Share

Teror Indekos Bekas Bunuh Diri
Teror Indekos Bekas Bunuh Diri
Penulis: HyFaa

Bab 1: Penemuan Mayat

Penulis: HyFaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-12 12:39:52

"Bagaimana kejadian yang sebenarnya? Kenapa bisa-bisanya ada kasus yang seperti ini? Kalian tidak pernah memperhatikan teman kalian sendiri, kah?" tanya Tanti, perempuan pemilik indekos yang baru saja tiba di indekos miliknya itu.

Namun, saat Tanti telah tiba di indekos miliknya, sudah sangat ramai dengan banyaknya orang yang memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi.

Ditambah lagi, dengan adanya garis polisi yang membatasi kamar penemuan mayat. Tanpa ingin membuang waktu lebih banyak lagi, Tanti langsung menerobos masuk ke kerumunan orang-orang.

"Ini, Pak yang punya indekosnya," ucap salah satu warga yang memang tengah hadir dan menyaksikan.

Tanti menganggukkan kepala, memberi pertanda jika apa yang diutarakan oleh warga tersebut adalah benar. Detik itu juga Tanti langsung diinterogasi oleh pihak kepolisian, mengenai bagaimana kejadian dan juga informasi yang memang sangat dibutuhkan oleh pihak kepolisian tersebut.

Sebenarnya, sangat tak bisa dipungkiri, jika saat mendapat rentetan pertanyaan yang cukup banyak, Tanti merasa sedikit gugup dan tidak tenang.

Suasana hatinya saat ini sangat campur aduk, antara takut, kecewa, sedih, dan gagal. 

Pasalnya, ia yang memiliki indekos tersebut, tetapi bahkan ia sendiri tidak mengetahui jika ada penghuni kamarnya yang mengalami depresi. Bahkan, sampai-sampai melakukan hal untuk mempersingkat hidup.

"Ya Tuhan, mengapa jadi seperti ini?" gumam Tanti, dengan suara yang sangat lemah. Bahkan, hampir tak terdengar oleh siapa pun. Tak ada lagi air mata yang mengalir dari ujung kedua matanya itu.

Menatap nanar ke arah pintu indekos yang sudah diberi garis kepolisian, supaya tidak ada yang memasuki kawasan tersebut. Bahkan, saat ini sebagian besar penghuni kos tersebut memilih untuk menginap sementara di indekos temannya.

Manusia yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan tangan sendiri, akan selalu menyimpan kisah mistis di balik itu. Namun, Tanti akan sangat berharap jika usaha indekos yang ia miliki tidak akan terbengkalai hanya karena kasus yang tadi.

Baru saja Tanti memiliki pemikiran tentang bagaimana nasib indekos miliknya, tetapi tiba-tiba saja ia mendengar suara tangisan dari dalam kamar tersebut.

Tangisan yang sangat menyayat hati dan penuh dengan penyesalan. Tak ada kalimat apa pun, hanya tangisan saja yang terus-menerus terdengar jelas di telinga Tanti.

Tak cukup sampai di situ, kali ini suara tangisan tersebut berganti menjadi suara teriakan yang membuat Tanti langsung memutuskan untuk segera masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Kejadian yang sangat menegangkan, ditambah lagi dengan suasana mencekam, juga keheningan meliputi wilayah indekos tersebut.

"Baru aja aku memikirkan gimana nasib indekos punya aku ini, apa nanti bakalan sepi, seperti indekos yang pernah memiliki kasus serupa? Tapi ternyata udah langsung dapet hal mistis kayak gitu," gumam Tanti, ia sudah menyusun hal-hal yang bahkan belum tentu terjadi.

"Bu Tanti," panggil seorang perempuan dengan suara yang sangat lirih, tanpa adanya ketukan di pintu kamar.

