seadanya sambil mengucah sandwih yang sudah tersedia.

Sinta menatap Laura dengan kening yang berkerut.

"Tumben biasanya gak bisa diem," sindir Sinta.

Laura mendelikan matanya dan menatap Sinta malas.

"Bun, Laura lagi gak mood, gak usah mulai deh," ucap Laura masam.

"Kenapa sih anak bunda yang cantik ini?" goda Sinta sambil mencolek pipi Laura.

"Bun," rengek Laura.

Tok tok tok.

"Siapa?" monolog bunda.

Laura mengidikan bahunya acuh dan kembali melanjutkan sarapan.

Sinta berdiri dari duduknya dan berjalan ke luar dapur untuk membukan pintu.

Tak lama Sinta kembali ke dapur, di ikuti oleh seseorang di belakangnya.

"Hay mantan," sapa seseorang di belakang Laura dengan senyum lebarnya.

Laura langusng menoleh dan menatap Alex dengan tak suka.

"Udah sarapan aja gak usah banyak protes," ucap Sinta saat Laura akan membuka mulutnya untuk protes.

Laura menatap sinta dongkol, dan melanjutkan sarapannya dengan sangat terpaksa.

Sementara Alex langsung mengambil tempat duduk tepat di hadapan Laura dengan senyum lebarnya yang terlihat menyebalkan bagi Laura.

Laura menatap sinis Alex, sementara yang di tatap tetap menampilkan senyum bodohnya,

Tak tahan dengan Alex yang terus memperhatikannya, Laura mengebrek meja makan dengan kuat sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

"Bisa gak sih lo pergi dari rumah gue," ucap Laura ketus sambil menunjuk Alex dengan jari telunjuknya.

"Laura," bentak Sinta tak suka.

"Kamu ini apa-apaan sih," marah Sinta.

"Lagian bunda, kenapa sih suruh ni orang masuk segala," ketus Laura.

"Bukannya Alex mau nganterin kamu, makannya bunda suruh masuk," ucap Sinta enteng.

"Hah," beo Laura.

"kan udah aku bilang tadi di pesan aku mau nganterin kamu," ucap Alex dengan logat yang di lembutkan membuat Laura bergidik jijik.

"Stop pake aku kamu, dan gue gak mau di anter sama lo," teriak Laura marah sambil mengambil tasnya dan berjalan ke luar rumah dengan kaki yang di hentakan ke lantai.

"Dasar tuh anak," ucap Sinta geleng-geleng kepala melihat Laura yang sudah menghilang dari pandangannya.

"Kalau gitu, Alex pamit yah bun," ucap Alex sambil salim pada Sinta, yang di panggil bunda karena memamng kebiasaan sejak pacaran dengan Laura dulu.

"Yaudah, hati-hati di jalannya,"

Alex bergegas berjalan ke luar rumah, untung saja Laura masih ada di depan rumah sedang memakai sepatu.

"Ra," panggil Alex dan Ezra secara bersamaan.

Ezra Michel Austin teman sekola Laura dan sedang dekat dekatnya dengan Laura akhir-akhir ini.

Laura langsung menoleh ke arah mereka berdua, termasuk Alex yang langsung menatap pria tersebut dengan kening berkerut.

"Aku anter yah Ra," ucap Ezra.

"Gak boleh, gue yang bakal nganterin Laura," sanggah Alex cepat.

"Lo siapa?" tanya Erza.

"Gue," tunjuk Alex pada dirinya sendiri.

"Lo gak perlu tau siapa gue, yang pasti Laura gue yang anter, " jawab Alex lugas.

"Gak bisa, Laura bareng sama gue," tegas Ezra.

"Gue,"

"Gue,"

"Gue,"

"STOP," teriak Laura jengah. "Gue naik angkot aja," finalnya.

"Gak, kamu bareng Alex," ucap Sinta yang tiba-tiba datang.

"Gak mau," tolak Laura cepat.

"Yaudah kalau kamu gak mau, bunda potong uang jajan kamu minggu ini," ancam Sinta.

"Tapi bun," protes Laura.

"Yaudah kalau kamu gak mau bareng Alex,"

Laura melirik Alex yang sedang tersenyum penuh kemenangan.

"Yaudah iya," pasrah Laura.

Dari pada uang jajannya minggu ini di potong, bisa-bisa akan lama lagi ia beli novel yang sudah lama jadi incarannya.