Kedua bola mata Tanti langsung membulat dengan sangat sempurna, kala ia mendengar suara yang memanggil dirinya. 'Bukannya di sini cuma ada tiga orang ya? Itu pun mereka udah bilang ke aku, kalau enggak bakalan ke luar kamar karena takut?'

"Siapa?" sahut Tanti, tanpa keluar atau mendekat ke arah pintu.

Berusaha bersikap tenang dan juga berani, meskipun saat ini Tanti hanya bisa berada di balik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya tersebut.

"Saya ... Lina, Bu. Saya Lina ...." Tangisan pun kembali terdengar dengan sangat jelas.

Tangisan yang benar-benar menyayat hati, tetapi saat ini Tanti hanya berusaha untuk mengontrol dirinya sendiri, supaya tidak memiliki rasa takut yang berlebihan.

Apalagi, posisinya Tanti tengah sendiri. Mustahil sekali rasanya jika tidak ada takut yang melanda. Suara ketukan pintu kini terdengar pelan, tetapi ritmenya semakin lama semakin cepat.

Tanti saat ini hanya bisa memejamkan kedua matanya saja, dengan mulut yang terus melafadzkan asma Allah. Apa saja, yang terpenting adalah, ia yakin jika makhluk halus akan merasa panas dan akan menghilang.

Di saat keadaan Tanti saat ini tengah genting, tiba-tiba saja ponsel yang berada di genggamannya itu berbunyi. Pertanda jika ada satu pesan yang masuk.

Meskipun tangannya gemetar, tetapi jika hanya untuk membuka ponsel saja, Tanti akan usahakan itu supaya ia dapat melihat pesan dari siapa.

'Ibu baik-baik saja, kan? Soalnya tepat di depan kamar Ibu, ada Lina, Bu. Dia terbang gitu.' Tanti membaca isi pesan tersebut di dalam hati.

Pesan yang dikirim oleh salah satu penduduk indekos tersebut, yang memang sudah bilang ke dirinya, jika akan berada di dalam kamar indekos saja.

Dada Tanti tiba-tiba sesak. Wajahnya terlihat panik luar biasa.

"Arrgh!"

Bab terkait

  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 2: Semakin Mendekat

    Tanti mengerutkan kening kembali begitu melihat pesan Dinda, salah satu mahasiswa yang berada di indekos itu. Sedari tadi, perempuan itu menceritakan jika tadi ia mendengar suara tangis dari arah kamar Lina, juga suara teriakan yang menyayat hati. Meskipun begitu, tak ada yang bisa dilakukan oleh Dinda, karena ia tidak ingin mengambil resiko jika sampai arwah dari teman indekosnya itu justru akan menghantuinya. Di akhir pesan yang dikirim juga, Dinda mengutarakan kalimat maaf, jika ia tidak bisa untuk melakukan apa-apa. Seperti menolong Tanti, karena rasa takut juga sudah sangat menyelimuti Dinda saat ini. "Bu ... tolongin Lina. Lina enggak mau kayak gini, Lina nyesel, Bu. Harusnya Lina masih hidup dan bisa ketawa-ketawa," lirih Lina tiba-tiba, hingga mengalihkan fokus Tanti secara mendadak. "Maafin Ibu Lina, tapi kita udah beda dunia dan Ibu juga takut jika harus keluar dari kamar buat ketemu sama kamu," gumam Tanti, dengan suara yang cukup pelan. Bertepatan dengan jawaban dar

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 3: Ada Apa?

    Dinda tak ingin semakin membuang waktunya untuk tetap terus berada di indekos tersebut, dengan segera saja tangan sebelah kanannya merogoh saku celana, lalu meraih ponsel yang ia punya. Menghubungi nomor dari salah satu temannya yang memang sudah dekat.Ia berharap banyak jika temannya itu akan mau menampung dirinya untuk sementara waktu saja, Dinda sangat yakin, jika ia pasti tidak akan bisa tenang tinggal di indekos tersebut. "Halo, Mel, aku mau minta tolong sesuatu ke kamu, boleh atau enggak?" tanya Dinda, basa-basi terlebih dulu, tidak langsing ke dalam inti pembicaraan, karena memang sungguh rasanya sangat tak enak sekali. Sedikit malu dan juga merasa pasti akan sangat mengganggu. Namun, karena rasa takut dan juga khawatir akan apa yang ia alami nanti malam, dan Dinda juga tak ingin jika nasibnya akan sama sepeti Tanti. "Iya, Din, kenapa ya? Kamu mau minta tolong apa? Kok suara kamu kayak yang lagi ga tenang gitu sih?" sahut Amel, teman Dinda yang ternyata langsung peka dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13
  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 4: Hal Janggal

    "Kamu enggak kenapa-kenapa kan, Din?" Pertanyaan Amel memecah keheningan di antara mereka berdua, pasalnya memang sedari tadi Amel sudah merasa sangat penasaran. Namun, Dinda tak kunjung membuka suara, untuk dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. "Alhamdulillah, aku enggak kenapa-napa kok, tapi ibu kos aku, Mel." Jawaban yang diutarakan oleh Dinda barusan menggunakan nada bicara yang sangat lemah. Hal itu tentu saja membuat Amel merasa sangat aneh, tetapi ia hanya bisa memastikan temannya itu lewat kaca spion motornya saja. Sebenarnya, ia terkejut dengan jawaban tadi, tetapi Amel memiliki inisiatif untuk tidak mengutarakan pertanyaan apa pun, sampai nanti Dinda sendiri yang bercerita. ****** "Ibu kos ... udah enggak ada. Jujur aku kaget dan enggak nyangka banget, orang yang udah aku anggap kayak orangtua aku sendiri, justru pergi dengan begitu cepet," gumam Dinda, sangat menyiratkan kesedihan sekali. Amel mendengarkan apa yang dituturkan oleh Dinda, dengan pandangan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13
  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 5: Hantu

    "Mel, ibu kos yang udah meninggal nelepon aku, Mel. Aku angkat enggak ya?" tutur Dinda begitu sadar dari lamunannya.Dengan cepat, ia menyerahkan ponsel miliknya dan menunjukkan layar ponsel yang terpampang sangat jelas nama pemilik indekos. "Eum ... bisa jadi itu salah satu keluarganya. Kamu terakhir ada komunikasi enggak sama ibu kosan kamu itu?" Amel memberikan rasa tenang ada Dinda, sehingga ada keberanian yang langsung muncul dan memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut. Dinda memencet tombol berwarna hijau, yang menandakan jika panggilan tersebut ia terima. Meskipun dirinya masih ada sedikit rasa takut dan juga khawatir, tetapi sebisa mungkin ia menepis semua hal tersebut. Bukan hanya Dinda saja yang akan mendengarkan pembicaraan dari telepon tersebut, tetapi Dinda memang sangat sengaja untuk mengaktifkan loudspeaker. Tentu saja supaya Amel juga dapat mendengar apa yang akan dibahas. "Tolong ...." Suara tersebut yang pertama kali didengar, baik oleh Dinda dan juga Amel.

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13
  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 6: Takut

    "Mana coba? Enggak ada, kan?" tanya Dinda balik. "Tapi, aku yakin banget kok sumpah, Din. Aku ngeliat sendiri ada pesan bentuknya itu voice note, tapi pas aku puter suaranya itu nyeremin. Emang kamu enggak denger apa pun? Aku dengerinnya pake suara yang full loh." Amel menjelaskan hal itu, dengan kedua mata yang menoleh kanan dan kiri, memastikan jika di dalam indekosnya tak ada hal-hal yang menakutkan lagi. Pasalnya, ia baru pertama kali ini mendapati hal-hal yang ghaib seperti itu. Tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Amel, Dinda hanya menggelengkan kepala saja. Setelah itu ia memilih untuk meletakkan ponsel miliknya begitu saja. "Jadi, ibu kos aku itu enggak ada karena hantu. Eits, tapi ini baru dugaan aku aja ya, karena yang terakhir interaksi sama ibu kos, ya hantu itu," tutur Dinda, mulai bercerita tentang apa yang menimpa Tanti. "Hantu?" "Iya, jadi ceritanya itu tadi kemarin siang ditemuin jasad perempuan cantik yang gantung diri di dalam kamarnya. Enggak jau