Laura mendekati Alex yang sudah tersenyum sumringah."Kan kata aku juga apa, aku yang antar,"

"Gak usah banyak bacot, cepet jalan," ucap Laura tajam.

"Yaudah ayo naek," ucap Alex sambil memberikan helm pada Laura.

Laura memgambil helm yang di berikan Alex dan langsung memakainya, sebelum naik ke motor sport Alex.

Laura melihat ke arah Ezra yang menatap mereka dengan tampang datar, Laura memberi isyarat dengan tangannya meminta maaf pada Ezra, tak mungkin Laura meminta maaf langsung pada Ezra sementara Sinta masih memperhatikan mereka, entah apa alasannya sehingga Sinta seperti tak suka akan kehadiran Ezra.

Related chapters

  • Teror Mantan   Part 2

    Di sepanjang perjalanan Alex terus saja mengoceh hal yang tak penting membuat Laura pusing mendengar ocehannya. "Bisa gak sih diem!" teriak Laura yang kehabisan kesabaran sambil memukul keras bahu Alex. "Aww," teriak Alex kesakitan. "Yah abisnya kamu diem aja," balas Alex sambil mengusap bahunya bekas pukulan laura yang cukup sakit. "Berhenti!"perintah Laura. "Kenapa? belum sampaikan," tanya Alex heran. "Gue bilang berhenti," teriak Laura tepat di sebelah telingga Alex. Repleks Alex menghentikan motor sprotnya karena teriakan Laura yang membuatnya kaget. "Ini belum sampai Ra," ucap Alex sambil melirik ke arah spion untuk melihat Laura yang berada di jok belakang. "Gue mau turun di si...,"Tau kelanjutan dari ucapan Laura, tanpa pikir panjang Alex langsung menancap gas. "Aakhhhh," teriak Laura saat Alex tiba-tiba melajukan motornya dengan cepat membuat Laura refleks memeluknya. "Gila yah lo," teriak Laura marah."Kenapa?

    Last Updated : 2022-04-20
  • Teror Mantan   Part 3

    Kini Laura dan Gretha sudah berada di dalam kelas dan duduk di bangkunya masing-masing, padahal sudah waktunya jam pertama di mulai tapi entah kemana gurunya itu menghilang sampai sekarang tak nampak batang hidungnya. Laura sudah bosan mendengar kegaduhan di dalam kelas akibat ulah anak-anak apalagi sang biang keroknya Rafa, di tambah sejak tadi Gretha terus merengek meminta maaf dan minta Laura untuk memeperkenalkan dia pada cowok yang telah mencium Laura padahal ciuman juga tidak."Gretta benar-benar goblok lah," monolog Laura kesal."Di bilang gue kagak ciuman," sengit Laura. "Lagian lo tolol bodoh atau idiot Gretta mana ada cewek duluan minta di cium," greget Laura tak habis pikir pada sahabatnya satu ini. "Tapi gue pengen di cium Laura," kekeh Gretta. "Sini gue cium," "Ogah, lo bau iler," tolak Gretta sambil menjulurkan lidahnya mengejek. "Mana ada bau iler gue udah mandi yah," sewot Laura tak suka di sebut bau iler. "Tapi tetap a

    Last Updated : 2022-04-20
  • Teror Mantan   Part 4

    "Gue tau Ra," pekik Gretta tiba-tiba, yang kini sedang berjalan ke arah parkiran karena jam pulang telah tiba."Tau apaan?" jawab Laura malas sambil duduk dan menyenderkan punggungnya di kursi panjang sementara Gretta malah jongkong di bawah, random banget tingakah ni bocah. "Yang nyium lo tadi pagi Alexkan," heboh Gretta. "Kata siapa?" heran Laura."Kata alex, dia yang bilang sendiri sama gue pas di kantin tadi," jelas Gretta. Laura memutar kedua matanya malas, mendengar penjelas Gretta dari Alex yang tak ada benarnya. "Setelah gue tau yang nyium lo itu Alex, lo tau Ra apa yang gue lakuin?" tanya Gretta pada Laura. "Lo pukul, tendang atau lo bunuh orangnya," tebak Laura antusias merasa Gretta sedang melindunginya. Gretta menggelengkan kepalanya cepat mendengar jawaban Laura. "Terus lo apain?" tanya laura dengan kening berkerut. "Gue minta di cium sama Alex, eh malah di toyor kepala gue sama si curut Rafa," emosi Gretta sambil men

    Last Updated : 2022-04-20
  • Teror Mantan   Part 5

    "Ra lo punya hubungan apa sama Alex," tanya Ezra yang kini tengah mengendarai motornya membelah kerumunan yang cukup padat sore ini. "Gak ada," jawab Laura malas. "Tapi dia....""Udahlah gak usah ngomongin Alex bisa," bentak Laura masam memotong perkataan Ezra. Ezra langsung membukam mulut saat mengetahui suasana hati Laura sedang berantakan terlihat dari ucapannya. Sepanjamg perjalananpun hanya ada keheningan di antara mereka berdua. Tak lama mereka telah tiba di tempat yang Ezra tuju, di tepi pantai dengan semilir angin yang menyejukan apalagi pantai dan langit yang terluhat indah di sore hari ini. Mereka berdua turun dari motor, " kenapa kita kesini," tanya Laura sambil melihat sekitar yang tak ada pengunjung satu pun."Kenapa gak suka," tanya Ezra balik."Gak bukan gitu, suka kok," ucap Laura cepat takut Ezra akan salah paham sama pertanyaannya tadi. Sebenarnya Laura sangat suka pantai tapi tubuh Laura seolah tak mendukung, kep

    Last Updated : 2022-04-20
  • Teror Mantan   Part 6

    Laura mengerjakapan mata dan melihat sekeliling yang sudah gelap, ia bangun dan melihat jam ternyata sudah pukul 8 malam.Laura bangun dari tidurnya, menyalakan lampu dan menutup jendela kamar dan pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi Laura bergegas ke luar kamar dan melihat keadaan di sekitar rumah yang sama gelapnya, dia mengerutkan keningnya bingung. Laura menyalakan lampu di semua ruangan sambil menutup semua jemdela. "Bun, bunda," panggil Laura. Merasa tak ada jawaban, Laura pergi ke kamar bunda.Laura membuka pintu kamar Sinta, kosong tak ada Sinta bahkan lampu kamar pun sama belum nyala. Laura berjalan masuk dan menutup jendela menyalakan lampu."Bunda," panggil Laura. "Bunda, di mana Laura takut sendirian," teriak Laura lagi. Merasa ada yang tak beres Laura berlari menaiki tangga kembali ke kamarnya dan mengambil ponselnya yang tergeletak. Laura mengotak ngatik ponselnya dengan nafas yang tak beraturan karena

    Last Updated : 2022-04-20
  • Teror Mantan   Part 7

    Sejak tadi Laura hanya memperhatikan Alex yang terus saja merokok, sudah berapa batang yang Alex hisap tapi sepertinya Alex sudah kencanduan oleh benda itu."Lo bisa gak sih berhenti ngerokok," ucap Laura."Kenapa?" ucap Alex sambil memperhatikan Laura yang kini menatapnya dengan tatapan tak suka."Lo gak sayang sama badan lo?""Gue lebih sayang lo Laura," ucap Alex lembut."Kalau lo gak suka liat gue ngerokok, ada syaratnya," ucap Alex lagi."Apa?" tanya Laura."Kita balikan," ucap Alex serius."Gak," tolak Laura cepat.Alex mematikan rokok terakhirnya dan membuang puntungnya ke asbak yang di depan Alex.Lalu menatap lekat Laura, "Ra mau sebanyak apa pun kamu nolak aku dan nyuruh aku menjauh dari kamu, aku gak pergi Ra, karena aku yakin di hati kamu masih ada aku," ucap Alex dengan pedenya.Laura memalingkan mukanya tak mau melihat Alex. "Oh iya Ucul gimana keadannya sekarang?" tanya Alex menganti topik pembicaraan."Dia baik," jawab Laura malas."Aku boleh liat, di mana di sekarang?

    Last Updated : 2022-04-26
  • Teror Mantan   Part 8

    Laura sejak tadi terus mencari Alex yang entah di mana keberadaannya, selain untuk meminta uang jajan yang bunda titipkan padanya, Laura juga ingin memarahi Alex yang tak memberitahunya tentang handuk yang masih melilit di kepala Laura.Pelajaran pertama dan kedua bebas karena rapat yang di adakan dadakan, membuat sekolah kini ramai oleh anak-anak yang berlalu lalang.Laura berjalan cepat ketika melihat Alex tengah berada di sisi lapang basket berkumpul dengan anak cowok yang lainnya.Laura melepaskan sebelah sepatunya dan hap tepat sasaran"Aww," ringis Alex."Siapa yang berani lempar gue pake sepatu?" bentak Alex marah, yang membuat suasana lapangan yang tadi riuh seketika sunyi."Gue yang lempar," teriak Laura lantang sambil berjalan maju tanpa menggunakan sepatu sebelah."Eh mantan," ucap Alex nyengir, wajahnya yang tadi marah langsung terlihat berseri-seri ketika melihat Laura yang kini sedang berkacak pinggang."Balikin sepatu gue," pinta Laura galak.Alex melemparkan sepatu Lau