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13
  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 7: Terror

    Alangkah terkejutnya, kala mereka berdua mendengar suara dari isi voice note tersebut.Karena terkejut, spontan Dinda langsung melempar ponsel miliknya ke tempat tidur. Menatap ke arah wajah Amel, yang juga sama-sama tengah ketakutan. "Amel ... aku takut," ungkap Dinda, tetapi tidak mendapat jawaban apa pun dari Amel.Beberapa menit mereka saling diam, menghabiskan waktu untuk sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak ada yang berkata apa pun, sampai akhirnya Amel tiba-tiba saja berkata, "Apa mungkin ya, hantu itu lagi ada di sekitar sini?""Jangan ngaco kamu, Mel, kalau ngomong! Aku sekarang lagi takut, kamu malah nambah aku makin takut aja!" Dinda kesal, karena saat ini ia benar-benar merasa takut.Ia masih ingin melanjutkan hidup, meskipun sederhana dan juga penuh akan cobaan, tetapi Dinda masih semangat. Ia tidak ingin meninggal dengan cara yang sangat tidak wajar seperti itu.Dinda menggelengkan kepala, ia ingin menepis semua pikiran buruk itu. Tak sepantasnya ia takut dengan hantu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13
  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 8: Kebingungan

    Amel mulai ciut, rasa takut sudah menyelimuti. Ingin rasanya ia hanya menunggu di luar saja, tetapi di luar pun tetap saja ada rasa takut."Semuanya udah milih buat pindah mungkin, Mel. Ayok lah, kita ke kamar aku aja." Dinda bergegas melangkahkan kaki untuk menuju ke kamar dan membereskan semua barang-barang miliknya. Tak ada kejanggalan apa pun, hanya hawa bangunan saja yang menjadi tak biasa. Seakan-akan bangunan indekos itu sudah lama tidak berpenghuni. Tidak begitu jauh kamar milik Dinda, sesampainya di depan kamar, segera saja membuka pintu dan masuk ke dalam kamar tersebut. Dinyalakannya lampu kamar, serta jendela pun dibuka. Hal itu bertujuan supaya ada udara yang masuk dan kamar tidak lagi pengap, tetapi alangkah terkejutnya kala pintu kamar tiba-tiba saja tertutup sendiri. Amel yang sedari tadi hanya mengamati kamar saja dan berdiri tak jauh dari arah pintu pun langsung merasa ketakutan, berlari mendekat ke arah Dinda dan memeluk sangat erat. Tak hanya Amel saja yang ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 9: Di Luar Nalar

    "Tahan dulu sebentar, kita tunggu di dalam kamar sini aja sambil aku juga nyoba buat nyari bantuan," ucap Dinda, masih berusaha tetap tenang.Karena memang rasa percaya yang dimiliki oleh Dinda cukup besar, sehingga membuat perempuan tersebut memiliki keberanian yang lebih. Ia berpikir, jika sedari tadi dirinya hanya berdiri saja, itu sama saja akan membuang tenaga dengan sangat sia-sia. Sehingga, Dinda segera menuntun telapak tangan milik Amel, supaya duduk di atas tempat tidurnya. Namun, reaksi Amel justru di luar dugaan. Ia justru berkata, "Tapi, Din, aku takut kalau harus duduk di situ. Apalagi posisinya deket banget sama pintu keluar.""Amel, percaya sama aku deh, enggak bakalan ada apa-apa. Kalau pun ada sesuatu yang nanti terjadi, pasti yang bakalan kena itu aku dulu, kan dari tadi juga yang dipanggil namanya, nama aku." Dinda benar-benar berusaha untuk membuat temannya percaya dengan apa yang ia katakan. Sebenarnya sudah ada rasa tenang di dalam hati Amel, tetapi tentu saja