    Last Updated : 2022-05-12
  • Teror Mantan   Part 9

    "Alex, Alex," teriak Farel sambil berlari terpogoh-pogoh menghampiri Alex yang sedang duduk anteng di atas motornya sedang bermain ponsel."Apa?" tanya Alex acuh tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel."Itu..," ucapnya."Itu ....Laura ...uks," ucapnya terbata-bata."Itu apa? Laura kenapa?," tanya Alex."Laura..," ucapnya panik."Iya Laura kenapa? Bicara yang bener! Mau gue tonjok lo," ucap Alex tak sabaran."Laura pingsan," ucap Farel Lantang.Tanpa basa-basi Alex berlari ke arah ruang uks, dan membuka kencang pintu uks sehingga menimbulkan suara yang kencang.Brak.Laura dan Gretta yang sedang di dalm uks terperajat karena suara bising pintu.Alex menatap lekat Laura dengan napasnya yang ngos-ngosan."Katanya lo pingsan? Kok ini kagak? Tanya Alex heran sambil menetralkan nafasnya."Gue udah siuman," ketus Laura."Cepet banget siumannya," keluh Alex."Emangnya kenapa Lex?" tanya Gretta."Gak bisa moduslah," masamnya."Modus gimana?" tanya Gretta yang masih belum paham."Grepe-

    Last Updated : 2022-05-13

Latest chapter

  • Teror Mantan   Bab 68

    "Tapi bunda siapa dalang dari penculikan Laura?" Tanya Laura setelah beberapa saat terdiam, ia baru saja ingat jika ia belum mengetahui siapa orang tersebut, kenapa ia sampai bisa melakukan hal keji tersebut padaku, apakah aku pernah punya salah sampai dia melakukan hal tersebut?Anita dan Sinta saling tatap dalam Diam, mereka saling mengalihkan tatapannya dari Laura dengan raut wajah yang bingung."Kenapa bun?" Tanya Laura dengan kening berkerut, "Jangan menutupi apapun dari ku, Laura juga berhak tahu siapa dalangnya!" Lirih Laura dengan mata yang mengiba dan berkaca-kaca."Jangan karena rasa sayang kalian pada Laura, bunda dan momy menutupi hal ini," lanjut Laura lagi sambil melihat ke arah Sinta dan Anita secara bergantian."Bunda dan momy cuman gak tega ngeliat kamu terluka lagi," Sinta dan Anita berjalan mendekat ke arah Laura."Laura lebih terluka jika bunda dan momy menutupi hal ini dari Laura," aku melihat ke arah bunda yang melihat ku dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran

  • Teror Mantan   Bab 67

    "Syukurlah jika dalang dari semua masalah ini sudah tertangkap, aku sangat lega," Sinta tersenyum lega setelah menerima kabar tersebut dari Dimas lewat telepon, ia tak henti-hentinya tersenyum senang sambil berjalan dengan riang, menelusuri lorong rumah sakit, yah sinta baru saja sampai ke rumah sakit untuk melihat Laura."Mereka pasti akan akan bahagia jika aku beritahu kabar ini," Sinta tersenyum membayangkan wajah bahagia Laura dan Anita nanti.Beberapa menit kemudian, Sinta sudah berdiri di depan ointu kamar inap Laura.Tok tok tokLalu membuka pintu kamar tersebut, terlihat di sana ada Anita Laura yang sedang berbaring dan juga Rio yang sedang bersiap-siap dengan tergesa-gesa seperti akan pergi."Mau kemana?" Tanya Sinta sambil melihat ke arah Rio lalu ke arah Anita."Kami dapat kabar bahwa dalang dari kejadian Laura sudah di tangkap tadi,""Jadi mas Rio akan pergi ke kantor polisi sekarang," jawab Anita dengan wajah yang terlihat lega."Aku pergi dulu yah," pamit Rio lalu pergi