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03

Bab terbaru

  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 13: Bingung

    Baru saja Dinda akan melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar, ponsel yang saat ini masih berada di genggaman tangannya berdering dan tentu saja tanpa membuang waktu, Dinda segera mengangkat panggilan tersebut.Panggilan dari sang kekasih, yang memang sedari tadi sudah ditunggu kabarnya oleh Dinda."Sayang, kenapa dari tadi aku hubungin kamu enggak bisa terus? Kamu lagi ada di mana sih?" tanya Dinda, dengan wajah yang menunjukkan raut muka sebal, meskipun tidak dapat terlihat oleh sang kekasih."Aku loh dari tadi ada di kosan kamu, muter-muter aku, Sayang nyari di mana kamar kamu, tapi enggak ketemu sama sekali," sahut Bayu, juga dengan raut wajah yang bingung.Pasalnya, saat ini ia sungguh-sungguh merasa bingung, Sedari tadi ia mengitari penjuru kos guna menemui sang kekasih yang berada di dalam kamar, tetapi tidak ada sama sekali."Ngomong apa sih, Sayang. Kok bisa enggak ketemu sama kamar aku.""Beneran sayang, sekarang aja aku deh yang keluar ya dari kamar, biar bisa ketemu sa

  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 12: Kekecewaan

    Setelah mengatakan hal itu, hantu Lina langsung pergi begitu saja, membuat Dinda yang tadinya merasa takut, justru semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi."Din, ke mana perginya hantu itu?" tanya Amel, yang langsung mendekat ke arah Dinda.Respon dari hanya gelengan kepala saja, seraya mengangkat kedua bahu, pertanda jika dirinya tidak tahu ke mana perginya Lina."Ya udah, yuk sekarang kita bawa barang-barang kamu ke depan dan sementara kamu ke kosan aku aja dulu," ajak Amel, tetapi langsung dijawab gelengan kepala oleh Dinda."Kayaknya aku milih tetap di sini aja deh, Mel, aku rasa ada sesuatu yang harus aku cari tahu kebenarannya bagaimana," ucap Dinda, membuat Amel langsung mengerutkan kening, heran.Amel menatap kedua mata Dinda dengan cukup serius, mencari jawaban dari ucapan Dinda tadi. "Kenapa, Mel? Kamu ngira kalau aku bercanda?"Amel mengangguk. "Aku beneran, mau di sini aja. Aku mau cari tahu apa yang terjadi di sini, sampai-sampai Lina bisa mengakhiri hidupn

  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 11: Ada apa sebenarnya?

    Benar saja apa yang dikatakan oleh Dinda, karena ketika ia nekat untuk membuka gorden indekos kamarnya, justru ia mendapati wajah pucat yang menyeramkan, hanya dipisahkan oleh kaca jendela saja.Saat itu juga Dinda langsung menutup gorden yang masih berada di genggaman tangannya itu. Dinda terduduk lemas, ia menetralkan degup jantung yang saat itu benar-benar sudah tidak karuan.Amel yang sedari tadi hanya mengamati gerak-gerik Dinda, sudah dapat menebak jika di depan indekos temannya itu masih ada hantu tersebut.Rasa takut yang juga menyelimuti diri Amel sedari tadi membuatnya tidak memiliki keberanian untuk mendekat ke arah Dinda.Dua orang perempuan yang tengah berada dalam satu ruangan, kini sibuk dengan diri masing-masing."Kenapa juga sih semuanya seperti ini?" gumam Dinda, dengan suara yang bergetar lirih, tetapi Amel masih dapat mendengar apa yang dikeluhkan oleh sahabatnya tersebut."Din, kamu ke sini dong. Aku takut kalau kita jauh-jauhan kayak gini," pinta Amel, seraya meng