  • Teror Mantan   Bab 66

    Pov Bianca"Sialan di mana Ezra?" Teriak ku sambil melihat ke sudut ruangan di mana iya menyekap Ezra, tapi tak ada siapapun di sini."Di mana dia Hans?" Tanya Ku pada Hans yang berdiri di belakang ku sambil memegang kursi roda karena dia yang mendorong ku ke ruangan di mana Ezra berada.Tak ada jawaban dari Hans, yang ada hanya teriakan dia memanggil anak buahnya yang berjaga semalam di sini."Iya bos ada apa?" Jawab dua orang anak buah Hans yang datang dengan nafas tak beraturan seperti habis berlari."Kalian dari mana saja?" Bentak Hans."Gue bayar kalian buat ngejagain satu bocah doang, lo berdua kagak becus," lanjut Hans lagi.Sementara Boby dan Pian hanya busa menundukan kepalanya yak berani melihat ke arah Hans yang terlihat seram sekali ketika marah."Jawab, lo berdua kagak budeg kan," teriak Hans murka, karena belum mendapat jawaban dari mereka berdua."Ma...af bos," jawab Boby dengan terbata-bata."Anjing lo pada," maki Hans.Bugh bugh bughHans melayangkan pukulan pada mere

  • Teror Mantan   Bab 65

    Sesampainya di depqn kantor polisi Pak tua yang bernama Udin Itu menghentikan motornya, "Berhenti di sana saja yah, motor saya bodong takut di ambil," ucap Udin tersebut sambil melihat dengan waspada ke arah pintu kantor polisi yang terasa sepi."Yasudah pak, gak papa," ucap Ezra sambil turun dari motornya."Saya pamit yah," ucap Udin sambil melajukan motornya dengan cepat meninggalkan kantor polisi dan juga Ezra yang menatap kepergian Udin tanpa ekspresi.Dengan langkah gontai karena Ezra masih merasa lemas pada tubuhnya meskipun di jalan tadi ia sempat istirahat di rumah makan sekedar menghilangkan lapar dan dahaga sejak semalam, tapi tenaganya memang belum pulih sepenuhnya.Ezra sedikit takut melangkah ke dalam kantor polisi karena ini tempat ia awal di tahan karena kasus Laura, yah Ezra sengaja menyuruh Udin agar mengantarkannya langsung ke sini ia ingin menebus semua kesalahannya termasuk membebaskan adik dan juga ibunya yang di tahan oleh mereka untuk menakut-nakutu Ezra.Ezra m

  • Teror Mantan   Bab 64

    ''Tentang Ibu Mirna dan Lala yang di bawa ke sini tanpa sepengatahuan saya, saya minta maaf sebelumnya Fatan,'' ucap Dimas yang merasa sedikit tak enak hati, pada Fatan atau membuat dia berpikiran yang bukan-bukan tentang Dimas sejak awal karena membiarkan Rafa yang mengurus hal ini, padahal Dimas memang tidak tahu sejak awal.''Aku pun sama merasa heran waktu Rafa bawa mereka ke sini apalagi dengan kondisi ibu Mirna yang kurang stabil, juga dengan Lala yang membuat saya cemas jika ia tinggal di sini dengan kondisi di panti jompo yang kaya gini membuat mental dia juga tidak sehat,''''Aku sudah bilang dari awal untuk membiarkan polisi yang menanangani masalah ini, tapi dia dan anak mu itu sangat keras kepala,'' ucap Fatan sambil menggelengkan kepala, mengingat percakapan mereka bertiga beberapa hari yang lalu.''Tapi aku bersyukur mereka berdua akan pergi dari panti jompo ini,'' ucap Fatan yang merasa lega, bukan apa-apa tapi dengan kondisi Mirna yang kurang stabil ia takut para lansi

  • Teror Mantan   Bab 63

    Pov Alex"Sorry Ra aku gak ada niat untuk buat kamu sedih lagi kayak tadi," ucap ku lirih sambil berjalan di lorong rumah sakit, perasaan bersalah kian membuncah aku tak mengira jika lelucon ku akan membuat Laura histeris kembali."Gue bener-bener bodoh, harusnya gue bisa jaga ucapan gue sama Laura, apalagi gerak-gerik Laura yang seakan memang menghindar dari gue," ucapku sendiri yang kini sudah sampai parkiran rumah sakit tempat motorku di parkirakan."Gue harus nyelesaikan masalah ini secepatnya," tekad ku kuat, aku yakin jika masalah ini akan cepat selesai termasuk cepat juga Laura sembuhnya.Aku meronggoh saku celana di mana ponsel ku letakan di sana, dengan lincah aku mengutak-ngetik ponsel ku."Lo di mana?" Tanya Ku to the point setelah panggilan tersambung."Apaan sih Lex! Gue baru bangun elah," kesal Rafa di ujung telepon."Kebo lo, matahari udah naek lo masih tidur, cepet siap-siap kita ketemuan di panti jompo sekarang juga," ucap ku."Sekarang Lex," tanya Rafa memastikan."