  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 10: Panik

    Bayu panik, ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan saat ini. Terlebih lagi, sambungan telepon dari kekasihnya itu seketika terputus begitu saja.Tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, segera saja Bayu keluar dari dalam kamar tidurnya dan bersiap-siap untuk pergi menuju indekos kediaman Dinda.Perasaannya campur aduk, berharap jika saat ini kekasihnya baik-baik saja. Mengendarai kendaraan pun tanpa kendali, sebab yang ada di dalam pikirannya saat ini hanya ingin segera tiba saja."Sayang, tunggu sebentar ya, aku akan segera tiba di sana," gumam Bayu, seraya terus melafalkan lafadz Allah. Memohon perlindungan untuk sang kekasih, yang bahkan dirinya saja tidak tahu bagaimana kabarnya saat ini.Sedangkan, di tempat yang lain, Dinda dan Amel harus merasakan keadaan yang sangat mencekam. Rasa takut harus mereka berdua lawan."Tidak perlu takut dengan bangsa jin, sebab kedudukan manusia itu lebih tinggi. Terus lah ingat Allah, minta perlindungan padaNya, insyaAllah kamu akan baik-b

  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 9: Di Luar Nalar

    "Tahan dulu sebentar, kita tunggu di dalam kamar sini aja sambil aku juga nyoba buat nyari bantuan," ucap Dinda, masih berusaha tetap tenang.Karena memang rasa percaya yang dimiliki oleh Dinda cukup besar, sehingga membuat perempuan tersebut memiliki keberanian yang lebih. Ia berpikir, jika sedari tadi dirinya hanya berdiri saja, itu sama saja akan membuang tenaga dengan sangat sia-sia. Sehingga, Dinda segera menuntun telapak tangan milik Amel, supaya duduk di atas tempat tidurnya. Namun, reaksi Amel justru di luar dugaan. Ia justru berkata, "Tapi, Din, aku takut kalau harus duduk di situ. Apalagi posisinya deket banget sama pintu keluar.""Amel, percaya sama aku deh, enggak bakalan ada apa-apa. Kalau pun ada sesuatu yang nanti terjadi, pasti yang bakalan kena itu aku dulu, kan dari tadi juga yang dipanggil namanya, nama aku." Dinda benar-benar berusaha untuk membuat temannya percaya dengan apa yang ia katakan. Sebenarnya sudah ada rasa tenang di dalam hati Amel, tetapi tentu saja

  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 8: Kebingungan

    Amel mulai ciut, rasa takut sudah menyelimuti. Ingin rasanya ia hanya menunggu di luar saja, tetapi di luar pun tetap saja ada rasa takut."Semuanya udah milih buat pindah mungkin, Mel. Ayok lah, kita ke kamar aku aja." Dinda bergegas melangkahkan kaki untuk menuju ke kamar dan membereskan semua barang-barang miliknya. Tak ada kejanggalan apa pun, hanya hawa bangunan saja yang menjadi tak biasa. Seakan-akan bangunan indekos itu sudah lama tidak berpenghuni. Tidak begitu jauh kamar milik Dinda, sesampainya di depan kamar, segera saja membuka pintu dan masuk ke dalam kamar tersebut. Dinyalakannya lampu kamar, serta jendela pun dibuka. Hal itu bertujuan supaya ada udara yang masuk dan kamar tidak lagi pengap, tetapi alangkah terkejutnya kala pintu kamar tiba-tiba saja tertutup sendiri. Amel yang sedari tadi hanya mengamati kamar saja dan berdiri tak jauh dari arah pintu pun langsung merasa ketakutan, berlari mendekat ke arah Dinda dan memeluk sangat erat. Tak hanya Amel saja yang ta

  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 7: Terror

    Alangkah terkejutnya, kala mereka berdua mendengar suara dari isi voice note tersebut.Karena terkejut, spontan Dinda langsung melempar ponsel miliknya ke tempat tidur. Menatap ke arah wajah Amel, yang juga sama-sama tengah ketakutan. "Amel ... aku takut," ungkap Dinda, tetapi tidak mendapat jawaban apa pun dari Amel.Beberapa menit mereka saling diam, menghabiskan waktu untuk sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak ada yang berkata apa pun, sampai akhirnya Amel tiba-tiba saja berkata, "Apa mungkin ya, hantu itu lagi ada di sekitar sini?""Jangan ngaco kamu, Mel, kalau ngomong! Aku sekarang lagi takut, kamu malah nambah aku makin takut aja!" Dinda kesal, karena saat ini ia benar-benar merasa takut.Ia masih ingin melanjutkan hidup, meskipun sederhana dan juga penuh akan cobaan, tetapi Dinda masih semangat. Ia tidak ingin meninggal dengan cara yang sangat tidak wajar seperti itu.Dinda menggelengkan kepala, ia ingin menepis semua pikiran buruk itu. Tak sepantasnya ia takut dengan hantu

  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 6: Takut

    "Mana coba? Enggak ada, kan?" tanya Dinda balik. "Tapi, aku yakin banget kok sumpah, Din. Aku ngeliat sendiri ada pesan bentuknya itu voice note, tapi pas aku puter suaranya itu nyeremin. Emang kamu enggak denger apa pun? Aku dengerinnya pake suara yang full loh." Amel menjelaskan hal itu, dengan kedua mata yang menoleh kanan dan kiri, memastikan jika di dalam indekosnya tak ada hal-hal yang menakutkan lagi. Pasalnya, ia baru pertama kali ini mendapati hal-hal yang ghaib seperti itu. Tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Amel, Dinda hanya menggelengkan kepala saja. Setelah itu ia memilih untuk meletakkan ponsel miliknya begitu saja. "Jadi, ibu kos aku itu enggak ada karena hantu. Eits, tapi ini baru dugaan aku aja ya, karena yang terakhir interaksi sama ibu kos, ya hantu itu," tutur Dinda, mulai bercerita tentang apa yang menimpa Tanti. "Hantu?" "Iya, jadi ceritanya itu tadi kemarin siang ditemuin jasad perempuan cantik yang gantung diri di dalam kamarnya. Enggak jau

  • Teror Indekos Bekas Bunuh Diri    Bab 5: Hantu

    "Mel, ibu kos yang udah meninggal nelepon aku, Mel. Aku angkat enggak ya?" tutur Dinda begitu sadar dari lamunannya.Dengan cepat, ia menyerahkan ponsel miliknya dan menunjukkan layar ponsel yang terpampang sangat jelas nama pemilik indekos. "Eum ... bisa jadi itu salah satu keluarganya. Kamu terakhir ada komunikasi enggak sama ibu kosan kamu itu?" Amel memberikan rasa tenang ada Dinda, sehingga ada keberanian yang langsung muncul dan memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut. Dinda memencet tombol berwarna hijau, yang menandakan jika panggilan tersebut ia terima. Meskipun dirinya masih ada sedikit rasa takut dan juga khawatir, tetapi sebisa mungkin ia menepis semua hal tersebut. Bukan hanya Dinda saja yang akan mendengarkan pembicaraan dari telepon tersebut, tetapi Dinda memang sangat sengaja untuk mengaktifkan loudspeaker. Tentu saja supaya Amel juga dapat mendengar apa yang akan dibahas. "Tolong ...." Suara tersebut yang pertama kali didengar, baik oleh Dinda dan juga Amel.

DMCA.com Protection Status