  • Teror Mantan   Bab 62

    Pov AlexAlex berjalan di belakang Anita yang melangkah dengan riang sambil membawa totebag yang entah berisi apa? Alex berbaik hati membawakan totebag tersebut tapi malah kena marah Anita."Sebenarnya apa isi totebag tersebut sih? Apa jangan-jangan bom," Batin Alex berucap penuh curiga sambil terus memperhatikan totebag tersebut."Ah gak mungkin," elak Alex sambil menggelengkan kepalanya kiri dan ke kanan "Ngapain juga emak gue bawain bom ke rumah sakit, mau jadi teroris dia," lanjut Alex kembali.Plak"Awwsss," ringis Alex sakit dan terkejut, ia menatap Anita penuh tanda tanya."Kamu gak dengerin mama ngomong Lex?" Tanya Anita penuh selidik.Alex terbengong seketika, "Boro-boro dengerin mama ngomong, sedari tadi gue mikirin isi dari totebag tersebut," ucap Alex yang hanya bisa terucap dalam hati, kalau sampai ia ucapkan sih bisa-bisa kena pukul plus di marahi habis-habisan."Hehehe," aku hanya tersenyum sambil memperlihatkan barisan gigi ku."Ketawa kamu?" Sentak Anita garang.Ale

  • Teror Mantan   Part 61

    "Semalam papa mengirimkan hasil video tersebut, ke sebuah nomor yang beridentitas Bianca," ucap Dimas tiba-tiba ketika kami semua sudah selesai sarapan.Alex menatap Dimas heran, "Papa punya nomor Bianca?" "Nomor ponsel hal yang mudah bagi papa, kamu tahu papa menyelidiki hal ini tidak di ketahui oleh orang banyak seperti kemarin, hanya ada papa dan beberapa orang kepercayaan papa yang sudah bekerja cukup lama," "Papa hanya merasa ada seseorang di antara rekan papa yang berkhianat mencoba menutupi apa yang mereka ketahui ke papa," ucap menerka-nerka, karena sejak beberapa hari kemarin, memang ia sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres."Jadi ada orang dalam," tanya Alex memastikan."Mungkin," jawab Dimas agak ragu."Kamu tahu, sepertinya mereka sudah melihat rekaman tersebut, dia mencoba menghubungi nomor yang pala pakai, tapi sengaja tak papa angkat agar membuat mereka ketakutan,""Kalau papa bisa tau nomor ponsel Bianca, berarti papa juga tahu keberadaan mereka semalam di mana?"

  • Teror Mantan   Part 60

    Pov Auhtor Pagi telah tiba, Laura terbangun dari tidurnya karena mendengar keributan, ia melihat ke arah kanan yang menjadi sumber keributan di sana."Ayah," ucap Laura senang, ia tersenyum lebar matanya berbinar ketika melihat pria yang sangat ia sayangi berada di sini, sejak kemarin Laura tak melihat Rio dan itu membuat Laura sangat merindukan sosok ayahnya tersebut."Kamu udah bangun sayang?" Rio berdiri dari duudknya dan melangkah mendekati Laura, sambil tersenyum senang."Ayah kapan ke sini? Laura rindu sama ayah," ucap Laura manja, lalu memeluk tubuh Rio yang sudah berdiri di sampingnya."Ayah datang malam tadi, waktu kamu udah tidur," jawab Rio, sambil mengelus kepala Laura lembut." Kenapa gak bangunin Laura?" Ucqp Laura merujuk, melepaskan pelukannya dan menatap Rio tak suka."Kamu kan udah tidur sayang, Ayah gak tega bangunin kamu," jelas Rio gemas sambil mencium pipi Laura."Bunda juga sama! gak bangunin Laura," ketus Laura sambil melihat ke arah Anita yang akan memasuki l

DMCA.com Protection Status